BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
belakang
Sjamsuhidayat R
(1997), membagi bahasan neoplasma pada system muskuloskeletal menjadi dua,
yaitu neoplasma jaringan lunak dan neoplasma kerangka. Tumor tulang di luar
tulang, kulit, dan sistem organ besar biasanya disebut tumor ganas jaringan
lunak dan bukan sarkoma, karena berbagai tumor mesenkim dengan derajat
keganasan rendah dan tumor dengan penumbuhan infiltratif setempat juga termasuk
dalam golongan ini.
Reeves (2001),
terdapat dua tipe tumor tulang (neoplasma) yaitu primer dan metastasis. Tumor
yang berasal dari tulang (primer) mencakup tumor yang tidak berbahaya seperti
osteoma, kondroma, tumor sel raksasa, kista dan osteid osteoma. Tumor primer
tumbuh dengan lambat, pada area terbatas, dan jarang sekali meluas. Tumor
primer yang ganas sangat jarang menyerang orang dewasa dan jika menyerang,
tumor ini mencangkup osteosarkoma dan multiple myeloma.
Doenges (2000), memakai
istilah kanker untuk menggambarkan gangguan pertumbuhan seluler, kanker
merupakan kelompok penyakit dan bukan hanya penyakit tunggal. Sarkoma merupakan
kanker yang berasal dari tulang, otot, atau jaringan penyambung.
Tumor ganas
sering bermetastis sampai paru-paru selama tahap awalnya. Osteosarkoma
merupakan keganasan tulang yang utama,
sering ditemukan pada anak-anak dan remaja. Tumor tulang metastatik awalnya
terdapat di paru-paru, payudara, prostat, ginjal, ovary, atau tiroid. Insiden
osteosarkoma lebih banyak terjadi daripada tumor tulang primer dan memiliki
prognosis yang buruk. Karsinoma akan
lebih sering bermetastatis ke tulang daripada sarkoma.
1.2
Rumusan
Masalah
1.2.1 Apa Pengertian Tumor Tulang ?
1.2.2 Apa Etiologi Tumor Tulang ?
1.2.3 Bagaimana Patofisiologi Tumor
Tulang ?
1.2.4 Apa Insiden dari Tumor Tulang
?
1.2.5 Apa saja Klasifikasikasi Tumor
Tulang ?
1.2.6 Apa Manifestasi Klinis Tumor
Tulang.
1.2.7 Apa saja Jenis-jenis Tumor
Tulang ?
1.2.8 Bagaimana Pengobatan Tumor
Tulang.
1.2.9 Bagaimana Asuhan Keperawatan
Tumor Tulang ?
1.3
Tujuan
1.3.1 Mengetahui Pengertian Tumor
Tulang.
1.3.2 Mengetahui Etiologi Tumor
Tulang.
1.3.3 Mengetahui Patofisiologi
Tumor Tulang.
1.3.4 Mengetahui Insiden Tumor
Tulang.
1.3.5 Mengetahui Klasifikasi Tumor
Tulang.
1.3.6 Mengetahui Manifestasi Klinis
Tumor Tulang.
1.3.7 Mengetahui Jenis-jenis Tumor
Tulang.
1.3.8 Mengetahui Pengobatan Tumor
Tulang.
1.3.9 Mengetahui Asuhan Keperawatan
Tumor Tulang.
BAB II
KONSEP MEDIS
2.1 Pengertian Tumor Tulang
Tumor tulang adalah istilah yang dapat digunakan
untuk pertumbuhan tulang yang tidak normal, tetapi umumnya lebih digunakan
untuk tumor
tulang
utama, seperti osteosarkoma,
chondrosarkoma,
sarkoma Ewing
dan sarkoma lainnya.
2.2 Etiologi Tumor Tulang
a) Radiasi sinar
radio aktif dosis tinggi
b) Keturunan, Contoh faktor genetika yang dapat
meningkatkan resiko kanker tulang adalah:
1. Multiple exostoses
2. Rothmund-Thomson sindrom
3. Retinoblastoma genetik
4. Li-Fraumeni sindrom
c) Beberapa
kondisi tulang yang ada sebelumnya, seperti
: penyakit paget (akibat pajanan radiasi ).
2.3
Patofisiologi Tumor
Tulang
Gambaran
patologik yang penting untuk meramalkan perjalanan klinis dan menentukan cara
penanggulangannya ialah banyaknya mitosis dan banyaknya nekrosis. Tumor ganas
ini dibagi dalam tiga derajat maliknitas. Bila klien mendapat terapi optimal,
prognosis pertahanan hidup setiap lima tahunnya, berdasarkan derajat keganasan
tumor dari derajat I – III adalah 90%, 70%, dan 45%. Banyaknya mitosis dari
derajat I – III berturut-turut adalah < 4/2 mml2, 4-25/2 mm2
(2mm2 artinya banyaknya mitosis pada lapangan mikroskopik 2mm2).
