Sabtu, 30 Maret 2013

ASKEP ACROMEGALI



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Akromegali merupakan penyakit kronis yang diakibatkan oleh kelebihan GH (Growth Hormone) / IGF-1 (Insulin Like Growth Factor-1) yang dapat mengganggu faal jantung dan pernapasan sehingga meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas. Penyebab kematian tersering pada akromegali adalah penyakit kardiovaskuler.
Kelebihan GH pada masa kanak-kanak, dimana lempeng epifisis (epiphyseal plate) pada ujung-ujung tulang panjang masih belum tertutup, akan berakibat timbulnya tubuh raksasa (gigantisme). Apabila kelebihan GH terjadi setelah dewasa, dimana lempeng epifisisnya sudah menutup maka yang terjadi adalah akromegali. Pada umumnya pasien gigantisme  juga menunjukkan gambaran akromegali. Penyakit ini jarang sekali, insiden pasien baru adalah 3-4/1 juta penduduk / tahun. Usia rata-rata pada saat ditegakkannya diagnosis akromegali adalah 40-45 tahun.
Peningkatan GH / IGF-1 biasanya akibat tumor hipofisis yang menghasilkan GH (somatotroph tumor). Penyebab lain yang sangat jarang adalah peningkatan GHRH (Growth Hormone Releasing Hormone) yang dihasilkan oleh tumor-tumor hipotalamus dan GHRH / GH ektopik dari tumor-tumor non endokrin.
Timbulnya gambaran klinis berlangsung perlahan-lahan dimana waktu rata-rata antara mulai keluhan sampai terdiagnosis berkisar sekitar 12 tahun. Gambaran klinis akromegali dapat berupa akibat kelebihan GH / IGF-1 dan akibat massa tumor sendiri. Pengobatan pada kasus dini dengan pembedahan tumor, obat-obatan dan penyinaran dapat memperbaiki kualitas hidup pasien.

1.2 Rumusan masalah
1.2.1        Apakah Akromegali itu ?
1.2.2        Apakah Etiologi Akromegali ?
1.2.3        Bagaimanakah Patofisiologi Akromegali ?
1.2.4        Bagaimanakah Manifestasai Klinis Akromegali ?
1.2.5        Bagaimanakah Komplikasi Akromegali ?
1.2.6        Bagaimanakah Pemeriksaan Diagnostik Akromegali ?
1.2.7        Bagaimanakah Penatalaksanaan  Akromegali?
1.2.8        Bagaimanakah pengobatan Akromegali ?
1.2.9        Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada klien dengan Akromegali?

1.3 Tujuan
1.3.1        Mengetahui definisi Akromegali
1.3.2        Mengetahui etiologi Akromegali
1.3.3        Mengetahui patofisiologi Akromegali
1.3.4        Mengetahui manifestasi klinis Akromegali
1.3.5        Mengetahui komplikasi Akromegali
1.3.6        Mengetahui pemeriksaan diagnostik Akromegali
1.3.7        Mengetahui penatalaksanaan Akromegali
1.3.8        Mengetahui pengobatan Akromegali
1.3.9        Mengetahui asuhan keperawatan pada Akromegali


BAB II
KONSEP DASAR UMUM

2.1 Definisi
Akromegali adalah pertumbuhan atau penebalan tulang-tulang dan jaringan lunak dari hipersekresi GH yang terjadi setelah pertumbuhan somatik selesai. Penderita akromegali memperlihatkan pembesaran tangan dan kaki. (Price, 2005)
Akromegali suatu penyakit proliferasi jaringan penyambung, dijumpai pada individu dewasa dengan kelebihan GH. Karena pertumbuhan tulang panjang berhenti pada individu dewasa, kelebihan GH tidak dapat menyebabkan pertumbuhan skelet. Akromegali berkaitan dengan pertumbuhan kartilago tangan, kaki, hidung, rahang, dagu dan tulang wajah. Proliferasi jaringan penyambung, di organ internal, termasuk jantung, juga terjadi.

2.2 Etiologi
Pelepasan hormon pertumbuhan yang disebabkan tumor hipofise jinak (adenoma). Dan dapat juga karena kelainan hipotalamus yang mengarah pada pelepasan growth hormone berlebihan.

