BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Diabetes
Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa
dengan tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan
penderita perlu mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan trimester pertama
kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini merupakan respon terhadap
transportasi glukosa dari ibu ke janin. Sebagian besar DMG asimtomatis sehingga
diagnosis ditentukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin.
(http://creasoft.wordpress.com/2008/04/26/diabetes-mellitus-pada-kehamilan).
Pada
pasien yang telah menderita DM sebelumnya jika kemudian hamil maka akan cukup
rawan untuk terjadi komplikasi pada janin yang dikandung, dan juga kesehatan si
ibu dapat memburuk apabila terjadi komplikasi-komplikasi diabetik.(Engkus
Kusmiati,2007). Semua jenis diabetes mellitus memiliki gejala yang mirip dan
komplikasi pada tingkat lanjut. Hiperglikemia sendiri dapat menyebabkan
dehidrasi dan ketoasidosis. Komplikasi jangka lama termasuk penyakit
kardiovaskular (risiko ganda), kegagalan kronis ginjal (penyebab utama
dialisis), kerusakan retina yang dapat menyebabkan kebutaan, serta kerusakan
saraf yang dapat menyebabkan impotensi dan gangren dengan risiko amputasi.
Komplikasi yang lebih serius lebih umum bila kontrol kadar gula darah
buruk.(www.rumahdiabetes.com)
Di
Indonesia, dengan menggunakan kriteria diagnosis O’Sullivan-Mahan dilaporkan
prevalensi diabetes mellitus pada kehamilan adalah sebesar 1,9–3,6% pada
kehamilan umum. Pada ibu hamil dengan riwayat keluarga menderita diabetes
mellitus, prevalensinya menjadi 5,1%.(Yenni. 2008). Sedangkan menurut Dr.
Diapari Siregar Sp.OG dari berbagai Rumah Sakit di Jakarta, setiap wanita hamil
memiliki risiko menderita DMG berkisar 2-5 persen, bahkan pada populasi tinggi
bisa meningkat 7-9 persen dan seorang wanita yang telah menderita diabetes
mellitus sebelum hamil memiliki risiko lebih besar untuk menderita diabetes
mellitus saat hamil. Meskipun begitu tidak menutup kemungkinan bahwa wanita
yang tidak mengidap diabetes mellitus pun terkena DMG (Diabetes Mellitus
Gestasional) saat hamil.
Kondisi
gula darah yang tinggi yang terjadi pada masa kehamilan umumnya akan kembali
normal setelah masa kehamilan. Diabetes Melitus menempati urutan ke-4 dalam
ranking pembunuh manusia. Kongres Federasi Diabetes International tahun 2003
menyebutkan bahwa sekitar 194 Juta orang di dunia menderita penyakit ini. Di
Indonesia sendiri tercatat 2,5 juta orang dan diperkirakan akan terus
bertambah. Diabetes mellitus perlu untuk diperhatikan karena risiko morbiditas
dan mortalitas pada maternal dan perinatal tinggi. Akan tetapi, dengan
pengelolaan dan penatalaksanaan yang baik maka hasilnya dapat menjadi baik.
1.2
Rumusan masalah
1.2.1
Apa definisi dari DMG ?
1.2.2
Bagaimana etiologi dari DMG ?
1.2.3
Bagaimana patofisiologi dari DMG?
1.2.4
Bagaimana manisfestasi Klinik dari DMG?
1.2.5
Bagaimana pengobatan dari DMG?
1.2.6
Bagaimana penatalaksanaan dari DMG?
1.2.7
Bagaimana komplikasi dari DMG?
1.2.8
Bagaimana pemeriksaan diagnostic dari
DMG?
1.2.9
Bagaimana pencegahan dari DMG ?
1.2.10 Bagaimana
Asuhan keperawatan DMG?
1.3
Tujuan
1.3.1
Tujuan
Umum
Tujuan
umum adalah memberikan asuhan keperawatan pada Ibu Hamil dengan Diabetes
mellitus Gestasional.
1.3.2
Tujuan
Khusus
a. Untuk mengetahui Definisi dan
Etiologi DM Gestasional
b. Untuk mengetahui Patofisiologi DM
Gestasional
c. Untuk mengetahui Penegakan DM
Gestasional
d. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan
pada pasien DM Gestasional
BAB II
KONSEP DASAR UMUM
2.1
Definisi
Diabetes
mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Mansjoer, 2000).
Diabetes
Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).
