Kamis, 12 April 2012

Etnografi Papua (Pulau Enggros/Injeros)


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kajian etnografi Papua berupaya menjelaskan secara baik tentang keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh orang Papua. Papua khususnya di wilayah Jayapura memiliki karakteristik wilayah, bahasa, adat-istiadat, sistem kekerabatan, sistem kepemimpinan, organisasi social, lingkungan geografis dan ekologisnya yang begitu beragam dengan muatan fauna serta flora yang tak terhitung jumlahnya.
Di dalam kehidupan sehari-hari, sering kita temukan adanya penduduk dalam masyarakat dengan kebudayaan-kebudayaan dengan sistem teknologi, ekonomi, dan organisasi social yang sama tetapi berbeda suku bangasa, karena adanya bahasa-bahasa, sistem-sistem religi, dan ekspresi-ekspresi kesenian yang berbeda. Dalam satu daerah geografi yang penduduknya padat contohnya di wilayah Jayapura, sering kita lihat bahwa penduduknya itu terdiri atas kesatuan-kesatuan administrative yang berbeda-beda disebabkan oleh adanya pengalaman sejarah yang berbeda
Pulau Enggross merupakan salah satu pulau yang berada di wilayah Jayapura yang menarik untuk dikunjungi dan diteliti keadaan .wilayah dan kehidupan masyarakatnya.

1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Bagaimanakah organisasi sosial di Pulau Enggross ?
1.2.2        Bagaimanakah status kesehatan di Pulau Enggross ?
1.2.3        Bagaimanakah sistem kepercayaan di Pulau Enggross ?


1.3  Tujuan
1.3.1        Untuk mengetahui organisasi sosial di Pulau Enggross.
1.3.2        Untuk mengetahui status kesehatan di Pulau Enggross.
1.3.3        Untuk mengetahui sistem kepercayaan di Pulau Enggross.

1.4  Metode Penulisan
Dalam mengumpulkan data, kami menggunnakan metode observasi dan wawancara pada salah satu keluarga di Pulau Enggross.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Pulau Enggross
Teluk Yotefa adalah merupakan bagian kecil dari teluk Humboldt yang diapit oleh dua buah tanjung yang menjorok dari samping kiri yaitu tanjung pie dan tanjungseweri disebelah kanan selat ini dinamakan selat Tobati yang hanya lebih kurang 300 meter, selat ini juga sekaligus sebagai pintu masuk dan keluar dari kekawasan teluk yotefa dari arah laut.
Kawasan Teluk Yotefa melalui surat Keputusan Menteri Pertanian nomor 372/KPTS/UM/1/1978 tanggal 9 Juni 1978 telah ditetapkan sebagai TAMAN WISATA ALAM  yang diberi nama Taman Wisata Alam Teluk Yotefa dengan luas 1.650 Ha, hal ini dipertegas juga dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Jayapura sebagai bagian dari kawasan lindung, Sedangkan penduduk yang bermukim di kawasan Teluk Youtefa tersebar di perkampungan penduduk asli yaitu Kampung Tobati dan Enggros dengan jumlah  kurang lebih : kampong Tobati 258 jiwa 57 KK, dan Enggros  359 jiwa 80 KK.
Pola Pemukiman, Untuk masyarakat asli Port Numbay  pola pemukiman penduduk dalam Teluk Youtefa yaitu pemukiman Kampung Tobati dan Enggros masih berpegang pada kepercayaan terhadap eksistensi asal usul kedua kampong tersebut, sehingga masyarakat masih mempertahankan pola pemukiman  diatas air. Dengan tata letak menggunakan system linier yaitu rumah-rumah dibangun sejajar dengan formasi dua deret yang saling berhadapan dimana jembatan yang dibangun diantara dua deret ini merupakan suatu kontak pandang dari anggota-anggota keluarga yang sedang bersantai di depan rumah.

