Selasa, 17 Januari 2012

ASKEP DIARE


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
      Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB ( Kejadian Luar Biasa ) seperti halnya Kolera dengan jumlah penderita yang banyak dalam waktu yang singkat. Namun dengan penatalaksanaan diare yang cepat, tepat dan bermutu, kematian dapat ditekan seminimal mungkin.
      Pada bulan Oktober 1992 ditemukan strain baru yaitu Vibrio Cholera 0139 yang kemudian digantikan Vibrio cholera strain El Tor di tahun 1993 dan kemudian menghilang dalam tahun 1995-1996, kecuali di India dan Bangladesh yang masih ditemukan. Sedangkan E. Coli 0157 sebagai penyebab diare berdarah dan HUS ( Haemolytic Uremia Syndrome ). KLB pernah terjadi di USA, Jepang, Afrika selatan dan Australia. Dan untuk Indonesia sendiri kedua strain diatas belum pernah terdeksi.

1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Apa Pengertian Diare ?
1.2.2        Apa Etiologi Diare ?
1.2.3        Bagaimana Patofisiologi Diare ?
1.2.4        Apa Saja Gejala Klinis Diare ?
1.2.5        Apa Saja Komplikasi Diare ?
1.2.6        Bagaimana Asuhan Keperawatan Penyakit Diare ?

1.3  Tujuan
1.3.1        Mengetahui Pengertian Diare.
1.3.2        Mengetahui Etiologi Diare.
1.3.3        Mengetahui Patofisiologi Diare.
1.3.4        Mengetahui Gejala Klinis Diare.
1.3.5        Mengetahui Komplikasi pada Diare.
1.3.6        Mengetahui Asuhan Keperawatan Diare.



BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1  Pengertian Diare
     Gastroentritis atau biasa disebut dengan diare adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala, dengan atau tanpa disertai muntah. Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar (defekasi) yang tidak normal dengan bentuk tinja yang encer  atau setengah encer (setengah padat), dan dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya, yaitu sekitar 3 kali atau lebih dalam 1 hari, dengan jumlah tinja lebih dari normal. Dimana jumlah tinja normal, yaitu 100 – 200 ml/jam tinja.
     Gastroenteritis juga merupakan inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam, virus dan parasit yang patogen. Selain itu gastroenteritis juga dapat disebabkan oleh infeksi,alergi atau keracunan zat makanan.
       
2.2  Jenis-jenis Diare
Diare di kategorikan dalam beberapa jenis, antara lain :
a.       Diare Osmotik berarti bahwa sesuatu di usus mengambil air dari tubuh untuk dimasukkan ke usus.
b.      Diare Sekretori terjadi ketika tubuh melepaskan air ke dalam usus ketika itu tidak seharusnya terjadi. Banyak infeksi, obat-obatan, dan kondisi lain yang menyebabkan diare sekresi.
c.       Diare Exudative mengacu pada keberadaan darah dan nanah dalam tinja. Hal ini terjadi dengan penyakit usus inflamasi, seperti penyakit Crohn atau kolitis ulseratif, dan beberapa infeksi.

2.3  Etiologi
      Penyebab paling umum dari diare adalah virus yang menginfeksi usus. Infeksi biasanya berlangsung selama dua hari dan kadang-kadang disebut “flu usus” atau “flu perut.” Diare juga bisa disebabkan oleh:
a.       Infeksi oleh bakteri (penyebab sebagian besar jenis keracunan makanan/minuman).
b.      Infeksi oleh organisme lain, seperti : virus, parasit (jamur, cacing , protozoa).
c.       Makan makanan yang mengganggu sistem pencernaan, seperti :
1.      Makanan Basi
2.      Beracun
d.      Alergi terhadap makanan tertentu, seperti : susu
e.       Obat-obatan.
f.       Penyakit usus, seperti : penyakit Crohn, kolitis ulserativa.
g.      Malabsorpsi, yaitu dimana tubuh tidak dapat cukup menyerap nutrisi tertentu dari diet, sehingga mengalami kekurangan gizi. Malabsorbsi antara lain seperti :
1.      Malabsorbsi Karbohidrat
2.      Malabsorbsi Lemak
3.      Malabsorbsi Protein
h.      Immuno defesiensi.
i.        Operasi saluran pencernaan.
j.        Diabetes.
k.      Faktor Psikologis, yaitu :
1.      Cemas
2.       Takut