Diabetes
Mellitus klinis adalah suatu sindroma gangguan metabolisme dengan hiperglikemia
yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau
berkurangnya efektifitas biologis dari insulin atau keduanya. (Francis dan
John, 2000),
2.2
Etiologi
Factor predisposisi
a. Umur
sudah mulai tua
b. Multiparitas
c. Penderita gemuk
d. Riwayat melahirkan anak lebih besar
dari 4000 g
e. Bersifat keturunan
f. Riwayat kehamilan : Sering meninggal
dalam rahim, Sering mengalami lahir mati, Sering mengalami keguguran
g. Faktor autoimun setelah infeksi
mumps, rubella dan coxsakie B4.
h. Meningkatnya hormon antiinsulin
seperti GH, glukogen, ACTH, kortisol, dan epineprin.
i.
Obat-obatan.
2.3
Patofisiologi
Dengan
makan masing-masing, wanita hamil mengalami serangkaian tindakan hormonal
kompleks ibu (yaitu, peningkatan glukosa darah; sekresi insulin pankreas
sekunder, glukagon, somatomedins, dan katekolamin adrenal).Penyesuaian ini
menjamin bahwa cukup, namun tidak berlebihan, pasokan glukosa tersedia untuk
ibu dan janin.
Ibu hamil
cenderung untuk mengembangkan hipoglikemia (glukosa plasma rata-rata = 65-75 mg
/ dL) antara waktu makan dan saat tidur. Hal ini terjadi karena janin terus
menarik glukosa melalui plasenta dari aliran darah ibu, bahkan selama periode
puasa.
hipoglikemia
Interprandial menjadi semakin ditandai sebagai kehamilan berlanjut dan
permintaan glukosa meningkat janin. Tingkat steroid plasenta dan hormon peptida
(misalnya, estrogen, progesteron, dan somatomammotropin chorionic) meningkat
secara linear sepanjang trimester kedua dan ketiga.
Karena
hormon ini memberi jaringan resistensi insulin meningkat naik tingkat mereka,
permintaan untuk sekresi insulin meningkat dengan semakin escalates makan
selama kehamilan.
Dua puluh
empat jam berarti tingkat insulin 50% lebih tinggi pada trimester ketiga
dibandingkan dengan keadaan tidak hamil. Ini biasanya bermanifestasi sebagai
episode berulang Hiperglikemi postprandial.Episode ini postprandial yang paling
signifikan bertanggung jawab untuk pertumbuhan dipercepat dipamerkan oleh
janin.hiperinsulinemia janin mempromosikan penyimpanan kelebihan gizi, sehingga
macrosomia
Pengeluaran
energi yang berhubungan dengan konversi kelebihan glukosa menjadi penyebab
penurunan lemak dalam kadar oksigen janin. Episode ini hipoksia janin yang
disertai dengan lonjakan di katekolamin adrenal, yang, pada gilirannya,
menyebabkan hipertensi, remodelling jantung dan hipertrofi, stimulasi
eritropoietin, hiperplasia sel darah merah, dan peningkatan hematokrit.
Polisitemia (hematokrit> 65%) terjadi pada 5-10% dari bayi yang baru lahir
dari ibu diabetes. Temuan ini tampaknya berhubungan dengan tingkat kontrol
glisemik dan ditengahi oleh penurunan tegangan oksigen janin.
Hematokrit
tinggi nilai-nilai dalam memimpin neonatus untuk sludging pembuluh darah,
sirkulasi yang buruk, dan hiperbilirubinemia pascakelahiran. Di sisi lain, gula
darah postprandial nilai puncak jarang melebihi 120 mg / dL. Meticulous
replication of the normal glycemic profile during pregnancy has been
demonstrated to reduce the macrosomia rate. Teliti replikasi dari profil
glisemik normal selama kehamilan telah ditunjukkan untuk mengurangi tingkat
macrosomia.Secara khusus, ketika kadar glukosa 2 jam postprandial
diselenggarakan kurang dari 120 mg / dL, sekitar 20% dari janin menunjukkan
macrosomia. Sebaliknya, jika tingkat postprandial jangkauan hingga 160 mg / dL,
harga macrosomia naik menjadi 35%.
2.4
Manifestasi Klinis
Tanda dan
gejala klinis patogenesis Diabetes Melitus menurut Mansjoer,
(2000),
yaitu sebagai berikut :
a. Polifagia
b. Mata kabur
c. Poliuria.
d. Pruritus vulva
e. Polidipsi
f. Ketonemia
g. Lemas
h. Glikosuria
i.