Dibagian tengah jembatan dibangun panggung yang lebih luas disebut para-para adat sebagai tempat  untuk bermusyawarah  atau pertemuan-pertemuan khusus yang membicarakan kepentingan kampung.Sedangkan dibawah kolong rumah, mereka manfaatkan untuk keramba ikan yang dibudidayakan.
Struktur Budaya, dalam kawasan Teluk Youtefa terdapat 3 suku asli yang hidup dalam suatu perkampungan yaitu Tobati, Enggros dan Nafre, mereka termasuk dalam suku bangsa Malanesia, Pada orang Tobati terdapat dua kelompok masyarakat  yaitu Tobati (Tubadij) yang artinya sudahjadi orang disini atau kampong saya disini, dan Engross (Injros) terdiri dari dua kata yaitu Inj (tempat) dan Ros (dua) maka artinya tempat tinggal/kampong kedua, karena perkembangan penduduk pada akhirnya kedua masyarakat yang dulu satu kini terpisah. Dulu hanya ada satu kampong besar (Tobati) namun karena perkembangan penduduk sehingga dua klen “Drunyi dan Sanyi”  pindah ke pemukiman kedua (Injros).
StrukturMasyarakat, Penduduk Kampung Tobati dan Enggros terdiri beberapa keret yang mengikuti garis keturunan ayah (Patrilinieal). Menurut struktur adat pimpinan masyarakat kedua kampung, Ondoafi besar dari keret Hamadi, namun dalam masing-masing keret terdapat pimpinan keret yang disebut kepala suku, selain kepala suku dan ondoafi besar, dalam kedua kampung ini masih terdapat keret utama. Keret utama di kampung Tobati adalah Hamdi dan Ireuw, keret lainnya adalah Haai, Dawir, Asor, Hababuk, Injama, Afaar, Mano dan Itar, sedangkan di kampong Enggros dua keret utama adalah Sanyi dan Drunyi sedang kelompok lainnya adalah  Meraujwe, Semra, Hanasbei, Iwo, Haai, Samai, Hamadi, Hababuk dan Itar. Diantara keret utama dan keret lainnya terdapat pembagian peran menurut kedudukannya.

Keret Hamadi sebagai ondoafi besar berperan mengawasi, mengatur dan memutuskan segala hal yang berhubungan dengan kepentingan bersama masyarakat kedua kampung, keret Itar adalah Kepala Suku Babi artinya dia berhak mengatur perburuan Babi hutan atau membeli babi peliharaan kerabatnya untuk keperluan suatu pesta adat. Drunyi adalah Kepala Suku Jaring berhak mengatur dan menyimpan alat-alat penangkapan tradisional yang dibutuhkan untuk menangkap ikan. Struktur adat yang diuraikan diatas kini mulai banyak mengalami perubahan setelah terjadi integrasi dengan kebudayaan dari luar. Kecuali peranan kepala suku atau ondoafi yang hingga kini masih dipertahankan.



BAB III
HASIL LAPORAN

3.1 Identitas Tim Wawancara
Nama Tim Pewawancara        :     Kelompok 7 (tujuh)
Waktu Wawancara                  :     dari pukul 09.00 sampai pukul 14.00
Tandatangan responden          :    

3.2 Data Pribadi Responden
a.       Nama Responden                 :     Bapak. Septer Hababuk
b.      Alamat                                 :     Enggross RT 05/ RW 01
c.       Jenis Kelamin                       :     Laki – laki
d.      Usia                                      :     45
e.       Pekerjaan                              :     Nelayan
f.       Status                                   :     Menikah
g.      Jenjang Pendidikan              :     SD
h.      Nama Istri                            :     Ibu Hababuk
i.        Jumlah Anggota Keluarga   :     8 orang (termasuk Bapak dan Ibu)
j.        Jumlah Anak                        :     6 orang

3.3 Daftar Pertanyaan dan Jawaban
3.3.1        Organisasi Sosial
1.      Bagaimanakah struktur organisasi pemerintahan Tradisional ?
Jawaban :                  Ondoafi ( pemimpin tertinggi )


 

     
                                            Kepala suku (12 suku )

2.      Bagaimanakah struktur organisasi pemerintahan Desa ?
Jawaban :                              Kepala Desa


                Sekretaris Desa


            Ketua RW (RW 01)


           Ketua RT (01 – 05)

3.    Siapakah pemimpin tertinggi pada pemerintahan di kepulauan Enggross dan apakah tugasnya?
Jawaban : pemimpin tertinggi adalah Ondoafi tugasnya mengambil keputusan / kebijakan secara langsung dalam keadaan darurat, dia tidak bisa mengambil suatu kebijakan tanpa musyawarah dengan masyarakat dalam kondisi yang biasa.



