TUGAS KEPERAWATAN TROPIS 1
Tanda dan Gejala Malaria
1. Kelemahan
Persepsi tindakan seseorang tidak
akan sesuai dengan hasil, kurang dapat mengontrol situasi yang terjadi
berlebihan atau kejadian mendadak.
Karakteristik Rendah
1) Peningkatan energi tidak sesuai
2) Pasif sedang
a.
Tidak
berpartisipasi pada perawatan atau mengambil keputusan saat diberi kesempatan
b.
Benci,
marah, bersalah
c.
Segan
mengekspresikan bebenaran
d.
Tergantung
dengan orang lain yang mungkin mengakibatkan kemarahan
e.
Takut
berpisah dari yang merawat
f.
Tidak
puas dan frustrasi
g.
Interaksi
interpersonal
h.
Gaya
hidup tak terpenuhi
i.
Ragu
– ragu mengekspresikan peran
j.
Tidak
memonitor kemajuan
k.
Tidak
mempertahankan perawatan diri ketika terjadi perubahan
l.
Tidak
mampu memperoleh informasi perawa Berat
m.
Tidak
dapat mengontrol perawatan diri atau pengaruh rangsangan aatau pengaruh yang
akan dating
n.
Apatis
o.
Depresi
yang memparah pisik yang merupakan komplikasi pasien
Faktor yang berhubungan
1) Penurunan tingkat kesadaran sekunder
terhadap invasif plasmodium palsifarum
2. Gangguan Kesadaran
GCS < 11
Disebabkan oleh:
a.
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b.
Kurang
perawatan diri
c.
Kekurangan
pemasukan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
d.
Gangguan
metabolisme seperti asidosis, hipoglikemi,
3. Kejang Berulang
Diduga terjadi sumbatan kapiler
pembuluh darah otak sehingga terjadi anoksia otak. Sumbatan karena eritrosit berparasit
sulit melalui kapiler, proses sitoadherensi dan sekuestrasi parasit.
Yang menyebabkan kejang.
4. Syok
Gejala dari syok adalah Ektremitas dingin,
nadi lemah, hipotension (TD sistolik <90), syok atau gagal
sirkulasi umumnya
terjadi karena dehidrasi dan biasanya bersamaan dengan sepsis. Pada kebanyakan
kasus didapatkan tekanan darah normal rendah yang disebabkan karena
vasodilatasi.
Terjadi gagal sirkulasi atau syok, tekanan sistolik <70 mmHg, disertai gambaran klinis
keringat dingin, atau perbedaan temperatur kulit-mukosa >1 ˚C, kulit tidak
elastis, pucat. Pernapasan dangkal, nadi cepat, tekanan darah turun, sering
tekanan sistolik tak terukur dan nadi yang normal.
5. Edema Paru
Edema paru sering disebut Insufisiensi Paru.
Sering terjadi pada malaria dewasa. Dapat terjadi oleh
karena hiperpermiabilitas kapiler dan atau kelebihan cairan dan mungkin juga
karena peningkatan TNF‑α.
Penyebab lain gangguan pernafasan (respiratory distress)
a.
Kompensasi pernafasan dalam keadaan
asidosis metabolic
b.
Efek langsung dari parasit atau
peningkatan tekanan intrakranial pada pusat pernapasan di otak
c.
Infeksi sekunder pada paru‑paru
d.
Anemia berat
e.
Kelebihan dosis antikonvulsan
(phenobarbital) menekan pusat pernafasan.
Ada dua tipe
edema paru yang
dapat terjadi :
a.
karena kelebihan
cairan, keadaan ini
bila diketahui secepatnya
dapat diobati dengan pemberian
diuretika.
b.
adult respiratory distress syndrome, pada
keadaan ini tekanan
vena sentral normal
dan pulmonary wedhe pressure menurun.
Beberapa faktor yang memudahkan timbulnya edema paru:
a.
kelebihan cairan, kehamilan / postpartum
b.
malaria cerebral, hiperparasitemia
c.
hipoglikemia, hipotensi
d.
asidosis ,uremia
6. Ikterik
Gejala dari ikterik adalah Sklera ikterik,
Ikterik karena hemolitik sering
terjadi. Ikterik yang berat karena P. falsiparum sering penderita dewasa hal
ini karena hemolisis, kerusakan hepatosit. Terdapat pula hepatomegali,
hiperbilirubinemia, penurunan kadar serum albumin dan peningkatan ringan serum
transaminase dan 5 nukleotidase. Ganggguan fungsi hati dapat menyebabkan
hipoglikemia, asidosis laktat, gangguan metabolisme obat.
7. Anemia Berat
Gejala
dari anemia berat adalah Konjuntiva,
lidah, bibir, pucat.
