BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kajian
etnografi Papua berupaya menjelaskan secara baik tentang keanekaragaman budaya yang
dimiliki oleh orang Papua. Papua khususnya di wilayah Jayapura memiliki
karakteristik wilayah, bahasa, adat-istiadat, sistem kekerabatan, sistem
kepemimpinan, organisasi social, lingkungan geografis dan ekologisnya yang
begitu beragam dengan muatan fauna serta flora yang tak terhitung jumlahnya.
Di
dalam kehidupan sehari-hari, sering kita temukan adanya penduduk dalam
masyarakat dengan kebudayaan-kebudayaan dengan sistem teknologi, ekonomi, dan
organisasi social yang sama tetapi berbeda suku bangasa, karena adanya
bahasa-bahasa, sistem-sistem religi, dan ekspresi-ekspresi kesenian yang
berbeda. Dalam satu daerah geografi yang penduduknya padat contohnya di wilayah
Jayapura, sering kita lihat bahwa penduduknya itu terdiri atas
kesatuan-kesatuan administrative yang berbeda-beda disebabkan oleh adanya
pengalaman sejarah yang berbeda
Pulau
Enggross merupakan salah satu pulau yang berada di wilayah Jayapura yang menarik
untuk dikunjungi dan diteliti keadaan .wilayah dan kehidupan masyarakatnya.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
Bagaimanakah organisasi sosial di Pulau
Enggross ?
1.2.2
Bagaimanakah status kesehatan di Pulau
Enggross ?
1.2.3
Bagaimanakah sistem kepercayaan di Pulau
Enggross ?
1.3
Tujuan
1.3.1
Untuk mengetahui organisasi sosial di
Pulau Enggross.
1.3.2
Untuk mengetahui status kesehatan di
Pulau Enggross.
1.3.3
Untuk mengetahui sistem kepercayaan di
Pulau Enggross.
1.4
Metode Penulisan
Dalam
mengumpulkan data, kami menggunnakan metode observasi dan wawancara pada salah
satu keluarga di Pulau Enggross.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gambaran
Umum Pulau Enggross
Teluk
Yotefa adalah merupakan bagian kecil dari teluk Humboldt yang diapit oleh dua buah
tanjung yang menjorok dari samping kiri yaitu tanjung pie dan tanjungseweri
disebelah kanan selat ini dinamakan selat Tobati yang hanya lebih kurang 300
meter, selat ini juga sekaligus sebagai pintu masuk dan keluar dari kekawasan teluk
yotefa dari arah laut.
Kawasan
Teluk Yotefa melalui surat Keputusan Menteri Pertanian nomor 372/KPTS/UM/1/1978
tanggal 9 Juni 1978 telah ditetapkan sebagai TAMAN WISATA ALAM yang diberi nama Taman Wisata Alam Teluk Yotefa dengan
luas 1.650 Ha, hal ini dipertegas juga dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Jayapura sebagai bagian dari kawasan lindung, Sedangkan penduduk yang bermukim di
kawasan Teluk Youtefa tersebar di perkampungan penduduk asli yaitu Kampung Tobati
dan Enggros dengan jumlah kurang lebih : kampong Tobati 258 jiwa 57 KK,
dan Enggros 359 jiwa 80 KK.
Pola Pemukiman,
Untuk masyarakat asli Port Numbay
pola pemukiman penduduk dalam Teluk Youtefa yaitu pemukiman Kampung Tobati
dan Enggros masih berpegang pada kepercayaan terhadap eksistensi asal usul
kedua kampong tersebut, sehingga masyarakat masih mempertahankan pola pemukiman
diatas air. Dengan tata letak menggunakan system linier yaitu rumah-rumah
dibangun sejajar dengan formasi dua deret yang saling berhadapan dimana jembatan
yang dibangun diantara dua deret ini merupakan suatu kontak pandang dari anggota-anggota
keluarga yang sedang bersantai di depan rumah.
Dibagian
tengah jembatan dibangun panggung yang lebih luas disebut para-para adat sebagai
tempat untuk bermusyawarah atau pertemuan-pertemuan khusus yang
membicarakan kepentingan kampung.Sedangkan dibawah kolong rumah, mereka manfaatkan
untuk keramba ikan yang dibudidayakan.
