BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB ( Kejadian Luar
Biasa ) seperti halnya Kolera dengan jumlah penderita yang banyak dalam waktu
yang singkat. Namun dengan penatalaksanaan diare yang cepat, tepat dan bermutu,
kematian dapat ditekan seminimal mungkin.
Pada bulan Oktober 1992 ditemukan strain
baru yaitu Vibrio Cholera 0139 yang kemudian digantikan Vibrio cholera strain
El Tor di tahun 1993 dan kemudian menghilang dalam tahun 1995-1996, kecuali di
India dan Bangladesh yang masih ditemukan. Sedangkan E. Coli 0157 sebagai
penyebab diare berdarah dan HUS ( Haemolytic Uremia Syndrome ). KLB pernah
terjadi di USA, Jepang, Afrika selatan dan Australia. Dan untuk Indonesia
sendiri kedua strain diatas belum pernah terdeksi.
1.2 Rumusan
Masalah
1.2.1
Apa
Pengertian Diare ?
1.2.2
Apa
Etiologi Diare ?
1.2.3
Bagaimana
Patofisiologi Diare ?
1.2.4
Apa Saja Gejala
Klinis Diare ?
1.2.5
Apa Saja Komplikasi Diare ?
1.2.6
Bagaimana Asuhan Keperawatan Penyakit
Diare ?
1.3 Tujuan
1.3.1
Mengetahui Pengertian Diare.
1.3.2
Mengetahui Etiologi
Diare.
1.3.3
Mengetahui Patofisiologi Diare.
1.3.4
Mengetahui Gejala Klinis Diare.
1.3.5
Mengetahui Komplikasi pada Diare.
1.3.6
Mengetahui Asuhan Keperawatan
Diare.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengertian
Diare
Gastroentritis atau biasa disebut dengan diare adalah peradangan yang
terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala, dengan atau tanpa
disertai muntah. Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar (defekasi)
yang tidak normal dengan bentuk tinja yang encer atau setengah encer (setengah padat), dan dengan
frekuensi yang lebih banyak dari biasanya, yaitu sekitar 3 kali atau lebih
dalam 1 hari, dengan jumlah tinja lebih dari normal. Dimana jumlah tinja normal,
yaitu 100 – 200 ml/jam tinja.
Gastroenteritis juga merupakan inflamasi pada
daerah lambung dan intestinal yang disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam,
virus dan parasit yang patogen. Selain itu gastroenteritis juga dapat disebabkan oleh infeksi,alergi
atau keracunan zat makanan.
2.2 Jenis-jenis
Diare
Diare di kategorikan dalam beberapa jenis, antara
lain :
a. Diare Osmotik berarti bahwa sesuatu di usus
mengambil air dari tubuh untuk dimasukkan ke usus.
b. Diare Sekretori terjadi ketika tubuh melepaskan air
ke dalam usus ketika itu tidak seharusnya terjadi. Banyak infeksi, obat-obatan,
dan kondisi lain yang menyebabkan diare sekresi.
c. Diare
Exudative mengacu
pada keberadaan darah dan nanah dalam tinja. Hal ini terjadi dengan penyakit
usus inflamasi, seperti penyakit Crohn atau kolitis ulseratif, dan beberapa
infeksi.
2.3 Etiologi
Penyebab paling umum dari diare adalah virus yang menginfeksi usus.
Infeksi biasanya berlangsung selama dua hari dan kadang-kadang disebut “flu
usus” atau “flu perut.” Diare juga bisa disebabkan oleh:
a. Infeksi oleh bakteri (penyebab
sebagian besar jenis keracunan makanan/minuman).
b. Infeksi oleh organisme lain, seperti
: virus, parasit (jamur, cacing , protozoa).
c. Makan makanan yang mengganggu sistem
pencernaan, seperti :
1. Makanan
Basi
2. Beracun
d. Alergi terhadap makanan tertentu, seperti
: susu
e. Obat-obatan.
f. Penyakit usus, seperti : penyakit
Crohn, kolitis ulserativa.
g. Malabsorpsi, yaitu dimana tubuh
tidak dapat cukup menyerap nutrisi tertentu dari diet,
sehingga mengalami kekurangan gizi. Malabsorbsi antara lain seperti :
1. Malabsorbsi
Karbohidrat
2. Malabsorbsi
Lemak
3. Malabsorbsi
Protein
h. Immuno defesiensi.
i.
