BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Leukemia adalah
neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang dan
limfa nadi. Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi
sel darah putih dalam sumusm tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal.
Selain itu juga proliferasi terjadi di hati, limpa dan nodus limfatikus, dan
invasi organ non hematologis, seperti meningens, traktus gastrointesinal,
ginjal dan kulit.
Insidensi
Leukemia di Amerika adalah 13 per 100.000 penduduk /tahun. Leukemia pada anak
berkisar pada 3 – 4 kasus per 100.000 anak / tahun . Untuk insidensi ANLL di
Amerika Serikat sekitar 3 per 200.000 penduduk pertahun. Sedang di Inggris,
Jerman, dan Jepang berkisar 2 – 3 per 100.000 penduduk pertahun.
Di Indonesia
sendiri pada sebuah penelitian tentang leukemia di RSUD Dr. Soetomo/FK Unair
selama bulan Agustus-Desember 1996 tercatat adalah 25 kasus leukemia akut dari
33 penderita leukemia. Dengan 10 orang menderita ALL ( 40% ) dan 15 orang
menderita AML (60%) ( Boediwarsono, 1998). Berdasarkan dari beberapa pengertian
mengenai Leukemia maka kami mengambil kesimpulan bahwa leukemia merupakan suatu
penyakit yang disebabkan oleh prolioferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang
menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.
1.2 Rumusan
Masalah
1.2.1
Apa
Pengertian Leukemia ?
1.2.2
Apa
Etiologi Leukemia ?
1.2.3
Bagaimana
Patofisiologi Leukemia ?
1.2.4
Apa
saja Klasifikasi Leukemia ?
1.2.5
Bagaimana
Manifestasi Klinis Leukemia ?
1.2.6
Apa
saja Komplikasi dari Leukemia ?
1.2.7
Bagaimana Terapi
Leukemia ?
1.2.8
Bagaimana Konsep Keperawatan Leukemia ?
1.3
Tujuan
1.3.1
Mengetahui Pengertian Leukemia.
1.3.2
Mengetahui Etiologi
Leukemia.
1.3.3
Mengetahui Patofisiologi Leukemia.
1.3.4
Mengetahui Klasifikasi Leukemia.
1.3.5
Mengetahui Manifestasi Klinis Leukemia.
1.3.6
Mengetahui Komplikasi Leukemia.
1.3.7
Mengetahui Terapi pada Leukemia.
1.3.8
Mengetahui Konsep Keperawatan
Leukemia.
BAB II
KONSEP MEDIS
2.1 Pengertian
Leukemia
Leukemia berasal
dari bahasa yunani yaitu leukos (putih) dan haima (darah). Leukemia adalah
jenis kanker yang mempengaruhi sumsum tulang dan jaringan getah bening. Semua
kanker bermula di sel, yang membuat darah dan jaringan lainnya. Biasanya,
sel-sel akan tumbuh dan membelah diri untuk membentuk sel-sel baru yang
dibutuhkan tubuh. Saat sel-sel semakin tua, sel-sel tersebut akan mati dan
sel-sel baru akan menggantikannya.
Tetapi terkadang
proses yang teratur ini berjalan menyimpang, sel-sel baru ini terbentuk meski
tubuh tidak membutuhkannya, dan sel-sel lama tidak mati seperti seharusnya.
Kejanggalan ini disebut leukemia, di mana sumsum tulang menghasilkan sel-sel
darah putih secara abnormal yang akhirnya mendesak sel-sel lain.
Pengertian
lain menjelaskan, Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel
pembentuk darah dalam sumsum tulang dan limfa. Leukemia mempunyai sifat khusus
yaitu proliferasi. Proliferasi merupakan tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang, menggantikan elemen
sumsum tulang normal. Selain terjadi di dalam sumsum tulang, proliferasi
juga terjadi di hati, limpa, dan nodus limfatikus. Terjadi invasi organ
nonhematologis seperti meninges,
traktus gastrointestinal, ginjal, dan kulit.