2.3 Patofisiologi
Tumor  hipofisis  afiterior  akan menimbulkan  efek massa terhadap  struktur sekitarnya. Gejala klinis  yang  sering ditemukan  adalah sakit kepala  dan gangguan  penglihatan. Pembesaran  ukuran  tumor akan menyebabkan  timbulnya keluhan sakit kepala,  dan penekanan  pada  kiasma  optikum akan menyebabkan gangguan penglihatan dan penyempitan lapang pandang.  Selain  itu, penekanan  pada daerah otak lainnya  juga dapat menimbulkan  kejang, hemiparesis,  dan gangguan  kepribadian. Pada akromegali  dapat  terjadi  hipersekresi  maupun penekanan  sekresi  hormon  yang dihasilkan oleh hipofisis anterior. Hiperprolaktinemia dijumpai pada 30%  kasus  sebagai akibat  dari penekanan  tangkai atau histopatologi  tumor tipe campuran. Selain  itu, dapat  terjadi hipopituitari  akibat penekanan  massa hipofisis  yang normal  oleh massa  hormon. Hipenekresi hormon  pefiumbuhan  dapat menimbulkan berbagai macam perubahan metabolik dan sistemik, seperti pembengkakan  jaringan  lunak akibat  peningkatan  deposisi glikosaminoglikan  serta  retensi cahan  dan natrium  oleh ginjal, pertumbuhan  tulang yang berlebihan,  misalnya  pada  tulang wajah dan ekstremitas,  kelemahan  tendon  dan  ligamen  sendi, penebalan  jaringan  kartilago sendi dan  jaringan fibrosa periartikular,  osteoartritis, serta peningkatan  aktivitas kelenjar keringat  dan sebasea. Hormon pertumbuhan  yang berlebihan  akan menyebabkan  gangguan  organ dalam  dan metabolik. Pembesaran organ dalam (organomegali)  seringkali  ditemukan. Pada jantrng  terjadi hipertrofi  keduaventrikel.  Retensi cairan dan natrium akan menyebabkan  peningkatan volume  plasrna  dan berperanan dalam  terjadinya hipertensi  pada  pasien akromegali.  Selain  itu, efek kontra hormon  pertumbuhan terhadap kerja  insulin di  jaringan hati maupun  perifer dapat menyebabkan toleransi  glukosa  terganggu (15%) gangguan glukosa  darah  puasa  (19%), dan diabetes melitus 20%).
Efek tersebut diperkirakan  terjadi melalui peningkatan produksi dan ambilan  asam  lemak bebas. Resistensi  insulin  terjadi akibat  peningkatan massa  jaringan  lemak, pentrunan  lean
body mass,  serta gangguan  aktivitas  fisik. Gangguan kerja enzim trigliserida lipase  dan  lipoprotein  lipase di hati akan menyebabkan hipertrigliseridemia. Perubahan juga  dapat terjadi  pada saluran  napas  atas,seperti pembesaran  sinus paranasal  dan penebalan  pita  suara. Selain  itu,  lidah dapat membesar  dan massajaringan lunak di daerah  saluran  napas atas bertambah, sehingga  menyebabkan  terjadinya  gangguan  tidur  (sleep apnoe). Pada pasien akromegali juga  dapat terjadi hiperkalsiuri, hiperkalsemia,  dan nefrolitiasis, yang disebabkan  oleh stimulasi  enzim  lcr-hidroksilase,  sehingga meningkatkan kadar vitamin D, yang akan meningkatkan  absorbs kalsium. Pada jaringan  saraf dapat  terjadi  neuropati motorik dan sensorik. Neuropati  yang  terjadi diperburuk  oleh kondisi hiperglikemia yang sering ditemukanpada  pasien akromegali. Edema pada  sinovium  sendi pergelangan  tangan dan pertumbuhan  tendon dapat menyebabkan  sindrom
terowongan  karpal  (carpal tunnel syndrome).