Struktur Budaya, dalam kawasan Teluk Youtefa terdapat
3 suku asli yang hidup dalam suatu perkampungan yaitu Tobati, Enggros dan Nafre,
mereka termasuk dalam suku bangsa Malanesia, Pada orang Tobati terdapat dua kelompok
masyarakat yaitu Tobati (Tubadij) yang artinya sudahjadi orang
disini atau kampong saya disini, dan Engross (Injros) terdiri dari dua kata
yaitu Inj (tempat) dan Ros (dua) maka artinya tempat tinggal/kampong
kedua, karena perkembangan penduduk pada akhirnya kedua masyarakat yang
dulu satu kini terpisah. Dulu hanya ada satu kampong besar (Tobati) namun karena
perkembangan penduduk sehingga dua klen “Drunyi dan Sanyi” pindah ke pemukiman kedua (Injros).
StrukturMasyarakat, Penduduk Kampung Tobati dan Enggros
terdiri beberapa keret yang mengikuti garis keturunan ayah (Patrilinieal). Menurut
struktur adat pimpinan masyarakat kedua kampung, Ondoafi besar dari keret Hamadi,
namun dalam masing-masing keret terdapat pimpinan keret yang disebut kepala suku,
selain kepala suku dan ondoafi besar, dalam kedua kampung ini masih terdapat keret
utama. Keret utama di kampung Tobati adalah Hamdi dan Ireuw, keret lainnya adalah
Haai, Dawir, Asor, Hababuk, Injama, Afaar, Mano dan Itar, sedangkan di kampong Enggros
dua keret utama adalah Sanyi dan Drunyi sedang kelompok lainnya adalah
Meraujwe, Semra, Hanasbei, Iwo, Haai, Samai, Hamadi, Hababuk dan Itar. Diantara
keret utama dan keret lainnya terdapat pembagian peran menurut kedudukannya.
Keret Hamadi
sebagai ondoafi besar berperan mengawasi,
mengatur dan memutuskan segala hal yang berhubungan dengan kepentingan bersama masyarakat
kedua kampung, keret Itar adalah Kepala Suku Babi artinya dia berhak
mengatur perburuan Babi hutan atau membeli babi peliharaan kerabatnya untuk keperluan
suatu pesta adat. Drunyi adalah Kepala Suku Jaring berhak mengatur
dan menyimpan alat-alat penangkapan tradisional yang dibutuhkan untuk menangkap
ikan. Struktur adat yang diuraikan diatas kini mulai banyak mengalami perubahan
setelah terjadi integrasi dengan kebudayaan dari luar. Kecuali peranan kepala
suku atau ondoafi yang hingga kini masih dipertahankan.
BAB III
HASIL LAPORAN
3.1 Identitas Tim
Wawancara
Nama Tim Pewawancara : Kelompok
7 (tujuh)
Waktu Wawancara : dari
pukul 09.00 sampai pukul 14.00
Tandatangan responden :
3.2 Data Pribadi
Responden
a. Nama
Responden : Bapak. Septer Hababuk
b. Alamat : Enggross RT 05/ RW 01
c. Jenis
Kelamin : Laki – laki
d. Usia : 45
e. Pekerjaan : Nelayan
f. Status : Menikah
g. Jenjang
Pendidikan : SD
h. Nama
Istri : Ibu Hababuk
i.
Jumlah Anggota Keluarga : 8 orang
(termasuk Bapak dan Ibu)
j.
Jumlah Anak : 6
orang
3.3
Daftar Pertanyaan dan Jawaban
3.3.1
Organisasi Sosial
1. Bagaimanakah
struktur organisasi pemerintahan Tradisional ?
Jawaban :
Ondoafi ( pemimpin
tertinggi )
Kepala suku (12 suku )
2. Bagaimanakah
struktur organisasi pemerintahan Desa ?
Jawaban
: Kepala Desa
Sekretaris Desa
Ketua RW (RW 01)
Ketua RT (01 – 05)
3. Siapakah
pemimpin tertinggi pada pemerintahan di kepulauan Enggross dan apakah tugasnya?