Leukemia
tergolong akut bila ada proliferasi blastosit (sel darah yang masih muda) dari
sumsum tulang. Leukemia akut merupakan keganasan primer sumsum tulang yang
berakibat terdesaknya komponen darah normal oleh komponen darah abnormal
(blastosit) yang disertai dengan penyebaran organ-organ
lain.
Leukemia
tergolong kronis bila ditemukan ekspansi dan akumulasi dari sel tua dan sel
muda. Selain akut dan kronik, ada juga leukemia kongenital yaitu leukemia yang
ditemukan pada bayi umur 4 minggu atau bayi
yang lebih muda.
Terdapat dua mis-konsepsi yang harus diluruskan mengenai
leukemia, yaitu:
a)
Leukemia
merupakan overproduksi dari sel darah putih, tetapi sering ditemukan pada leukemia
akut bahwa jumlah leukosit rendah. Hal ini diakibatkan karena produksi yang dihasilkan
adalah sel yang immatur.
b)
Sel immatur tersebut tidak menyerang dan menghancurkan
sel darah normal atau jaringan vaskuler.
Destruksi seluler diakibatkan proses infiltrasi dan sebagai bagian dari konsekuensi
kompetisi untuk mendapatkan elemen makanan metabolik
2.2 Etiologi Leukemia
a)
Genetik
Adanya
Penyimpangan Kromosom. Insidensi leukemia meningkat pada penderita kelainan
kongenital, diantaranya pada sindroma Down, sindroma Bloom, Fanconi’s Anemia,
Sindroma Wiskott-Aldrich, Sindroma Ellis van Creveld, sindroma Kleinfelter, D-Trisomy
Sindrome, Sindroma von Reckinghausen, dan Neurofibromatosis.
Kelainan-kelainan
kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya perubahan informasi gen, misalnya
pada kromosom 21 atau C-group Trisomy, atau pola kromosom yang tidak stabil,
seperti pada aneuploidy .
1. Saudara
kandung
Dilaporkan adanya resiko leukemia
akut yang tinggi pada kembar identik dimana kasus-kasus leukemia akut terjadi
pada tahun pertama kelahiran. Hal ini berlaku juga pada keluarga dengan
insidensi leukemia yang sangat tinggi.
2. Faktor
Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan di
ketahui dapat menyebabkan kerusakan kromosom, misalnya : radiasi, bahan kimia,
dan obat-obatan yang dihubungkan dengan insiden yang meningkat pada leukemia
akut, khususnya ANLL.
b)
Virus.
Dalam
banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus menyebabkan leukemia
pada hewan termasuk primata . Penelitian pada manusia menemukan adanya RNA
dependent DNA polimerase pada sel-sel leukemia tapi tidak ditemukan pada
sel-sel normal dan enzim ini berasal dari virus tipe C yang merupakan virus RNA
yang menyebabkan leukemia pada hewan. Salah satu virus yang terbukti dapat
menyebabkan leukemia pada manusia adalah Human T-Cell Leukemia . Jenis leukemia
yang ditimbulkan adalah Acute T- Cell Leukemia . Virus ini ditemukan oleh
Takatsuki dkk.
c)
Bahan Kimia dan Obat-obatan
Paparan
kronis dari bahan kimia ( misal : benzen ) dihubungkan dengan peningkatan
insidensi leukemia akut, misalnya pada tukang sepatu yang sering terpapar
benzen. Selain benzen beberapa bahan lain dihubungkan dengan resiko tinggi dari
AML, antara lain : produk – produk minyak, cat, ethylene oxide, herbisida, pestisida,
dan ladang elektromagnetik.
Sedangkan
dari obat-obatan, obat anti neoplastik ( misalnya : alkilator dan inhibitor
topoisomere II) dapat mengakibatkan penyimpangan kromosom yang menyebabkan AML.
Kloramfenikol, fenilbutazon, dan methoxypsoralen dilaporkan menyebabkan
kegagalan sumsum tulang yang lambat laun menjadi AML.
d)
Radiasi
Hubungan
yang erat antara radiasi dan leukemia ( ANLL ) ditemukan pada pasien-pasien
anxylosing spondilitis yang mendapat terapi radiasi, dan pada kasus lain : seperti
peningkatan insidensi leukemia pada penduduk Jepang yang selamat dari ledakan
bom atom.