BB
menurun
j.
Gula
darah 2 jam pp > 200 mg/dl
k. Kesemutan
l.
Gula
darah puasa > 126 mg/dl
m. Gula darah sewaktu > 200 mg/dl
n. Gatal
2.5
Pengobatan
Pengobatan secara medis
a. Meningkatkan jumlah insulin
b. Sulfonilurea (glipizide GITS,
glibenclamide, dsb.)
c. Meglitinide (repaglinide,
nateglinide)
d. Insulin injeksi
e. Meningkatkan sensitivitas insulin
f. Biguanid/metformin
g. Thiazolidinedione (pioglitazone,
rosiglitazone)
h. Memengaruhi penyerapan makanan
i.
Acarbose
j.
Hati-hati
risiko hipoglikemia berikan glukosa oral (minuman manis atau permen)
2.6
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan obstertik
a. Persalinan dilakukan:
1. Pertahankan janin sampai aterm
(cukup umur) dan lahir dengan spontan
2. Usahakan lakukan persalinan pada
minggu 37-38 kehamilan.
3. Bisa dilakukan Primer seksio
sesarea.
b. Penanganan bayi dengan DM
1. Bayi dengan DM disamakan
penanganannya dengan bayi prematur.
2. Observasi kemungkinan hipoglisemia
pada bayi.
3. Rawat bayi di Perawatan intensif:
neonatus intensif unit care dengan pengawasan ahli neonatologi.
2.7 Komplikasi
a. Akut
1.
Hipoglikemia
2.
Koma
Ketoasidosis
3.
Koma
hiperosmolar nonketotik
b. Kronik
1.
Makroangiopati,
mengenai pembuluh darah besar ; pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi,
dan pembuluh darah otak
2.
Mikroangiopati,
mengenai pembuluh darah kecil; retinopati diabetik, nefropati diabetic
3.
Neuropati
diabetic
4.
Rentan
infeksi, seperti tuberkulosis paru, gingivitis
5.
dan
infeksi saluran kemih
6.
Kaki
diabetik
2.8
Pemeriksaan Diagnostic
a. Adanya kadar glukosa darah yang
tinggi secara abnormal. Kadar gula darah pada waktu puasa > 140 mg/dl. Kadar
gula sewaktu >200 mg/dl.
b. Tes toleransi glukosa. Glukosa plasma dari
sampel yang diambil 2 jam pp >200 mg/dl.
c. Glukosa darah: darah arteri /
kapiler 5-10% lebih tinggi daripada darah vena, serum/plasma 10-15% daripada
darah utuh, metode dengan deproteinisasi 5% lebih tinggi daripada metode tanpa
deproteinisasi
d. Glukosa urin: 95% glukosa
direabsorpsi tubulus, bila glukosa darah > 160-180% maka sekresi dalam urine
akan naik secara eksponensial, uji dalam urin: + nilai ambang ini akan naik
pada orang tua. Metode yang populer: carik celup memakai GOD.
e. Benda keton dalam urine: bahan urine
segar karena asam asetoasetat cepat didekrboksilasi menjadi aseton. Metode yang
dipakai Natroprusid, 3-hidroksibutirat tidak terdeteksi
f. Pemeriksan lain: fungsi ginjal (
Ureum, creatinin), Lemak darah: (Kholesterol, HDL, LDL, Trigleserid), Ffungsi
hati, antibodi anti sel insula langerhans ( islet cellantibody)
2.9
Pencegahan
a.
Primer
: untuk mengurangi obesitas dan BB.
b.
Sekunder
: deteksi dini, kontrol penyakit hipertensi, anto rokok, perawatan.
c.