4.      Bagaimana Penentuan pimpinan-pimpinan lokal di masyarakat  Enggross. Apakah ada cara khusus untuk memilih pemimpin dikalangan orang-orang Engross ?
Jawaban : Ada cara khusus, tidak seperti pemilihan umum yang dilaksanakan pada masyarakat kota. Kalau penentuan pemimipin/ondoafi biasanya dilakukan untuk keturunan berikutnya. Contohnya Ondoafi meninggal kalau beliau mempunyai anak laki-laki yang cukup umur untuk memimpin maka dia akan langsung ditunjuk sebagai Ondoafi tapi kalau belum mampu dan cukup umur akan digantikan oleh adik laki-laki dari ondoafi itu. Kalau tidak punya anak laki-laki maka anak dari adik laki-laki yang menggantikan (satu turunan).

5.      Apa saja syarat mutlak yang dimiliki oleh seseorang pemimpin lokal ?
Jawaban : syarak mutlak yang harus dimiliki adalah harus satu keturunan dari Ondoafi dan harus laki-laki.

6.      Bagaimanakah norma-norma yang diterapkan di kepulauan Enggross ?
Jawaban : 
a.  kedudukan kakak lebih tinggi dari pada adik untuk pembayaran mas kawin dan pembagian hak atau warisan
b.      penataan ruang kampung dibagi sesuai marga
c.       pembangunan rumah dimulai dari orang yang paling tua (panglima) mulai dari rumah adat sampai pada yang terakhir
d.      tidak sembarang masuk lahan orang
e.       seorang pesuruh/pembantu yang bertugas untuk menyampaikan kabar duka atau acara di setiap rumah, maka mata rumah tersebut harus memberikan manik-manik sebagai tanda bahwa dia sudah menyampaikan berita atau informasi terhadap mata rumah tersebut.

7.      Apakah sanksi yang diberikan apabila penduduk setempat melanggar norma-norma tersebut ?
Jawaban :
a.       Sanksi alam, Nyawa hilang jika melanggar adat
b.      Sanksi adat,
1.      Jika ada seorang pergi untuk mencari ikan ada satu orang dari mata rumah tertentu tertawa maka mata rumah tersebut harus membayar denda berupa manik-manik.
2.      Pada saat mendayung posisi dayung tidak boleh naik keatas sehingga percikan air terlihat, maka orang tersebut membayar denda manik-manik

8.      Bagaimanakah pembagian hak-hak wilayah di daerah tersebut ?
Jawaban : orang Tobati tidak bisa lewat ke sentani ada batas alam, dan hak-hak tanah mempunyai nama berdasarkan suku.

9.      Siapakah yang menjadi pemimpin bagi tiap-tiap wilayah tersebut ?
Jawaban : pemimpin untuk semua wilayah adalah Ondoafi dan yang memimpin masing-masing wilayah adalah setiap kepala suku dari mata rumah yang ada.

10.  Berapakah jumlah suku yang terdapat di daerah tersebut ?
Jawaban : ada 12, suku Hamadi, Itaar, Haay, Samay, Drunyi, Sanyi, Mano, Hababuk, Membra, Srem-srem, Meraudje, dan Haser

3.3.2 Sistem Kepercayaan/ Religi
a.       Kapan Injil masuk di kepulauan Enggross ?
Jawaban : 10 Maret 1910

b.      Bagaimanakah kepercayaan orang engross sebelum dan sesudah Injil masuk ?
Jawaban : sebelum masuknya injil kepercayaan masyarakat engross masih terpaku atau yang menjadi pedoman adalah adat, sesudah injil masuk masyarakat engross meninggalkan kepercayaan mereka terhadap adat dan sebagian besar percaya akan injil.