Peningkatan
resiko leukemia ditemui juga pada pasien yang mendapat terapi radiasi, misalnya:
pembesaran thymic, para pekerja yang terekspos radiasi dan para radiologis .
e)
Leukemia Sekunder
Leukemia
yang terjadi setelah perawatan atas penyakit malignansi lain disebut Secondary
Acute Leukemia ( SAL ) atau treatment related leukemia. Termasuk diantaranya
penyakit Hodgin, limphoma, myeloma, dan kanker payudara.
Hal
ini disebabkan karena obat-obatan yang digunakan termasuk golongan
imunosupresif selain menyebabkan dapat menyebabkan kerusakan DNA
2.3 Patofisiologi
Leukemia
Manifestasi
klinis penderita leukemia akut disebabkan adanya penggantian sel pada sumsum
tulang oleh sel leukemik , menyebabkan gangguan produksi sel darah merah. Depresi
produksi platelet yang menyebabkan purpura dan kecenderungan terjadinya
perdarahan .
Kegagalan
mekanisme pertahanan selular karena penggantian sel darah putih oleh sel leukemik,
yang menyebabkan tingginya kemungkinan untuk infeksi . Infiltrasi sel-sel
leukemik ke organ-organ vital seperti liver dan limpa oleh sel-sel leukemik
yang dapat menyebabkan pembesaran dari organ-organ tersebut. Sedangkan pada
penderita Leukemia itu sendiri disebabkan oleh :
a)
Normalnya tulang marrow diganti dengan
tumor yang malignan, imaturnya sel blast. Adanya proliferasi sel blast,
produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan menimbulkan anemia dan
trombositipenia.
b)
Sistem retikuloendotelial akan
terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah
mengalami infeksi
c)
Manifestasi akan tampak pada gambaran
gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ, sistem saraf pusat. Gangguan pada
nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang yang akan berdampak pada
penurunan lekosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan tekanan
jaringan.
d)
Adanya infiltrasi pada ekstra medular
akan berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe,nodus limfe, dan nyeri
persendian.
2.4 Klasifikasi
Leukemia
a)
Leukemia Mielogenus Akut (LMA)
LMA mengenai sel sistem hematopoetik
yang kelak berdiferensiasi ke semua sel mieloid, monosit, granulosit (basofil,
netrofil, eosinofil), eritrosit, dan trombosit. Semua kelompok usia dapat
terkena. Insidensi meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Merupakan leukemia
nonlimfositik yang paling sering terjadi.
b)
Leukemia
Mielogenus Krinis (LMK)
LMK juga dimasukkan dalam sistem
keganasan sel sistem mieloid. Namun lebih banyak sel normal dibanding bentuk
akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. LMK jarang menyerang individu dibawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan gambaran
LMA tetapi dengan tanda dan gejala yang lebih ringan. Pasien menunjukkan
tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang sampai jumlah
yang luar biasa, dan limpa membesar.
c)
Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
LLK merupakan
kelainan ringan mengenai individu usia 50 – 70 tahun. Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala.
Penyakit baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit.
d)
Leukemia Limfositik Akut (LLA)
LLA dianggap sebagai proliferasi
ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-laki lebih banyak
dibandingkan perempuan. Puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 tahun. LLA
jarang terjadi. Limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga mengganggu perkembangan
sel normal.
2.5
Manifestasi Klinis
Manifestasi
klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai berikut :
a) Pilek
tidak sembuh-sembuh & sakit kepala
b) Pucat,
lesu, mudah terstimulasi, merasa lemah atau letih
c) Demam,
keringat malam dan anorexia
d) Berat
badan menurun
e) Ptechiae,
memar tanpa sebab, mudah berdarah dan lebam (gusi berdarah, bercak keunguan di
kulit, atau bintik-bintik merah kecil di bawah kulit)
f) Nyeri
pada tulang dan persendian
g) Nyeri
abdomen, Pembengkakan atau rasa tidak nyaman di perut (akibat pembesaran
limpa).