Tersier
: Pendidikan tentang perawatan kaki, cegah ulserasi, gangren dan amputasi,
pemeriksaan optalmologist, albuminuria monitor penyakit ginjal, kontrol
hipertensi, status metabolic dan diet rendah protein, pendidikan pasien tentang
penggunaan medikasi untuk mengontrol medikasi
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1
Pengkajian
a. Sirkulasi
Ø Nadi pedialis
dan pengisian kapiler ekstremitas mungkin menurun atau melambat pada DM
Ø Edema atau
peningkatan TD
b. Eliminasi
Ø Dapat mengalami
riwayat pielonefritis , Infeksi Saluran Kemih, Nefropati,
Ø Poliuria
c. Makanan / cairan
Ø Polidipsia,
polifagia
Ø Mual muntah
Ø Obesitas
penambahan BB berlebihan atau tidak adekuat, klien dengan DMG biasanya gemuk,
klien dengan IDDM biasanya tidak gemuk sebelum kehamilan
Ø Nyeri tekan
abdomen
Ø Dapat mengeluh
mengalami hipoglikemia, hipoglikosuria
d. Keamanan
Ø Integritas atau
sensasi kulit lengan, paha, bokong, dan abdomen dapat berubah karena injeksi
insulin yang sering
Ø Kerusakan
penglihatan atau retinopati mungkin ada
Ø Riwayat gejala
– gejala infeksi dan atau budaya positif terhadap infeksi, khususnya perkemihan
atau vagina
e. Seksualitas
Ø Tunggi fundus
mungkin lebih tinggi atau lebih rendah dari normal terhadap usia gestasi
(hidramnion, ketidaktepatan pertumbuhan janin
Ø Riwayat
neonatus besar terhadap usia gestasi (LGA), hidramnion anomali
f. Interaksi Sosial
Ø Masalah atau
faktor sosial ekonomi dapat meningkatkan risiko komplikasi
Ø Ketidakadekuatan
atau kurangnya sistem pendukung yang bertanggung jawab (dapat secara negatif
mempengaruhi kontrol diabetik)
g. Penyuluhan atau pembelajaran
Ø BB klien saat
lahir kemungkinan 4 kg atau lebih
Ø Dapat mengeluh
masalah atau perubahan baru pada stabilitas diabetes
Ø Riwayat
keluarga Diabetes, Diabetes Mellitus Gestasional, Hipertensi karena kehamilan,
masalah infertilitas, lahir mati, aborsi spontan, hidramnion, makrosomia (lebih
dari 4000 gr atau 9 lb saat lahir)
3.2
Diagnosa
a. Resiko tinggi terhadap perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna dan
menggunakan nutrisi kurang tepat.
b. Resiko tinggi terhadap cedera janin
berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa maternal, perubahan pada
sirkulasi.
c. Resiko tinggi terhadap cedera
maternal berhubungan dengan ketidakadekuatan kontrol diabetik, profil darah
abnormal atau anemia, hipoksia jaringan dan perubahan respon umum.
d. Kurang pengetahuan tentang kondisi
diabetik, prognosa dan kebutuhan tindakan pengobatan berhubungan dengan
kurangnya informasi, kesalahan informasi dan tidak mengenal sumber informasi.
e. Resiko tinggi terhadap trauma,
pertukaran gas pada janin berhubungan dengan ketidakadekuatan kontrol diabetik
maternal, makrosomnia atau retardasi pertumbuhan intra uterin.
f. Gangguan psikologis, ansietas
berhubungan dengan situasi kritis atau mengancam pada status kesehatan maternal
atau janin.
3.3
Intervensi dan Rasional
a.
Resiko tinggi terhadap perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna dan
menggunakan nutrisi kurang tepat.
Intervensi :
1. Timbang berat badan setiap kunjungan
prenatal.
Rasional: Penambahan berat badan adalah kunci
petunjuk untuk memutuskan penyesuaian kebutuhan kalori.
2. Kaji masukan kalori dan pola makan
dalam 24 jam.
Rasional : Membantu dalam mengevaluasi
pemahaman pasien tentang aturan diet.
3. Tinjau ulang dan berikan informasi
mengenai perubahan yang diperlukan pada penatalaksanaan diabetic.
Rasional : Kebutuhan metabolisme dari janin
dan ibu membutuhkan perubahan besar selama gestasi memerlukan pemantauan ketat
dan adaptasi.
4. Tinjau ulang tentang pentingnya
makanan yang teratur bila memakai insulin.
Rasional : Makan sedikit dan sering menghindari hiperglikemia , sesudah makan dan kelaparan.
Rasional : Makan sedikit dan sering menghindari hiperglikemia , sesudah makan dan kelaparan.
5. Perhatikan adanya mual dan muntah
khususnya pada trimester pertama.
Rasional : Mual dan muntah dapat mengakibatkan
defisiensi karbohidrat yang dapat mengakibatkan metabolisme lemak dan
terjadinya ketosis.
6. Kaji pemahaman stress pada diabetic.
Rasional : Stress dapat mengakibatkan
peningkatan kadar glukosa, menciptakan fluktuasi kebutuhan insulin.
b.