2.4 Manifestasi Klinis
a.       Pelepasan hormon pertumbuhan yang berlebihan mulai terjadi usia 30-50 tahun. Karena itu tulang mengalami kelainan bentuk, bukan memanjang.
b.      Gambaran tulang wajah menjadi kasar, tangan dan kakinya membengkak, sehingga biasanya selama bertahun-tahun tidak disadari oleh penderitanya.
c.       Rambut, badan semakin kasar sejalan dengan menebal dan bertambah gelapnya kulit. Hal itu disebabkan karena adanya kelenjar sebasea dan kelenjar keringat didalam kulit membesar yang dapat menyebabkan keringat berlebihan dan bau badan yang menyengat.
d.      Pertumbuhan berlebih pada tulang rahang (mandibula) bisa menyebabkan rahang menonjol (prognatisme).
e.       Tulang rawan pada pita suara menebal sehingga suara menjadi dalam dan serak.
f.       Lidah membesar dan lebih berkerut-kerut.
g.      Ditemukan nyeri sendi.
h.      Gangguan dan kelemahan tungkai dan lengannya karena jaringan yang membesar dapat menekan persyarafan.
i.        Gangguan penglihatan karena adanya saraf yang membawa sinyal dari mata ke otak tertekan sehingga penglihatan terganggu terutama pada lapang pandang sebelah luar.
j.        Tumor hipofise dapat menyebabkan sakit kepala hebat.
k.      Wanita memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur.
l.        Sepertiga penderita pria menjadi impoten.

2.5 Komplikasi
Komplikasi akromegali antara lain hipertrofi jantung dan hipertensi. Diabetes militus dapat terjadi akibat kecendrungan GH untuk meningkatkan glukosa darah dan menurunkan sensitivitas insulin sel.

2.6 Pemeriksaan Diagnositik
a.       Laboratorium darah yaitu pemeriksaan darah yang mengukur kadar GH
b.      Rontgen tulang tengkorak untuk melihat penebalan tulang.
c.       Rontgen tangan dapat menunjukkan penebalan tulang dibawah ujung jari tangan dan pembengkakan jaringan disekitar tulang.

2.7 Penatalaksanaan
Terapi kelebihan GH biasanya adalah eksisi tumor penyekresi GH pembedahan. Terapi radiasi juga dapat diberikan.
Bromokriptin, suatu antagonis dopamin, dapat efektif untuk menurunkan kadar GH.
Dalam hal ini dikenal 3 macam terapi, yaitu:
a.      Terapi pembedahan
Terapi pembedahan adalah cara pengobatan utama. Dikenal 2 macam pembedahan tergantung dari besarnya tumor yaitu:
1.      Bedah makro dengan melakukan pembedahan pada batok kepala (TC atau Trans Cranial)
2.      Bedah mikro (TESH/ Trans Ethmoid Sphenoid Hypophysectomy). Cara terakhir TESH ini dilakukan dengan cara pembedahan melalui sudut antara celah intra orbita dan jembatan hidung antara kedua mata untuk mencapai tumor hipofisis.
b.      Terapi radiasi
Indikasi radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal, kalau tindakan operasi tidak memungkinkan dan menyertai tindakan pembedahan atau masih terdapat gejala aktif setelah terapi pembedahan dilakukan.
Tindakan radiasi dapat dilaksanakan dalam 2 cara, yaitu:
1.      Radiasi secara konversional (Conventinal High Voltage Radiation, 45 69 4500 RAD)
2.      Radiasi dengan energy tinggi partikel berat (High Energy Particles Radiation, 150 69 15000 RAD)
c.       Terapi medikamentosa
1.      Agosis dopamine
Pada orang normal dopamine atau agosis dopamine dapat meningkatkan kadar HP tetapi tidak demikian halnya pada pasien akromegali. Pada akromegali dopamine ataupun agosis dopamine menurunkan kadar HP dalam darah.
Contoh agosis dopamine:
a.       Brokriptin
Dianjurkan memberikan dosis 2,5 mg sesudah makan malam, dan dinaikkan secara berkala 2,5 mg setiap 2-4 hari. Perbaikan klinis yang dicapai antara lain adalah:
1.      Ukuran tangan dan jari mengecil, serta
2.      Terjadi perbaikan gangguan toleransi glukosa
Efek samping yang terjadi adalah vaso spasme digital, hipotensi ortostatik, sesak nafas ringan, nausea, konstipasi, dll.
b.      Ocreotide (Long Acting Somatostatin Analogue)
Cara pemberian melalui subkutan. Dosis: dosis rata-rata adalah 100-200 mikrogram diberikan setiap 8 jam.
Perbaikan klinis yang dicapai:
1.      Menurunkan kadar HP menjadi dibawah 5 mikrogram/ 1 pada 50 kasus
2.      Menormalkan kadar IGF1/ SM-C pada 50% kasus
3.      Penyusunan tumor
Efek samping: ringan dan mempunyai sifat sementara yaitu nyeri local/ di daerah suntikan dan kram perut.