2.6 Komplikasi
a) Nyeri tulang
(terutama pada tulang belakang atau tulang rusuk)
b) Pengeroposan
tulang sehingga tulang mudah patah.
c) Anemia
d) Infeksi bakteri
berulang
e) Gagal ginjal
2.7 Terapi
Pengobatan leukemia
ditentukan berdasarkan klasifikasi prognosis dan penyakit penyerta, antara lain :.
a) Radioterapi dan
Kemoterapi,
dilakukan ketika sel
leukemia sudah terjadi metastasis. Kemoterapi juga dilakukan pada fase
induksi remisi yang bertujuan mempertahankan remisi selama mungkin.
b) Terapi
modlitas, untuk mencegah
komplikasi, karena adanya
pansitopenia, anemia, perdarahan, dan infeksi. Pemberian antibiotik dan transfusi darah dapat
diberikan.
c) Pencegahan
terpaparnya mikroorganisme dengan
isolasi.
d) Transplantasi
sumsum tulang, transplantasi sumsum tulang merupakan alternatif terbaik dalm
penanganan leukemia. Terapi ini juga biasa dilakukan pada pasien dengan
limphoma, dan anemia
aplastik.
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan,
pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan status
kesehatan dan pola pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan
klien serta merumuskan diagnosa keperawatan.
Pengkajian pada leukemia meliputi :
1. Riwayat penyakit
2. Kaji adanya tanda-tanda anemia :
a. Pucat
b. Kelemahan
c. Sesak
d. Nafas cepat
3. Kaji adanya tanda-tanda leukopenia:
a. Demam
b. Infeksi
4. Kaji adanya tanda-tanda
trombositopenia :
a. Ptechiae
b. Purpura
c. Perdarahan membran mukosa
5. Kaji adanya tanda-tanda invasi
ekstra medulola :
a. Limfadenopati
b. Hepatomegali
c. Splenomegali
6. Kaji adanya :
a. Hematuria
b. Hipertensi
c. Gagal ginjal
d. Inflamasi disekitar rectal
e. Nyeri
3.2 Diagnosa Keperawatan
a)
Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya
sistem pertahanan tubuh.
b)
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan akibat anemia.
c)
Resiko terhadap cedera : perdarahan yang
berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit.
d)
Resiko tinggi kekurangan volume cairan
berhubungan dengan mual dan muntah.
e)
Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis
yang berhubungan dengan efek samping agen kemoterapi.
f)
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping
kemoterapi dan atau stomatitis.
g)
Nyeri yang berhubungan dengan efek
fisiologis dari leukemia.
h)
Kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas.
i)
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan
alopesia atau perubahan cepat pada penampilan.
j)
Perubahan proses keluarga berhubungan
dengan mempunyai anak atau kerabat yang menderita leukemia.
k)
Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan
potensial kehilangan pasien.
3.3 Intervensi dan Rasional
a.
Resiko infeksi berhubungan dengan
menurunnya sistem pertahanan tubuh
Tujuan :
Agar tidak mengalami gejala-gejala
infeksi
Intervensi :
1. Pantau
suhu dengan teliti
Rasional
:
untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
2. Tempatkan
pasien dalam ruangan khusus
Rasional
: untuk meminimalkan terpaparnya pasien dari sumber infeksi.
3. Anjurkan
semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk menggunakan teknik mencuci tangan
dengan baik
Rasional
: untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif.
4. Gunakan
teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasive
Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
5. Evaluasi
keadaan pasien terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat penusukan
jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi.
Rasional
: untuk intervensi dini penanganan infeksi
6. Inspeksi
membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
Rasional
: rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme.
7. Berikan
periode istirahat tanpa gangguan
Rasional
: menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler.
8. Berikan
diet lengkap nutrisi sesuai usia
Rasional
: untuk mendukung pertahanan alami tubuh.