Resiko Tinggi cidera janin
berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa maternal, perubahan pada
sirkulasi.
Intervensi :
1. Kaji control diabetik sebelum
konsepsi.
Rasional : Pengontrolan secara ketat sebelum
konsepsi membantu menurunkan resiko mortalitas janin dan abnormal konginental.
2. Tentukan klasifikasi white terhadap
diabetes.
Rasional : Janin kurang beresiko bila
klasifikasi white adalah A, B, C dan apabila D adalah beresiko tinggi.
3. Kaji gerakan janin dan denyut janin
setiap kunjungan.
Rasional : Terjadi insufisiensi plasenta dan
ketosis maternal mungkin secara negatif mempengaruhi gerakan janin dan denyut
jantung janin.
4. Observasi tinggi fundus uteri setiap
kunjungan.
Rasional : Untuk mengidentifikasi pola
pertumbuhan abnormal
5. Observasi urine terhadap keton.
Rasional : Benda keton dapat mengakibatkan
kerusakan susunan syaraf pusat yang tidak dapat diperbaiki.
6. Berikan informasi dan buatkan
prosedur untuk pemantauan glukosa dan penatalaksanaan diabetes di rumah.
Rasional : Penurunan mortalitas dan komplikasi
morbiditas janin bayi baru lahir dan anomali congenitial dihubungkan dengan
kenaikan kadar glukusa darah.
7. Pantauan adanya tanda tanda edema, proteinuria,
peningkatan tekanan darah.
Rasional : sekitar 12% – 13% dari diabetes akan berkembang menjadi gangguan hipertensi karena perubahan kardiovaskuler berkenaan dengan diabetes.
Rasional : sekitar 12% – 13% dari diabetes akan berkembang menjadi gangguan hipertensi karena perubahan kardiovaskuler berkenaan dengan diabetes.
c.
Resiko tinggi terhadap cedera
maternal berhubungan dengan perubahan kontrol diabetik, profil darah abnormal
atau anemia, hipoksia jaringan dan perubahan respon imun.
Intervensi :
1. Perhatikan klasifikasi white untuk
diabetes. Kaji derajad kontrol diabetik.
Rasional : Klien dengan klasifikasi D, E atau
F adalah berisiko tinggi terhadap komplikasi kehamilan.
2. Kaji perdarahan pervaginam dan nyeri
tekan abdomen.
Rasional: Perubahan vaskuler yang dihubungkan
dengan diabetes menandakan resiko abrupsi plasenta.
3. Pantau terhadap tanda dan gejala
persalinan preterm.
Rasional: Distensi uterus berlebihan karena
makrosomia atau hidramnion dapat mempredisposisikan pada persalinan awal.
4. Bantu untuk belajar memantau glukosa
darah di rumah yang dilakukan 6 kali sehari.
Rasional: Memungkinkan keakuratan tes urin yang lebih besar karena ambang ginjal terhadap glukosa menurun selama kehamilan.
Rasional: Memungkinkan keakuratan tes urin yang lebih besar karena ambang ginjal terhadap glukosa menurun selama kehamilan.
5. Periksa keton dalam urin setiap
hari.
Rasional: Ketonuria menandakan adanya kondisi
kelaparan yang secara negatif dapat mempengaruhi perkembangan janin
6. Identifikasi kejadian hipoglikemia
dan hiperglikemia.
Rasional: Insiden hipoglikemia sering terjadi
pada trimester ketiga karena aliran glukosa darah dan asam amino yang kontinue
pada janin dan untuk menurunkan kadar insulin antagonis laktogen plasenta.
Insiden hiperglikemia memerlukan regulasi diet atau insulin untuk normoglikemia
khususnya pada trimester kedua dan ketiga karena kebutuhan insulin sering
meningkat dua kali.
Kolaborasi :
1. Pantau kadar glukosa serum setiap
kunjungan.
Rasional: Mendeteksi ancaman ketoasidosis,
menentukan adanya ancaman hipoglikemia.
2. Dapatkan HbA1c setiap 2-4 minggu
sesuai indikasi.
Rasional: Mengontrol secara akurat glukosa selama
60 hari terakhir.
3. Kaji Hb dan Ht pada kunjungan awal
lalu selama trimester kedua dan preterm.
Rasional: Anemia mungkin ada dengan masalah
vaskuler.
d.