2.4  Patofisiologi
      Penyebab gastroenteritis akut (diare) adalah masuknya virus, bakteri atau toksin, dan parasit. Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, dan memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin, selanjutnya merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut (diare).
      Penularan diare bisa melalui fekal-oral dari satu penferita ke penderita yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
      Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan mutilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis metabolik dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.

2.5  Gejala Klinis
Adapun gejala yang ditimbulkan, antara lain :
a.      Diare.
b.      Muntah.
c.      Demam.
d.      Nyeri abdomen.
e.      Membran mukosa mulut dan bibir kering.
f.       Fontanel cekung.
g.      Kehilangan berat badan.
h.      Tidak nafsu makan.
i.        Badan terasa lemah.

2.6  Komplikasi
Pada penderita diare sering terjadi beberapa komplikasi, antara lain :
a.       Dehidrasi.
Tingkatan dehidrasi Gastroenteritis (diare), sebagai berikut :
1.      Dehidrasi Ringan
      Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, klien belum jatuh pada keadaan syok.
2.      Dehidrasi Sedang
      Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak,  presyok nadi cepat dan dalam.
3.      Dehidrasi Berat
      Kehilangan cairan 8 – 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.

b.      Renjatan hipovolemik.
c.       Kejang.
d.      Bakterimia.
e.       Malnutrisi.
f.       Hipoglikemia.
g.      Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1  Pengkajian
a.       Identitas Pasien:
1.      Nama:
2.      Umur :
3.      Berat Badan :
4.      Tinggi Badan :

b.      Riwayat Kesehatan :
c.       Kebutuhan Dasar
d.      Pemeriksaan Fisik
1.      Data Subjektif :
a.       Pasien mengatakan bahwa ia gelisah
b.      Pasien mengatakan bahwa ia sering merasa kehausan
2.      Data Objektif:
a.       Sering buang air besar dengan konsistensi feces cair atau encer
b.      Terdapat tanda dan gejala dehidrasi; turgor kulit (elastisitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering.
c.       Kram abdominal
d.      Demam
e.       Mual dan muntah, Anoreksia
f.       Lemah, Pucat
g.      Perubahan tanda-tanda vital : nadi dan pernafasan cepat
e.       Pemeriksaan Penunjang:

3.2 Diagnosa Keperawatan
a.      Kurangnya volume cairan berhubungan dengan seringnya buang air besar dan encer.
b.      Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan seringnya buang air besar.
c.      Resiko infeksi pada orang lain berhubungan dengan infeksi kuman dan kurangnya pengetahuan tentang pencegahan penyakit.
d.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan menurunnya intake (pemasukan) dan menurunnya absorbsi makanan dan cairan.
e.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan anak.
f.       Cemas dan takut pada anak dan orang tua berhubungan dengan hospitalisasi  dan kondisi sakit.

3.3 Perencanaan Keperawatan
a.      Keseimbangan cairan dapat dipertahankan dalam batas normal ditandai dengan pengeluaran urin sesuai, pengisian kembali kapiler kurang dari dua detik, turgor kulit elastis, membran mukosa lembab, berat badan tidak menunjukkan penurunan.
b.      Anak tidak menunjukkan gangguan integritas kulit; kulit utuh dan tidak lecet.
c.      Tidak terjadi penularan diare pada orang lain.
d.      Anak akan toleran dengan diet yang sesuai ditandai dengan berat badan dalam batas normal, dan tidak terjadi kekambuhan diare.
e.      Orang tua dapat berpartisipasi dalam perawatan anak.
f.       Anak dan orang tua menunjukkan rasa cemas atau takut berkurang yang ditandai dengan orang tua aktif merawat anak, bertanya dengan perawat atau dokter tentang kondisi dan klarifikasi dan anak tidak menangis.