9. Berikan
antibiotik sesuai ketentuan
Rasional
: diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus
b.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan akibat anemia.
Tujuan
: terjadi peningkatan toleransi aktifitas
Intervensi :
1. Evaluasi
laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam
aktifitas sehari-hari
Rasional
: menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
2. Berikan
lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan.
Rasional
: menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan
jaringan
3. Kaji
kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan.
Rasional
: mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi.
4. Berikan
bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri.
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri.
c.
Resiko terhadap cedera/perdarahan yang
berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit.
Tujuan :
klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
Intervensi
:
1. Gunakan
semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya pada daerah ekimosis
Rasional
: karena perdarahan memperberat kondisi pasien dengan adanya anemia
2. Cegah
ulserasi oral dan rectal
Rasional
: karena kulit yang luka cenderung untuk berdarah
3. Gunakan
jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi
Rasional
: untuk mencegah perdarahan
4. Menggunakan
sikat gigi yang lunak dan lembut
Rasional
: untuk mencegah perdarahan
5. Laporkan
setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun, denyut nadi cepat, dan
pucat)
Rasional
: untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi perdarahan
6. Hindari
obat-obat yang mengandung aspirin
Rasional
: karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit
7. Ajarkan
pada keluarga dan pasien untuk mengontrol perdarahan hidung
Rasional
: untuk mencegah perdarahan
d.
Resiko tinggi kekurangan volume cairan
berhubungan dengan mual dan munta
Tujuan
:
1. Tidak
terjadi kekurangan volume cairan
2. Pasien
tidak mengalami mual dan muntah
Intervensi
:
1. Berikan
antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi
Rasional
:
untuk mencegah mual dan muntah
2. Berikan
antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi
Rasional : untuk mencegah episode berulang
Rasional : untuk mencegah episode berulang
3. Kaji
respon pasien terhadap anti emetic
Rasional
:
karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil
4. Hindari
memberikan makanan yang beraroma menyengat
Rasional
: bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah
5. Anjurkan
makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional
: karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6. Berikan
cairan intravena sesuai ketentuan
Rasional
:
untuk mempertahankan hidrasi
e.
Perubahan membran mukosa mulut :
stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen kemoterapi
Tujuan
: pasien tidak mengalami mukositis oral
Intervensi
:
1. Inspeksi
mulut setiap hari untuk adanya ulkus oral
Rasional
: untuk mendapatkan tindakan yang segera
2. Hindari
mengukur suhu oral
Rasional
: untuk mencegah trauma
3. Gunakan
sikat gigi berbulu lembut, aplikator berujung kapas, atau jari yang dibalut
kasa.
Rasional
: untuk menghindari trauma
4. Berikan
pencucian mulut yang sering dengan cairan salin normal atau tanpa larutan
bikarbonat
Rasional
: untuk menuingkatkan penyembuhan
5. Gunakan
pelembab bibir
Rasional
: untuk menjaga agar bibir tetap lembab dan mencegah pecah-pecah (fisura)
6. Hindari
penggunaan larutan lidokain pada anak kecil
Rasional
: karena bila digunakan pada faring, dapat menekan refleks muntah yang mengakibatkan
resiko aspirasi dan dapat menyebabkan kejang
7. Berikan
diet cair, lembut dan lunak
Rasional
: agar makanan yang masuk dapat ditoleransi pasien
8. Inspeksi
mulut setiap hari
Rasional
: untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
9. Dorong
masukan cairan dengan menggunakan sedotan
Rasional
: untuk membantu melewati area nyeri
10. Hindari
penggunaa swab gliserin, hidrogen peroksida dan susu magnesia
Rasional
: dapat mengiritasi jaringan yang luka dan dapat membusukkan gigi, memperlambat
penyembuhan dengan memecah protein dan dapat mengeringkan mukosa
11. Berikan
obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan
Rasional
: untuk mencegah atau mengatasi mukositis
12. Berikan
analgetik
Rasional
: untuk mengendalikan nyeri
f.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping
kemoterapi dan atau stomatitis
Tujuan
: pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Intervensi
:
1. Dorong
keluarga untuk tetap rileks pada saat pasien makan
Rasional
: jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung dari mual dan
muntah serta kemoterapi
2. Izinkan
pasien memakan semua makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan untuk memperbaiki
kualitas gizi pada saat selera makan pasien meningkat
Rasional
:
untuk mempertahankan nutrisi yang optimal
3. Berikan
makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau
suplemenyang dijual bebas
Rasional
:
untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi
4. Izinkan
pasien untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan
Rasional
: untuk mendorong agar pasien mau makan
5. Dorong
masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
Rasional
: karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6. Dorong
pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient
Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan penting dalam mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat
Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan penting dalam mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat
7. Timbang
BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep
Rasional
: membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori, khususnya bila BB
dan pengukuran antropometri kurang dari normal
g.