Kurang pengetahuan mengenai kondisi
diabetes, prognosis dan kebutuhan tindakan berhubungan dengan kurang informasi,
kesalahan informasi dan tidak mengenal sumber informasi
Intervensi :
1. Kaji pengetahuan tentang proses dan
tindakan terhadap penyakit termasuk hubungan dengan diet, latihan, stres dan
kebutuhan insulin.
Rasional: Diabetes mellitus gestasional
besisiko terhadap ambilan glukosa yang tidak efektif dalam sel, penggunaan
lemak dan protein untuk energi secara berlebihan dan dehidrasi seluler saat air
dialirkan dari sel oleh konsentrasi hipertonik glukosa dalam serum.
2. Tinjau ulang pentingnya pemantauan
serum glukosa sedikitnya 6 kali sehari.
Rasional: Pengukuran glukosa darah penting untuk mengenali dampak diet dan latihan.
Rasional: Pengukuran glukosa darah penting untuk mengenali dampak diet dan latihan.
3. Berikan informasi tentang cara kerja
dan efek merugikan insulin dan tinjau ulang alasan menghindari obat hipoglikemi
oral.
Rasional: Perubahan metabolik prenatal
menyebabkan kebutuhan insulin berubah. Trimester pertama kebutuhan insulin
rendah tetapi menjadi dua kali dan empat kali selama trimester kedua dan
ketiga. Meskipun insulin tidak melewati plasenta, agen hipoglikemi oral dapat
dan potensial membahayakan janin.
4. Jelaskan penambahan berat badan
normal.
Rasional: Pembatasan kalori dengan akibat
ketonemia dapat menyebabkan kerusakan janin dan menghambat penggunaan protein
optimal.
5. Berikan informasi tentang kebutuhan
program latihan ringan.
Rasional: Latihan setelah makan dapat
membantu mencegah hipoglikemia dan menstabilkan penyimpangan glukosa, kecuali
terjadi peningklatan glukosa berlebihan, dimana latihan dapat meningkatkan
ketoasidosis.
e.
Resiko tinggi terhadap trauma,
gangguan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan ketidakadekuatan kontrol
diabetik maternal, makrosomnia atau retardasi pertumbuhan intra uterin.
Intervensi :
1. Tinjau ulang riwayat pranatal dan
kontrol maternal.
Rasional: Hiperglikemia maternal pada periode
pranatal meningkatkan makrosomia, membuat janin berisiko terhadap cedera
kelahiran karena distosia atau disporsia sefalopelvis. Kadar glukosa maternal
yang tinggi pada kelahiran meransang pankreas janin, mengakibatkan hiperinsulinemia.
2. Periksa adanya glukosa atau keton
dan albumin dalam urin ibu dan pantau tekanan darah.
Rasional: Peningkatan glukosa dan kadar keton
menandakan ketoasidosis yang dapat mengakibatkan asidosis janin dan potensial
cedera susunan syaeaf pusat.
3. Observasi tanda vital.
Rasional: Peningkatan infeksi asenden, dapat
mengakibatkan sepsis neonatal.
4. Anjurkan posisi rekumben lateral
selama persalinan.
Rasional: Meningkatkan perfusi plasenta dan
meningkatkan kesediaan oksigen untuk janin.
5. Lakukan dan bantu dengan pemeriksaan
vagina untuk menentukan kemajuan persalinan.
Rasional: Persalinan yang lama dapat
meningkatkan resiko distres janin.
Kolaborasi :
1. Tinjau hasil tes pranatal seperti
profil biofisikal, tes nonstres dan tes stres kontraksi.
Rasional: Memberikan informasi tentang cadangan pada plasenta untuk oksigenasi janin selama periode intrapartal.
Rasional: Memberikan informasi tentang cadangan pada plasenta untuk oksigenasi janin selama periode intrapartal.
2. Dapatkan atau tinjau ulang hasil
dari amniosentesis dan ultrasonografi.
Rasional: Memberikan informasi tentang maturasi paru janin.
Rasional: Memberikan informasi tentang maturasi paru janin.
3. Pantai kadar glukosa serum maternal
dengan finger stick setiap jam, kemudian setiap 2-4 jam sesuai indikasi.
Rasional: Peningkatan kebutuhan energi,
penurunan kadar glikogen.
4. Observasi frekuensi denyut jantung
janin.
Rasional: Tacikardi, bradikardi atau
deselerasi lambat pada penurunan variabilitas menandakan kemungkinan hipoksia
janin.
f.