Jawaban
:
pemimpin tertinggi adalah Ondoafi tugasnya mengambil keputusan / kebijakan
secara langsung dalam keadaan darurat, dia tidak bisa mengambil suatu kebijakan
tanpa musyawarah dengan masyarakat dalam kondisi yang biasa.
4. Bagaimana
Penentuan pimpinan-pimpinan lokal di masyarakat
Enggross. Apakah ada cara khusus untuk memilih pemimpin dikalangan
orang-orang Engross ?
Jawaban
:
Ada cara khusus, tidak seperti pemilihan umum yang dilaksanakan pada masyarakat
kota. Kalau penentuan pemimipin/ondoafi biasanya dilakukan untuk keturunan
berikutnya. Contohnya Ondoafi meninggal kalau beliau mempunyai anak laki-laki yang
cukup umur untuk memimpin maka dia akan langsung ditunjuk sebagai Ondoafi tapi
kalau belum mampu dan cukup umur akan digantikan oleh adik laki-laki dari
ondoafi itu. Kalau tidak punya anak laki-laki maka anak dari adik laki-laki
yang menggantikan (satu turunan).
5. Apa
saja syarat mutlak yang dimiliki oleh seseorang pemimpin lokal ?
Jawaban
:
syarak mutlak yang harus dimiliki adalah harus satu keturunan dari Ondoafi dan
harus laki-laki.
6. Bagaimanakah
norma-norma yang diterapkan di kepulauan Enggross ?
Jawaban
:
a. kedudukan
kakak lebih tinggi dari pada adik untuk pembayaran mas kawin dan pembagian hak
atau warisan
b. penataan
ruang kampung dibagi sesuai marga
c. pembangunan
rumah dimulai dari orang yang paling tua (panglima) mulai dari rumah adat
sampai pada yang terakhir
d. tidak
sembarang masuk lahan orang
e. seorang
pesuruh/pembantu yang bertugas untuk menyampaikan kabar duka atau acara di setiap
rumah, maka mata rumah tersebut harus memberikan manik-manik sebagai tanda
bahwa dia sudah menyampaikan berita atau informasi terhadap mata rumah tersebut.
7. Apakah
sanksi yang diberikan apabila penduduk setempat melanggar norma-norma tersebut
?
Jawaban :
a. Sanksi alam,
Nyawa hilang jika melanggar adat
b. Sanksi adat,
1. Jika
ada seorang pergi untuk mencari ikan ada satu orang dari mata rumah tertentu tertawa
maka mata rumah tersebut harus membayar denda berupa manik-manik.
2. Pada
saat mendayung posisi dayung tidak boleh naik keatas sehingga percikan air
terlihat, maka orang tersebut membayar denda manik-manik
8. Bagaimanakah
pembagian hak-hak wilayah di daerah tersebut ?
Jawaban
:
orang Tobati tidak bisa lewat ke sentani ada batas alam, dan hak-hak tanah
mempunyai nama berdasarkan suku.
9. Siapakah
yang menjadi pemimpin bagi tiap-tiap wilayah tersebut ?
Jawaban
:
pemimpin untuk semua wilayah adalah Ondoafi dan yang memimpin masing-masing wilayah
adalah setiap kepala suku dari mata rumah yang ada.
10. Berapakah
jumlah suku yang terdapat di daerah tersebut ?
Jawaban
:
ada 12, suku Hamadi, Itaar, Haay, Samay, Drunyi, Sanyi, Mano, Hababuk, Membra, Srem-srem,
Meraudje, dan Haser
3.3.2 Sistem Kepercayaan/ Religi
a. Kapan
Injil masuk di kepulauan Enggross ?
Jawaban
:
10 Maret 1910
b. Bagaimanakah
kepercayaan orang engross sebelum dan sesudah Injil masuk ?
Jawaban
:
sebelum masuknya injil kepercayaan masyarakat engross masih terpaku atau yang
menjadi pedoman adalah adat, sesudah injil masuk masyarakat engross
meninggalkan kepercayaan mereka terhadap adat dan sebagian besar percaya akan
injil.
c. Apakah
agama yang paling dominan pada penduduk disana ?