Nyeri yang berhubungan dengan efek
fisiologis dari leukemia
Tujuan
: pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat
diterima pasien
Intervensi
:
1. Mengkaji
tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5
Rasional
: informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau keefektifan
intervensi
2. Jika
mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non invasif, alat
akses vena
Rasional
: untuk meminimalkan rasa tidak aman
3. Evaluasi
efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi
Rasional
: untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat
4. Lakukan
teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat
Rasional
: sebagai analgetik tambahan
5. Berikan
obat-obat anti nyeri secara teratur
Rasional
: untuk mencegah kambuhnya nyeri
h.
Kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas
Tujuan :
pasien mempertahankan integritas kulit
Intervensi
:
1. Berikan
perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah perianal
Rasional
:
karena area ini cenderung mengalami ulserasi
2. Ubah
posisi dengan sering
Rasional
: untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit
3. Mandikan
dengan air hangat dan sabun ringan
Rasional
: mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit
4. Kaji
kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker
Rasional
: efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi dalam
area radiasi pada beberapa agen kemoterapi
5. Anjurkan
pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering
Rasional
: membantu mencegah friksi atau trauma kulit
6. Dorong
masukan kalori protein yang adekuat
Rasional
: untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negatif
7. Pilih
pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang teradiasi
Rasional
:
untuk meminimalkan iritasi tambahan
i.
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan
alopesia atau perubahan cepat pada penampilan
Tujuan
: pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif
Intervensi
:
1. Dorong
pasien untuk memilih wig (bagi perempuan) yang serupa gaya dan warna rambut
pasien sebelum rambut mulai rontok
Rasional
: untuk membantu mengembangkan penyesuaian rambut terhadap kerontokan rambut
2. Berikan
penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada sinar matahari, angin atau
dingin
Rasional
: karena hilangnya perlindungan rambut
3. Anjurkan
untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih, pendek dan halus
Rasional
: untuk menyamarkan kebotakan parsial
4. Jelaskan
bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan mungkin warna atau
teksturnya agak berbeda
Rasional
:
untuk menyiapkan pasien dan keluarga terhadap perubahan penampilan rambut baru
5. Dorong
hygiene, berdandan, dan alat alat yang sesuai dengan jenis kelamin , misalnya
wig, skraf, topi, tata rias, dan pakaian yang menarik
Rasional
: untuk meningkatkan penampilan
j.
Perubahan proses keluarga berhubungan
dengan mempunyai anak atau kerabat yang menderita leukemia
Tujuan
: pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostik atau
terapi
Intervensi
:
1. Jelaskan
alasan setiap prosedur yang akan dilakukan pada pasien
Rasional
:
untuk meminimalkan kekhawatiran yang tidak perlu
2. Jadwalkan
waktu agar keluarga dapat berkumpul tanpa gangguan dari staff
Rasional
: untuk mendorong komunikasi dan ekspresi perasaan
3. Bantu
keluarga merencanakan masa depan, khususnya dalam membantu pasien menjalani
kehidupan yang normal
Rasional
: untuk meningkatkan perkembangan pasien yang optimal
4. Dorong
keluarga untuk mengespresikan perasaannya mengenai kehidupan pasien sebelum
diagnosa dan prospek pasien untuk bertahan hidup.