Gangguan psikologis, ansietas
berhubungan dengan situasi kritis atau mengancam pada status kesehatan maternal
atau janin
Intervensi
1. Atur keberadaan perawat secara
kontinu selama persalinan.
Rasional : Meningkatkan kontinuitas asuhan. Pasien dan keluarga
perlu mengetahui bahwa mereka tidak sendiri dan tersedianya tenaga bantuan
dengan segera.
2. Pastikan respon yang ada pada
pesalinan dan penatalaksanaan medis. Kaji keefektifan sistem pendukung.
Rasional : Memberikan pengkajian dasar untuk perbandingan
selanjutnya, mengidentifikasi kekuatan dan masalah yang potensial.
3. Ajarkan tehnik relaksasi dan
distraksi
Rasional : Memberikan perasaan kontrol
terhadap situasi.
4. Jelaskan semua prosedur tindakan perawatan
Rasional : Pengetahuan tentang apa yang
terjadi membantu menurunkan rasa takut.
5. Fasilitasi
semua keluhan atas ungkapan perasaan
Rasional : Suasana terbuka dan
mendukung menurunkan intimidasi karena prosedur atau peralatan.
6. Informasikan
kepada keluarga tentang kemajuan persalinan dan keadaan janin.
Rasional : Membantu untuk menghilangkan atau meminimalkan rasa
khawatir dan mengembangkan rasa percaya.
3.4
Evaluasi
a. kebutuhan nutrisi terpenuhi,
Mempertahankan kadar gula darah puasa antara 60-100 mg/dl dan 2 jam sesudah
makan tidak lebih dari 140 mg/dl.
b. Tetap normotensif.
c. Mempertahankan normoglikemia, Bebas
dari komplikasi seperti infeksi, pemisahan plasenta.
d. Berpartisipasi dalam penatalaksanaan
diabetes selama kehamilan.
e. Mengungkapkan pemahaman tentang
prosedur, tes laboratorium dan aktivitas yang melibatkan pengontrolan diabetes.
f. Kehamilan cukup bulan.
g. Meningkatkan keberhasilan kelahiran
dari bayi usia gestasi yang tepat
h. cidera janin tidak terjadi,
menunjukan reaksi Non stress test dan Oxytocin Challenge
i.
Test negative atau Construction Stress Test
secara normal.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Seperti halnya penyakit kencing manis pada umumnya, pada
pemeriksaan gula darah pun ditemukan nilai yang tinggi pada kadar gula darah
puasa dan 2 jam setelah makan serta bila dilakukan pemeriksaan kadar gula pada
urine (air kencing) juga ditemukan reaksi positif. Pemeriksaan ini dapat
diulang selama proses pengobatan dengan obat antidiabetes untuk memantau kadar
gula darah
Tindakan yang dapat dilakukan pada pasien diabetes
gestasional antara lain dengan tetap mengutamakan pengaturan diet diabetes,
apabila kadar gula darah terlampau tinggi bisa dilakukan opname untuk regulasi
dengan insulin baik intravena maupun suntikan subkutan. Jadi usahakan pada
semua penderita hamil untuk memilih pengobatan dengan pengaturan diet bila
tidak tercapai keadaan kadar gula darah yang normal baru disuntik dengan
insulin. Obat tambahan lain bisa dengan vitamin vitamin untuk menjaga kondisi
tubuh pasien.
4.2
Saran
Sebagai perawat disarankan
untuk memberi dukungan kepada pasien, dan menganjurkan pasien maupun keluarga
untuk tidak putus asa terhadap kemungkinan buruk yang akan terjadi, serta
menganjurkan pasien untuk mengikuti terapi yang dianjurkan.
Selain itu juga perawat
harus memperhatikan personal hygiene untuk mengurangi dampak yang terjadi pada
saat memberikan pelayanan kesehatan pada penderita diabetes
DAFTAR PUSTAKA
(diakses pada tanggal 11 februari 2013)
(diakses pada tanggal 11 februari 2013)
(diakses pada tanggal 12 Februari 2013)
(diakses pada tanggal 12 Februari 2013)
W.A NewmanDorland.2010.Kamus Kedokteran Dorland.edisi 31.Jakarta:EGC
Nursing.2011.memahami
berbagai macam penyakit.Cetakan 2.Jakarta Barat:PT Indeks
0 komentar:
Posting Komentar