Jawaban
:
Agama yang paling dominan adalah Kristen Protestan
d. Apa
sebutan nama Tuhan dalam bahasa Enggross ?
Jawaban
:
TEMAR
e. Bagaimana
peran tokoh agama pada masyarakat Enggross ?
Jawaban
:
sebagai penginjil, penasehat, dan guru.
f.
Apakah ada pelayanan dari Gereja kesetiap rumah warga ?
Jawaban
:
ada, dilakukan kunjungan kasih kepada orang sakit, dan orang yang berduka.
g.
Bagaimanakah jadwal ibadahnya?
Jawaban
:
Ibadah di Gereja dilakukan pada setiap hari minggu subuh dan siang. Sedangkan
Ibadah keluarga hari selasa, kamis, dan minggu.
h. Apakah
terdapat sarana dan prasarana untuk penduduk melaksanakan ibadah ? dan apakah
seluruh masyarakat Engross melaksanakan Ibadah di Gereja setempat ?
Jawaban
:
tidak semua masyarakat Engross melaksanakan Ibadah di Gereje setempat, ada
masyarakat yang beribadah di kampung tobati contohnya Gereja Pentakosta, untuk
sampai kesana mereka menggunakan Speedboat.
i.
Apakah di kepulauan engross terdapat tempat-tempat
yang dilarang/tabuh ?
Jawaban
:
ada suatu tempat yang yang dipakai perempuan untuk mencari kerang tanpa
menggunakan busana sehingga laki-laki tidak perkenankan untuk melewati ataupun
mendekati tempat tersebut. Dan juga ketika bekelahi di Rumah Adat dilarang
untuk membanting kaki ada sanki dengan membayar denda apabila tidak membayar ia
harus membayar dengan nyawa.
3.1.2
Kesehatan
a.
Apakah sebutan tenaga kesehatan dahulu ?
Jawaban
:
Tabib (orang tua khusus yang di percaya bisa menyembuhkan penyakit) atau
sekarang yang disebut Dokter.
b.
Bagaimana cara Tabib mengetahui bahwa
orang sedang sakit ?
Jawaban
:
hanya dengan memegang ujung jari tabib sudah dapat mengetahui bahwa orang
tersebut sakit.
c.
Apakah sudah terdapat pusat pelayanan kesehatan
di kepulauan Enggross ? bagaimana pelayanannya?
Jawaban
:
Sudah ada Puskesmas, hanya saja tenaga kesehatan tidak menetap, mereka
mengunjungi Kampung Enggross Seminggu sekali hal inilah menyebabkan pelayanan
kesehatan kurang memadai begitu juga obat-obatnya.
d.
Apa penyakit yang sering dialami
masyarakat Engross?
Jawaban
:
penyakit malaria
e.
Apa tindakan yang dilakukan jika ada
anggota keluarga yang sakit?
Jawaban
:
jika muncul gejala dari Malaria dengan segera mereka membawa orang sakit
tersebut ke Rumah Sakit terdekat (RSU Abepura) hal di karenakan tenaga
kesehatan tidak berada di tempat.
f.
Bagaimanakah cara mereka menyembuhkan suatu
penyakit secara tradisional ?
Jawaban
:
ada daun yang dipakai untuk menurunkan panas namanya daun tumbuh daun. Daun
tersebut ditumbuk dan ditempelkan pada dahi dan daerah tubuh yang panas.
g.
Penyakit apa yang diderita selain
Malaria?
Jawaban
:
kadang Batuk Flu dan gatal –gatal
h.
Pada siapa sajakah yang menderita
penyakit Flu dan gatal-gatal?
Jawaban
:
umumnya diderita pada anak-anak
i.
Apa yang menyebabakan penyakit tersebut
?
Jawaban
:
Flu dan Batuk dikarenakan perubahan cuaca dan konsumsi Air minum yang kurang
baik. Sedangkan gatal-gatal disebabkan karena hujan yang menyebabkan air
menjadi tercemar.
j. adakah kebiasaan penduduk yang
mempengaruhi kesehatan masyarakat engross yang menyebabkan sakit?