Operasi
saluran pencernaan.
k. Faktor
Psikologis, yaitu :
1. Cemas
2. Takut
2.4 Patofisiologi
Penyebab gastroenteritis akut (diare)
adalah masuknya virus, bakteri atau toksin, dan parasit. Beberapa
mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, dan memproduksi
enterotoksin atau Cytotoksin, selanjutnya merusak sel-sel, atau melekat pada
dinding usus pada gastroenteritis akut (diare).
Penularan diare bisa melalui fekal-oral
dari satu penferita ke penderita yang lainnya. Beberapa kasus ditemui
penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya
diare adalah gangguan osmotik (makanan yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan
sehingga timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin
di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi
diare. Gangguan mutilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan
hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan
elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis
metabolik dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih),
hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.
2.5 Gejala Klinis
Adapun gejala yang ditimbulkan, antara lain :
a.
Diare.
b.
Muntah.
c.
Demam.
d.
Nyeri
abdomen.
e.
Membran
mukosa mulut dan bibir kering.
f.
Fontanel
cekung.
h.
Tidak
nafsu makan.
i.
Badan
terasa lemah.
2.6 Komplikasi
Pada penderita diare sering terjadi
beberapa komplikasi, antara lain :
a. Dehidrasi.
Tingkatan dehidrasi Gastroenteritis (diare), sebagai
berikut :
1.
Dehidrasi Ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan
dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, klien belum
jatuh pada keadaan syok.
2.
Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan
dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak, presyok nadi
cepat dan dalam.
3.
Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 – 10 % dari berat
badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah
dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.
b. Renjatan hipovolemik.
c. Kejang.
d. Bakterimia.
e. Malnutrisi.
f. Hipoglikemia.
g. Intoleransi sekunder akibat
kerusakan mukosa usus.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1
Pengkajian
a. Identitas Pasien:
1. Nama:
2. Umur :
3. Berat Badan :
4. Tinggi Badan :
b. Riwayat Kesehatan :
c. Kebutuhan Dasar
d. Pemeriksaan
Fisik
1. Data Subjektif :
a. Pasien
mengatakan bahwa ia gelisah
b. Pasien
mengatakan bahwa ia sering merasa kehausan
2. Data Objektif:
a. Sering
buang air besar dengan konsistensi feces cair atau encer
b. Terdapat
tanda dan gejala dehidrasi; turgor kulit (elastisitas kulit menurun), ubun-ubun
dan mata cekung, membran mukosa kering.
c. Kram
abdominal
d. Demam
e. Mual
dan muntah, Anoreksia
f. Lemah,
Pucat
g. Perubahan
tanda-tanda vital : nadi dan pernafasan cepat
e. Pemeriksaan
Penunjang:
3.2
Diagnosa Keperawatan
a.
Kurangnya volume cairan berhubungan
dengan seringnya buang air besar dan encer.
b.
Resiko gangguan integritas kulit
berhubungan dengan seringnya buang air besar.
c.
Resiko infeksi pada orang lain
berhubungan dengan infeksi kuman dan kurangnya pengetahuan tentang pencegahan
penyakit.
d.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan menurunnya intake (pemasukan) dan menurunnya absorbsi
makanan dan cairan.
e.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan
perawatan anak.
f.
Cemas dan takut pada anak dan orang tua
berhubungan dengan hospitalisasi dan
kondisi sakit.
3.3
Perencanaan Keperawatan
a.
Keseimbangan cairan dapat dipertahankan
dalam batas normal ditandai dengan pengeluaran urin sesuai, pengisian kembali
kapiler kurang dari dua detik, turgor kulit elastis, membran mukosa lembab,
berat badan tidak menunjukkan penurunan.
b.
Anak tidak menunjukkan gangguan
integritas kulit; kulit utuh dan tidak lecet.
c.
Tidak terjadi penularan diare pada orang
lain.
d.
Anak akan toleran dengan diet yang
sesuai ditandai dengan berat badan dalam batas normal, dan tidak terjadi
kekambuhan diare.
e.
Orang tua dapat berpartisipasi dalam
perawatan anak.
f.
Anak dan orang tua menunjukkan rasa
cemas atau takut berkurang yang ditandai dengan orang tua aktif merawat anak,
bertanya dengan perawat atau dokter tentang kondisi dan klarifikasi dan anak
tidak menangis.