Pada
malaria dapat terjadi anemia. Derajat anemia tergantung pada spesies parasit
yang menyebabkannya. Anemia terutama tampak jelas pada malaria falsiparum dengan
penghancuran eritrosit yang cepat dan hebat dan pada malaria menahun. Jenis
anemia pada malaria adalah hemolitik, normokrom dan normositik. Pada serangan
akut kadar hemoglobin turun secara mendadak.
Anemia
disebabkan beberapa faktor :
a.
Penghancuran eritrosit yang
mengandung parasit dan yang tidak mengandung parasit terjadi di dalam limpa,
dalam hal ini faktor auto imun memegang peran.
b.
Reduced survival time,
maksudnya eritrosit normal yang tidak mengandung parasit tidak dapat hidup
lama.
c.
Diseritropoesis yakni
gangguan dalam pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis dalam sumsum
tulang, retikulosit tidak dapat dilepaskan dalam peredaran darah perifer.
Derajat anemia
berkorelasi dengan parasitemia.
Pada malaria akut, anemia berat
sering memberikan gejala
serebral seperti tampak
bingung, kesadaran menurun sampai koma, dan gejala kardio-pulmonal.
8. Hipoglikemia
Gejala dari
hipoglikemia keringat dingin,
palpitasi, penurunan kesadaran, Hipoglikemi terjadi karena:
a. Cadangan glukosa kurang pada
penderita starvasi atau malnutrisi
b. Gangguan absorbsi glukosa karena
berkurangnya aliran darah ke splanchnicus
c. Meningkatnya metabolisme glukosa di
jaringan
d. Pemakaian glukosa oleh parasit
e. Sitokin akan menggangu
glukoneogenesis
f. Hiperinsulinemia pada pengobatan
quinine.
Hipoglikemia disebabkan karena
kebutuhan metabolik dari parasit
telah menghabiskan cadangan glikogen
dalam hati, Hipoglikemia dapat
tanpa gejala pada
penderita dengan keadaan umum yang berat ataupun penurunan kesadaran.
Penyebab terjadinya
hipoglikemi yang paling
sering ialah karena pemberian terapi kina
(dapat terjadi 3 jam
setelah infus kina).
Penyebab lainnya ialah kegagalan
glukoneogenesis pada penderita dengan
ikterik, hiperparasitemia oleh
karena parasit mengkonsumsi
karbohidrat, dan karena
TNF alfa yang meningkat.
Gejala hipoglikemia dapat terjadi karena sekresi adrenalin berlebihan
dan akibat disfungsi susunan saraf pusat (SSP), gejala akibat sekresi adrenalin
berupa pusing, nyeri
kepala, pandangan mata
gelap, kebingungan, kejang
dan gangguan/penurunan kesadaran
9. Asidosis
Asidosis (bikarbonat <15meq) atau asidemia (PH <7.25),
pada malaria menunjukkan prognosis buruk.
Keadaan ini dapat disebabkan :
a.
Perfusi jaringan yang buruk oleh karena
hipovolemia yang akan menurunkan pengangkutan oksigen
b.
Produksi laktat oleh parasit
c.
Terbentuknya laktat karena aktifitas
sitokin terutama TNF‑α, pada fase respon akut
d.
Aliran darah ke hati yang berkurang,
sehingga mengganggu bersihan laktat
e.
Gangguan fungsi ginjal, sehingga terganggunya
ekresi asam.
Keadaan asidosis bisa disertai edema paru, syok gagal
ginjal, hipoglikemia, Asidosis metabolik dan gangguan metabolik: pernafasan
kussmaul, peningkatan asam laktat, dan pH darah menurun (<7,25) dan penurunan
bikarbonat (< 15meq).
10. Gangguan Fungsi Ginjal
Kelainan
fungsi ginjal sering
terjadi pada penderita
malaria dewasa mortalitas dapat
mencapai 45% pada malaria berat dibanding 10% tanpa kelainan fungsi ginjal.
Dapat terjadi prerenal karena:
a.
dehidrasi
(>50%), dan hanya ±5‑10 % disebabkan oleh nekrosis tubulus akut
b.
penurunan
aliran darah ke ginjal akibat dehidrasi
c.
sumbatan
mikrovaskular akibat sekuestrasi, sitoadherendan rosseting.
11. Hiperparasitmia
Hiperparasitemia didefenisikan bila hitung parasit
>5% (225.000/µL). Ada hubungan
yang erat antara
hiperparasitemia dan mortalitas
khususnya untuk penderita yang
tidak imun. Bila
parasitemia kurang dari
100.000/µL angka kematian ialah 1%, parasitemia 500.000/µL angka
kematian ialah 50%.
Bila terjadi hiperparsitemia biasanya dijumpai
bentuk skizon didarah
tepi. Kebalikan dari
hiperparasitemia (hitung parasit rendah), tidak selalu penderita mengalami manifestasi
berat, Hal ini disebabkan adanya
sekuestrasi parasit yang mengakibatkan pemeriksaan parasit di darah tepi tidak
cocok dengan adanya parasit sebenarnya di dalam jaringan.
0 komentar:
Posting Komentar