Jawaban
: ada,
kebiasaan mengkonsumsi air hujan, hal ini di karenakan belum adanya saluran air
bersih (PDAM). Untuk mendapakan air bersih mereka harus menyeberang / mengambil
di Hamadi.
k.
Apakah ada tradisi khusus bagi ibu
hamil? Jelaskan tradisi yang dilakukan pada ibu yang usia kehamilannya sudah
mencapai 9 bln tapi belum melahirkan ?
Jawaban
:
ada, jika pada usia 9 bulan belum melahirkan maka ibu hamil pada malam harinya
dibawa keatas pohon bakau kemudian melompat kedalam air laut, hal ini
memudahkan untuk ibu melahirkan.
Jawaban
:
Tingkat kesehatan bayi dan balita masih dalam tahap normal, hanya saja asupan
gizi yang diberikan dari balai kesehatan kurang (seperti imunisasi), dan
penyuluhan bagi para ibu tentang kesehatan juga kurang sehingga menggangu
proses tumbuh kembang anak.
m.
Bagaimanakah gizi balita di daerah tersebut
?
Jawaban
:
angka kecukupan gizi dibawah rata-rata karena kurangnya pelayanan yang
diberikan dari tenaga kesehatan.
n.
Bagaimanakah cara penduduk setempat untuk
membatasi kehamilan ?
Jawaban
:
mereka mendatangi paranormal/dukun untuk membantu proses membatasi kehamilan
seorang Ibu namun hingga saat ini masih dipercayai karena kurangnya tenaga
medis yang memberikan penyuluhan dan bantuan untuk program KB sehingga warga
mengambil cara demikian.
o.
Apakah insiden yang sering terjadi
karena kelalaian petugas kesehatan?
Jawaban
:
karena lambatnya pelayanan kesehatan mengakibatkan kematian bayi dalam
kandungan Ibu.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil observasi dan wawancara dapat
kami simpulkan bahwa pada sistem
organisasi social, masyarakat Enggross dipimpin oleh ondoafi dan masih berlaku
sampai sekarang. Sistem kepercayaan/religi pada masyarakat ini mengalami
perubahan semenjak Injil masuk. Dalam bidang kesehatan, masyarakatnya sudah
menggunakan jasa pelayanan kesehatan yang ada, tetapi masih ada yang menggunakan
cara tradisional untuk menyembuhkan penyakit karena tenaga kesehatan pada
kampong ini masih sangat kurang dan juga pengetahuan akan kesehatan masih
terbatas.
4.2 Saran
Setelah melakukan observasi dan
wawancara, disarankan agar kita melestarikan
suatu budaya karena kebudayaan menunjukkan ciri khas dan kekayaan suatu bangsa.
Sebagai perawat disarankan agar tidak
membeda-bedakan suku bangsa dan agama dalam melayani pasien, serta tetap memperhatikan kesehatan pada
masyarakat di kampung tertentu.
DOKUMENTASI
Kel. 7 dari kanan atas
(silvia, mahmudah, jenny, lince), kanan bawah (cherly, asnad, bunga )
(Tim
wawancara bersama keluarga bp. Hababuk) (keberangkatan menuju pulau engross)
(seriusnya si Bunga mewancarai bp. Hababuk)
(asnad bersama anak dari keluarga bp.
Hababuk)
(Tim wawancara bertemu bp.sekertaris desa) (lince & cherly
mendengarkan penjelasan ibu hababuk)
(Tim wawancara mendengarkan cerita tentang
engross dari bp. Hababuk)
(Puskesmas di Enggross tampak dari
depan) (puskesmas di Enggross
dilihat dari belakang)
(Papan nama Puskesmas di Kampung
Enggros)
(Anak
yang sedang mencari bintang laut)
(tugu masuknya injil ke Papua)
(Gereja Pentakosta) (Gereja Kristen Injil
dilihat dari depan)
(Gereja
tampak dari samping)
(Papan nama Gereja Kristen Injil) (para tempat berkumpulnya laki-laki)
(Rumah Kepala Suku) (Kampung
Enggross)
(Kampung Enggross)
DAFTAR PUSTAKA
http://pesonapariwisatakotajayapura.blogspot.com/
0 komentar:
Posting Komentar