2.8 Pengobatan
Tujuan pengobatan adalah:
a.       Menormalkan tubuh kembali kadar GH atau IGF1/SM-C
b.      Memperkecil tumor atau menstabilkan besarnya tumor
c.       Menormalkan fungsi hipofisis
d.      Mencegah komplikasi akibat kelebihan kadar GH/IFG1 atau SM-C akibat pembesaran tumor.


BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
a.      Keluhan Utama
Pada akromegali umumnya memeperlihatkan pembesaran tangan dan kaki.
b.      Riwayat Penyakit Sekarang
Pada akromegali klien mengatakan tulang mengalami kelainan bentuk, bukan memanjang, gambaran tulang wajah kasar, tangan dan kakinya membengkak.
c.       Riwayat Penyakit Dahulu
biasanya riwayat penyakit dahulu klien mungkin pernah menderita tumor hipofisis jinak.
d.      Riwayat Penyakit Keluarga
tidak diturunkan dari riwayat keluarga yang memilki penyakit akromegali
e.       Pemeriksaan Fisik
1.      Breath (B1)
Biasanya pada pasien akromegali tidak terjadi perubahan pola nafas. Bunyi nafas normal. Gangguan nafas biasanya terjadi akibat adanya proses pembesaran tumor hipofisis.
2.      Blood (B2)
akromegali jantung biasanya membesar dan fungsinya sangat terganggu sehingga terjadi gagal jantung.
3.      Brain (B3)
Pada tumor hipofisis yang mengakibatkan akromegali biasanya terjadi nyeri kepala bitemporal, gangguan penglihatan disertai hemi-anopsia bitemporal akibat penyebaran supraselar tumor dan penekanan kiasma optikum.
4.      Bladder (B4)
Pada akromegali terdapat penurunan libido, impotensi, oligomenorea, infertilitas, nyeri senggama pada wanita, batu ginjal.
5.      Bowel (B5)
Biasanya pola BAB normal, terjadi deformitas mandibula disertai timbulnnya prognatisme (rahang ang menjorok ke depan) dan gigi geligi tidak dapat menggigit sehingga meyulitkan dalam mengunyah makanan. Pembesaran mandibula menyebabkan gigi-gigi renggang, lidah juga membesar sehingga penderita sulit berbicara. (Price, 2005)
6.      Bone (B6)
Pada akromegali pertumbuhan longitudinal, pembesaran pada kaki dan tangan perubahan bentuk yang terjadi membesar. Deformitas tulang belakang karena pertumbuhan tulang yang berlebihan, mengakibatkan timbulnya nyeri punggung dan perubahan fisiologik tulang belakang. Terdapat nyeri sendi pada bahu tulang dan lutut. (Price, 2005)
f.        Pemeriksaan Penunjang
Foto tengkorak, CT scan otak, Pemeriksaan kadar GH,  Tes toleransi glukosa.
3.2 Diagnosa keperawatan
a.       Gangguan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan gangguan transmissi impuls sebagai akibat penekanan tumor pada nervus optikus
b.      Nyeri berhubungan dengan adanya adenoma kelenjar hipofisis
c.       Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan penampilan tubuh
d.      Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan status kesehatan
e.       Defisit perawatan diri berhubungan dengan menurunnya kekuatan otot 

3.3 Intervensi dan rasional
a.      Gangguan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan gangguan transmissi impuls sebagai akibat penekanan tumor pada nervus optikus.
Tujuan :
Gangguan persepsi sensori teratasi.

Kriteria hasil :
1.      Dengan penglihatan yang terbatas klien mampu melihat lingkungan semaksimal mungkin.
2.      Mengenal perubahan stimulus yang positif dan negatif.
3.      Mengidentifikasi kebiasaan lingkungan.