Rasional
: memberikan kesempatan pada keluarga untuk menghadapi rasa takut secara
realistis
5. Diskusikan
bersama keluarga bagaimana mereka memberitahu pasien tentang hasil tindakan dan
kebutuhan terhadap pengobatan dan kemungkinan terapi tambahan
Rasional
: untuk mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur
6. Hindari
untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada
Rasional
:
untuk mencegah bertambahnya rasa khawatiran keluarga
k.
Antisipasi berduka berhubungan dengan
perasaan potensial kehilangan pasien
Tujuan
: pasien atau keluarga menerima dan mengatasi kemungkinan kematian pasien
Intervensi
:
1. Kaji
tahapan berduka terhadap pasien dan keluarga
Rasional
:
pengetahuan tentang proses berduka memperkuat normalitas perasaan atau reaksi
terhadap apa yang dialami dan dapat membantu pasien dan keluarga lebih efektif
menghadapi kondisinya
2. Berikan
kontak yang konsisten pada keluarga
Rasional
: untuk menetapkan hubungan saling percaya yang mendorong komunikasi
3. Bantu
keluarga merencanakan perawatan pasien, terutama pada tahap terminal
Rasional
: untuk meyakinkan bahwa harapan mereka diimplementasikan
4. Fasilitasi
pasien untuk mengekspresikan perasaannya melalui kegiatan yang ingin dilakukan
atau yang biasa dilakukan oleh pasien.
Rasional
: memperkuat normalitas perasaan atau reaksi terhadap apa yang dialami.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Leukimia atau kanker
darah adalah keganasan pada organ pembuat sel darah, berupa proliferasi
patologis sel hemapoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sumsum tulang
dalam membentuk sel darah normal dan disertai infiltrasi keorgan-organ lain.
Sebab-sebab terjadinya
leukimia belum diketahui secara pasti. Ada kemungkinan proses awal leukimia
terjadi karena mutasi salah satu sel yang kemungkinan berproliferasi secara
tidak terkendali sebagai penyebab sering dihubungkannya dengan radiasi, zat
kimia, gangguan imunologik, virus dan faktor genetik.
Sampai saat ini leukimia
masih merupakan penyakit yang angka kematiannya masih tinggi. Adanya
mediastinal massa dan infiltrasi ke CNS merupakan faktor yang
memperburuk perjalanan penyakit ini.
4.2
Saran
Sebagai perawat disarankan untuk memberi dukungan
kepada pasien untuk bertahan hidup, dan menganjurkan pasien maupun keluarga untuk
tidak putus asa terhadap kemungkinan buruk yang akan terjadi, serta menganjurkan
pasien untuk mengikuti terapi yang dianjurkan.
Selain itu juga perawat harus memperhatikan personal
hygiene untuk mengurangi dampak yang terjadi pada saat memberikan pelayanan
kesehatan pada penderita leukemia maupun penderita kanker lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Prof.Iman Supandiman, dr.Els
Anggraeni, dkk. 1997. Pedoman Terapi
Hematologi Onkologi. Bandung : Alumni.
Prof. H. M. Hembing Wijayakusuma.
2008. Ramuan Lengkap Herbal Taklukkan
Penyakit. Jakarta : Pustaka Bunda.
Robbins dan Kumar. 1995. Buku Ajar Patologi 1. Jakarta : Buku
Kedokteran.
Yatim, Faisal. 2003. Talasemia Leukemia dan Anemia. Jakarta :
Pustaka Populer Obor.
Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi,
Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K, dan Siti Setiati. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi
V. Jakarta Pusat : Interna Publishing.
(diakses pada tanggal 27 februari
2012)
(diakses pada tanggal 27 februari
2012)
(diakses pada tanggal 28 februari
2012)
(diakses pada tanggal 28 februari
2012)
0 komentar:
Posting Komentar