c.       Apakah agama yang paling dominan pada penduduk disana ?
Jawaban : Agama yang paling dominan adalah Kristen Protestan

d.      Apa sebutan nama Tuhan dalam bahasa Enggross ?
Jawaban : TEMAR

e.       Bagaimana peran tokoh agama pada masyarakat Enggross ?
Jawaban : sebagai penginjil, penasehat, dan guru.

f.       Apakah ada  pelayanan dari Gereja kesetiap rumah warga ?
Jawaban : ada, dilakukan kunjungan kasih kepada orang sakit, dan  orang yang berduka.

g.      Bagaimanakah jadwal ibadahnya?
Jawaban : Ibadah di Gereja dilakukan pada setiap hari minggu subuh dan siang. Sedangkan Ibadah keluarga hari selasa, kamis, dan minggu.

h.      Apakah terdapat sarana dan prasarana untuk penduduk melaksanakan ibadah ? dan apakah seluruh masyarakat Engross melaksanakan Ibadah di Gereja setempat ?
Jawaban : tidak semua masyarakat Engross melaksanakan Ibadah di Gereje setempat, ada masyarakat yang beribadah di kampung tobati contohnya Gereja Pentakosta, untuk sampai kesana mereka menggunakan Speedboat.

i.        Apakah di kepulauan engross terdapat tempat-tempat yang dilarang/tabuh ?
Jawaban : ada suatu tempat yang yang dipakai perempuan untuk mencari kerang tanpa menggunakan busana sehingga laki-laki tidak perkenankan untuk melewati ataupun mendekati tempat tersebut. Dan juga ketika bekelahi di Rumah Adat dilarang untuk membanting kaki ada sanki dengan membayar denda apabila tidak membayar ia harus membayar dengan nyawa.

3.1.2       Kesehatan
a.       Apakah sebutan tenaga kesehatan dahulu ?
Jawaban : Tabib (orang tua khusus yang di percaya bisa menyembuhkan penyakit) atau sekarang yang disebut Dokter.

b.      Bagaimana cara Tabib mengetahui bahwa orang sedang sakit ?
Jawaban : hanya dengan memegang ujung jari tabib sudah dapat mengetahui bahwa orang tersebut sakit.

c.       Apakah sudah terdapat pusat pelayanan kesehatan di kepulauan Enggross ? bagaimana pelayanannya?
Jawaban : Sudah ada Puskesmas, hanya saja tenaga kesehatan tidak menetap, mereka mengunjungi Kampung Enggross Seminggu sekali hal inilah menyebabkan pelayanan kesehatan kurang memadai begitu juga obat-obatnya.

d.      Apa penyakit yang sering dialami masyarakat Engross?
Jawaban : penyakit malaria

e.       Apa tindakan yang dilakukan jika ada anggota keluarga yang sakit?
Jawaban : jika muncul gejala dari Malaria dengan segera mereka membawa orang sakit tersebut ke Rumah Sakit terdekat (RSU Abepura) hal di karenakan tenaga kesehatan tidak berada di tempat.

f.       Bagaimanakah cara mereka menyembuhkan suatu penyakit secara tradisional ?
Jawaban : ada daun yang dipakai untuk menurunkan panas namanya daun tumbuh daun. Daun tersebut ditumbuk dan ditempelkan pada dahi dan daerah tubuh yang panas.

g.      Penyakit apa yang diderita selain Malaria?
Jawaban : kadang Batuk Flu dan gatal –gatal

h.      Pada siapa sajakah yang menderita penyakit Flu dan gatal-gatal?
Jawaban : umumnya diderita pada anak-anak

i.        Apa yang menyebabakan penyakit tersebut ?
Jawaban : Flu dan Batuk dikarenakan perubahan cuaca dan konsumsi Air minum yang kurang baik. Sedangkan gatal-gatal disebabkan karena hujan yang menyebabkan air menjadi tercemar.

j.  adakah kebiasaan penduduk yang mempengaruhi kesehatan masyarakat engross yang menyebabkan sakit?
Jawaban : ada, kebiasaan mengkonsumsi air hujan, hal ini di karenakan belum adanya saluran air bersih (PDAM). Untuk mendapakan air bersih mereka harus menyeberang / mengambil di Hamadi.