Intervensi :
1.      Orientasikan pasien terhadap lingkungan aktifitas.
Rasional : Memperkenalkan pada pasien tentang lingkungan dam aktifitas sehingga dapat meninggalkan stimulus penglihatan.
2.      Bedakan kemampuan lapang pandang diantara kedua mata
Rasional : Menentukan kemampuan lapang pandang tiap mata
3.      Observasi tanda disorientasi dengan tetap berada di sisi pasien
Rasional : Mengurangi ketakutan pasien dan meningkatkan stimulus.
4.      Dorong klien untuk melakukan aktivitas sederhana seperti menonton TV, mendengarkan radio. Dll
Rasional : Meningkatkan input sensori, dan mempertahankan perasaan normal, tanpa meningkatkan stress.
5.      Posisi pintu harus tertutup terbuka, jauhkan rintangan.
Rasional : Menurunkan penglihatan perifer dan gerakan.

b.      Nyeri berhubungan dengan adanya adenoma kelenjar hipofisis
Tujuan :
Rasa nyeri berkurang atau hilang

Kriteria Hasil :
1.      Pasien akan memberitahukan nyeri hilang atau terkontrol
2.      Pasien dapat melakukan tindakan atau metode untuk mengurangi dan mengatasi nyeri.
Intervensi:
1.      Kaji karakteristik nyeri
Rasional : Untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.
2.      Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal, seperti: ekspresi wajah; gelisah,  menangis, menarik diri
Rasional : Merupakan indikator / derajat nyeri yang tidak langsung dialami pasien
3.      Ciptakan lingkungan yang nyaman
Rasional : Rangsangan yang berlebihan dari lingkungan akan memperberat rasa nyeri
4.      Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.
Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot untuk relaksasi seoptimal mungkin
5.      Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri itu muncul
Rasional : Pengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat mengurangi beratnya serangan
6.      Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien.
7.      Kolaborasi dalam pemberian analgesik
Rasional : Obat-obatan anlgesik dapat membantu mengurangi nyeri pasien.

c.       Gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya pertumbuhan organ-organ yang berlebihan
Tujuan :
Pasien dapat menerima dengan adanya pertumbuhan organ-organ yang belebihan.

Kriteria Hasil :
1.      Pasien mau berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan, tanpa rasa malu dan rendah diri.
2.      Pasien yakin akan kemampuan yang akan dimiliki.

Intervensi :
1.      Dorong mengungkapkan mengenai masalah tentang proses penyakit
Rasional : Memberikan informasi kepada pasien tentang penyebab penyakit sehingga menimbulkan respon psikologis yang positif
2.      Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas
Rasional : Untuk meningkatkan perilaku yang adiktif dari pasien
3.      Bantu dengan kebutuhan perawatan yang diperlukan
Rasional : Membantu memenuhi kebutuhan klien sehingga klien merasa nyaman dan kebutuhan perawatannya terpenuhi.


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Akromegali terjadi akibat hipersekresi persisten dari GH, yang merangsang sekresi IGF-1 oleh hati dan akhirnya menyebabkan manifestasi klinis. Akromegali terjadi apabila peningkatan GH terjadi setelah dewasa sedangkan pada anak-anak maupun remaja akan muncul sebagai gigantisme.
Penyebab terbanyak (95 %) dari akromegali  adalah adenoma hipofisis yang mensekresi GH dan jarang sekali disebabkan oleh GH / GHRH ektopik.
Gambaran klinik ditentukan oleh tingginya GH / IGF-1 dan efek massa tumor. Konsekuensi akromegali / gigantisme dapat meningkatkan angka morbiditas dan motalitas, terutama oleh komplikasi cardioserobrovaskuler dan pernafasan.
Pilihan utama pengobatan adalah operasi transsphenoid, namun akhir-akhir ini pesat perkembangan pengobatan medis / farmakologis. Oleh karena pengobatan radiasi masih banyak kelemahannya, penggunaannya hanya sebagai penunjang pada kasus-kasus tertentu.

4.2 Saran
Sebagai perawat disarankan untuk memberi dukungan kepada pasien, dan menganjurkan pasien maupun keluarga untuk tidak putus asa terhadap kemungkinan buruk yang akan terjadi, serta menganjurkan pasien untuk mengikuti terapi yang dianjurkan.
Selain itu juga perawat harus memperhatikan personal hygiene untuk mengurangi dampak yang terjadi pada saat memberikan pelayanan kesehatan pada penderita akromegali




DAFTAR PUSTAKA

(diakses pada tanggal 20 februari 2013)
(diakses pada tanggal 20 februari 2013)
(diakses pada tanggal 20 februari 2013)
W.A NewmanDorland.2010.Kamus Kedokteran Dorland.edisi 31.Jakarta:EGC
Nursing.2011.memahami berbagai macam penyakit.Cetakan 2.Jakarta Barat:PT Indeks


0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com