3.4 Intervensi
a.      Mengurangi  dehidrasi dan menjaga keseimbangan elektrolit
1.      Kaji status dehidrasi : ubun-ubun, mata, turgor kulit dan membran mukosa.
2.      Kaji pengeluaran urin, gravitasi urin, berat jenis urin (1.005-1.020) atau sesuai dengan usia, pengeluaran urin 1-2 ml/kg per jam.
3.      Kaji pemasukan dan pengeluaran cairan.
4.      Monitor tanda-tanda vital.
5.      Pemeriksaan laboratorium ; elektrolit, HT (Hormon Tiroid), pH, dan serum albumin.
6.      Pemberian cairan dan elektrolit  sesuai protokol (dengan oralit dan cairan parenteral bila indikasi).
7.      Pemberian obat anti diare dan antibiotik sesuai program.
8.      Anak diistirahatkan.
b.      Mempertahankan keutuhan kulit
1.      Kaji kerusakan kulit atau iritasi setiap kali buang air besar.
2.      Gunakan kapas lembab atau sabun bayi (pH normal) untuk membersihkan anus setiap kali buang air besar.
3.      Hindari pakaian dan pengalas tempat tidur yang lembab.
4.      Ganti popok/ kain apabila lembab atau basah.
5.      Gunakan obat krem bila perlu untuk perawatan perineal.
c.       Mengurangi dan mencegah penyebaran infeksi
1.      Ajarkan cara mencuci tangan yang benar pada orang tua dan pengunjung.
2.      Segera bersihkan bekas buang air besar dan tempatkan pada tempat khusus.
3.      Gunakan standar pencegahan universal (seperti gunakan sarung tangan, dll).
4.      Tempatkan pada ruangan khusus bila memungkinkan.
d.      Meningkatkan kebutuhan nutrisi yang optimum
1.      Timbang berat badan anak setiap hari.
2.      Monitor intake dan output (pemasukan dan pengeluaran).
3.      Setelah dehidrasi, berikan minuman oral dengan sering dan makanan yang sesuai dengan diet dan usia dan atau berat badan anak.
4.      Hindari minuman buah-buahan.
5.      Lakukan kebersihan mulut setiap habis makan.
6.      ASI tetap diteruskan, bila bayi tidak toleran ASI berikan formula rendah laktosa.
e.       Meningkatkan pengetahuan orang tua
1.      Kaji pemahaman orang tua.
2.      Ajarkan tentang prinsip diet dan kontrol diare.
3.      Ajarkan orang tua akan pentingnya cuci tangan untuk menghindari kontaminasi.
4.      Jelaskan tentang penyakit, perawatan dan pengobatan.
5.      Jelaskan pentingnya kebersihan.
f.       Menurunkan rasa takut / cemas pada orang tua
1.      Ajarkan pada orang tua untuk mengekspresikan perasaan rasa takut dan cemas; dengarkan keluhan orang tua dan bersikap empati dan sentuhan terapetik.
2.      Gunakan komunikasi terapetik; kontak mata, sikap tubuh dan sentuhan.
3.      Jelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan pada anak dan orang tua.
4.      Libatkan orang tua dalam perawatan anak.
5.      Jelaskan kondisi anak, alasan pengobatan, perawatan.

3.5 Evaluasi
a.      Penderita kembali ke fungsi gastrointestinal yang normal.
b.      Penderitaterhidrasi dengan baik.
c.      Penderita dan keluarga memahami perawatan di rumah dan kegunaan pemeriksaan medis lanjutan (kontrol).

3.6 Rencana Pemulangan (DISCHARGE PLANNING)
a.      Jelaskan penyebab diare.
b.      Ajarkan untuk mengenal komplikasi diare.
c.      Ajarkan cara mencegah diare dan penularan ; ajarkan tentang standar pencegahan.
d.      Ajarkan perawatan anak ; pemberian makanan dan minuman (misalnya oralit).
e.      Ajarkan mengenai tanda-tanda dehidrasi, ubun-ubun dan mata cekung, turgor kulit tidak elastis, membran mukosa kering.
f.       Jelaskan obat-obatan yang diberikan ; efek samping dan kegunaan.

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com