k.      Apakah ada tradisi khusus bagi ibu hamil? Jelaskan tradisi yang dilakukan pada ibu yang usia kehamilannya sudah mencapai 9 bln tapi belum melahirkan ?
Jawaban : ada, jika pada usia 9 bulan belum melahirkan maka ibu hamil pada malam harinya dibawa keatas pohon bakau kemudian melompat kedalam air laut, hal ini memudahkan untuk ibu melahirkan.

l.        Bagaimankah tingkat kesehatan bayi dan balita ?
Jawaban : Tingkat kesehatan bayi dan balita masih dalam tahap normal, hanya saja asupan gizi yang diberikan dari balai kesehatan kurang (seperti imunisasi), dan penyuluhan bagi para ibu tentang kesehatan juga kurang sehingga menggangu proses tumbuh kembang anak.

m.    Bagaimanakah gizi balita di daerah tersebut ?
Jawaban : angka kecukupan gizi dibawah rata-rata karena kurangnya pelayanan yang diberikan dari tenaga kesehatan.

n.      Bagaimanakah cara penduduk setempat untuk membatasi kehamilan ?
Jawaban : mereka mendatangi paranormal/dukun untuk membantu proses membatasi kehamilan seorang Ibu namun hingga saat ini masih dipercayai karena kurangnya tenaga medis yang memberikan penyuluhan dan bantuan untuk program KB sehingga warga mengambil cara demikian.

o.      Apakah insiden yang sering terjadi karena kelalaian petugas kesehatan?
Jawaban : karena lambatnya pelayanan kesehatan mengakibatkan kematian bayi dalam kandungan Ibu.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari hasil observasi dan wawancara dapat kami simpulkan bahwa pada sistem organisasi social, masyarakat Enggross dipimpin oleh ondoafi dan masih berlaku sampai sekarang. Sistem kepercayaan/religi pada masyarakat ini mengalami perubahan semenjak Injil masuk. Dalam bidang kesehatan, masyarakatnya sudah menggunakan jasa pelayanan kesehatan yang ada, tetapi masih ada yang menggunakan cara tradisional untuk menyembuhkan penyakit karena tenaga kesehatan pada kampong ini masih sangat kurang dan juga pengetahuan akan kesehatan masih terbatas.  
4.2 Saran
Setelah melakukan observasi dan wawancara,  disarankan agar kita melestarikan suatu budaya karena kebudayaan menunjukkan ciri khas dan kekayaan suatu bangsa. Sebagai perawat disarankan  agar tidak membeda-bedakan suku bangsa dan agama dalam melayani  pasien, serta tetap memperhatikan kesehatan pada masyarakat  di kampung tertentu.

DOKUMENTASI







Kel. 7 dari kanan atas (silvia, mahmudah, jenny, lince), kanan bawah (cherly, asnad, bunga )





(Tim wawancara bersama keluarga bp. Hababuk)            (keberangkatan menuju pulau engross)



(seriusnya si Bunga mewancarai bp. Hababuk)      (asnad bersama anak dari keluarga bp. Hababuk)







 




   (Tim wawancara bertemu bp.sekertaris desa)      (lince & cherly mendengarkan penjelasan ibu hababuk)






                (Tim wawancara mendengarkan cerita tentang engross dari bp. Hababuk)




    (Puskesmas di Enggross tampak dari depan)          (puskesmas di Enggross dilihat dari belakang)



                                 (Papan nama Puskesmas di Kampung Enggros)







 





     (Anak yang sedang mencari bintang laut)                (tugu masuknya injil ke Papua)






              (Gereja Pentakosta)                    (Gereja Kristen Injil dilihat dari depan)




                                        (Gereja tampak dari samping)







 






    (Papan nama Gereja Kristen Injil)        (para tempat berkumpulnya laki-laki)
       (Rumah Kepala Suku)                                   (Kampung Enggross)


 






         (Kampung Enggross)



DAFTAR PUSTAKA

http://pesonapariwisatakotajayapura.blogspot.com/

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com