3.4
Intervensi
a.
Mengurangi dehidrasi dan menjaga keseimbangan elektrolit
1.
Kaji status dehidrasi : ubun-ubun, mata,
turgor kulit dan membran mukosa.
2.
Kaji pengeluaran urin, gravitasi urin,
berat jenis urin (1.005-1.020) atau sesuai dengan usia, pengeluaran urin 1-2
ml/kg per jam.
3.
Kaji pemasukan dan pengeluaran cairan.
4.
Monitor tanda-tanda vital.
5.
Pemeriksaan laboratorium ; elektrolit,
HT (Hormon Tiroid), pH, dan serum albumin.
6.
Pemberian cairan dan elektrolit sesuai protokol (dengan oralit dan cairan
parenteral bila indikasi).
7.
Pemberian obat anti diare dan antibiotik
sesuai program.
8.
Anak diistirahatkan.
b.
Mempertahankan keutuhan kulit
1.
Kaji kerusakan kulit atau iritasi setiap
kali buang air besar.
2.
Gunakan kapas lembab atau sabun bayi (pH
normal) untuk membersihkan anus setiap kali buang air besar.
3.
Hindari pakaian dan pengalas tempat
tidur yang lembab.
4.
Ganti popok/ kain apabila lembab atau
basah.
5.
Gunakan obat krem bila perlu untuk
perawatan perineal.
c. Mengurangi
dan mencegah penyebaran infeksi
1. Ajarkan
cara mencuci tangan yang benar pada orang tua dan pengunjung.
2. Segera
bersihkan bekas buang air besar dan tempatkan pada tempat khusus.
3. Gunakan
standar pencegahan universal (seperti gunakan sarung tangan, dll).
4. Tempatkan
pada ruangan khusus bila memungkinkan.
d. Meningkatkan
kebutuhan nutrisi yang optimum
1. Timbang
berat badan anak setiap hari.
2. Monitor
intake dan output (pemasukan dan pengeluaran).
3. Setelah
dehidrasi, berikan minuman oral dengan sering dan makanan yang sesuai dengan
diet dan usia dan atau berat badan anak.
4. Hindari
minuman buah-buahan.
5. Lakukan
kebersihan mulut setiap habis makan.
6. ASI
tetap diteruskan, bila bayi tidak toleran ASI berikan formula rendah laktosa.
e. Meningkatkan
pengetahuan orang tua
1. Kaji
pemahaman orang tua.
2. Ajarkan
tentang prinsip diet dan kontrol diare.
3. Ajarkan
orang tua akan pentingnya cuci tangan untuk menghindari kontaminasi.
4. Jelaskan
tentang penyakit, perawatan dan pengobatan.
5. Jelaskan
pentingnya kebersihan.
f. Menurunkan
rasa takut / cemas pada orang tua
1. Ajarkan
pada orang tua untuk mengekspresikan perasaan rasa takut dan cemas; dengarkan
keluhan orang tua dan bersikap empati dan sentuhan terapetik.
2. Gunakan
komunikasi terapetik; kontak mata, sikap tubuh dan sentuhan.
3. Jelaskan
setiap prosedur yang akan dilakukan pada anak dan orang tua.
4. Libatkan
orang tua dalam perawatan anak.
5. Jelaskan
kondisi anak, alasan pengobatan, perawatan.
3.5
Evaluasi
a.
Penderita kembali ke fungsi
gastrointestinal yang normal.
b.
Penderitaterhidrasi dengan baik.
c.
Penderita dan keluarga memahami
perawatan di rumah dan kegunaan pemeriksaan medis lanjutan (kontrol).
3.6
Rencana
Pemulangan (DISCHARGE
PLANNING)
a.
Jelaskan penyebab diare.
b.
Ajarkan untuk mengenal komplikasi diare.
c.
Ajarkan cara mencegah diare dan
penularan ; ajarkan tentang standar pencegahan.
d.
Ajarkan perawatan anak ; pemberian
makanan dan minuman (misalnya oralit).
e.
Ajarkan mengenai tanda-tanda dehidrasi,
ubun-ubun dan mata cekung, turgor kulit tidak elastis, membran mukosa kering.
f.
Jelaskan obat-obatan yang diberikan ;
efek samping dan kegunaan.
0 komentar:
Posting Komentar