2.4
Insiden Tumor Tulang
Insiden dari
beberapa neoplasma berkaitan dengan usia, misalnya osteosarkoma terjadi
kebanyakan pada anak dan remaja, dan osteoklastoma terjadi pada dewasa. Lokasi
anatomi juga mempunyai kekhususan, yaitu sering terjadi pada daerah metafisis
tulang panjang seperti femur distal, tibia proksimal dan humerus proksimal.
2.5 Klasifikasi Tumor tulang
Tumor tulang
ganas di golongkan berdasarkan TMM (Tumor, Nodus, Metastasis), yaitu penyebaran
setempat dan metastatis. Klasifikasi tumor tulang menurut Sjamsuhidajat R
(1997) sebagai berikut:
a.
T = Tumor Induk
b.
TX = Tumor tidak dapat dicapai
c.
T0 = Tidak ditemukan tumor primer
d.
T1 = Tumor terbatas didalam periosteum
e.
T2 = Tumor menembus periosteum
f.
T3 = Tumor masuk organ atau struktur seputar
tulang
g.
N = Kelenjar limfe regional
h.
N0 =
Tidak ditemukan tumor di kelejar
limfe
i.
N1 = Tumor di kelenjar limfe regional
j.
M = Metastatis jauh
k.
M0 = Tidak di temukan metastasis jauh
l.
M1 = Metastasis jauh
2.6 Manifestasi Klinis Tumor Tulang
Beberapa manifestasi klinis yang muncul pada tumor tulang bisa
bervariasi tergantung pada jenis tumor tulangnya, namun yang paling umum adalah
nyeri. Tumor tulang lebih umum terjadi pada tulang yang bentuknya panjang
(lengan dan kaki), sehingga tempat-tempat tersebut merupakan tempat yang paling
sering merasakan nyeri.
Tidak semua tumor tulang bersifat ganas, melainkan ada juga
yang jinak. Nyeri tulang umumnya menunjukkan bahwa tumor tersebut adalah jinak.
Beberapa manifestasi klinis tumor tulang, antara lain:
a) Persendian yang bengkak dan
inflamasi.
b) Patah tulang yang disebabkan karena
tulang yang rapuh
Manifestasi klinis yang tidak
spesifik seperti demam, menurunnya berat badan, kelelahan yang hebat, dan
anemia juga bisa menjadi gejala tumor tulang, tapi bisa juga
merupakan indikator penyakit lain.
2.7 Jenis – jenis tumor
a) Multipel myeloma
Tumor ganas tulang
yang paling sering ditemukan adalah multiple myeloma, akibat proliferasi ganas
dari sel-sel plasma. Myeloma multiple merupakan keganasan sel plasma yang
ditandai dengan pengantian sumsum tulang, destruksi tulang dan pembentukan
paraprotein.
Gejala yang
paling sering timbul adalah nyeri tulang, dan lokasi nyeri seringkali pada
tulang iga dan tulang belakang. Tanda lain adalah teraba lesi tulang, terutama
pada tulang tengkorak, dan klavikula. Lesi-lesi pada tulang punggung dapat
menyebabkan vertebra kolaps dan kadang-kadang menjepit saraf spinal.
Pengobatannya
memerlukan berbagai usaha sebab myeloma multiple menyerang banyak organ. Tujuan
terapi myeloma sering kali paliatif, jika penyakit yang di temukan di temukan
dalam keadaan minimal atau jika diagnosis keganasan meragukan, pasien harus di
observasi tanpa dilakukan terapi sebelumnya.
b)
Tumor
Raksasa
Tumor ini
biasanya berasal dari sarumg tendo. Sifat khas dari tumor sel raksasa adalah
adanya stroma vascular dan seluler yang terdiri atas sel-sel berbentuk oval
yang mengandung sejumlah nucleus, kecil dan berwarna gelap. Sel raksasa ini
merupakan sel besar dengan sitoplasma yang berwarna merah muda. Sel ini
mengandung sejumlah nucleus yang vesikuler dan menyerupai sel-sel stroma.
Tumor sel raksasa sering terjadi
pada orang dewasa muda dan lebih banyak pada wanita. Tumor ini sering menyerang
pada ujung-ujung tulang panjang, terutama lutut dan ujung bawah radius.
Gejala yang
paling sering terjadi adalah nyeri, disamping gejala keterbatasan gerak sendi
dan kelemahan. Tumor ini (sekitar 60% atau lebih) cenderung kambuh secara local
dan biasanya tumor yang kambuh karena tidak bersihnya eksisi akan bersih
bersifat lebih ganas. Untuk memastikan jenis tumor dilakukan biopsi, kemudian
perlu dilakukan eksisis local yang cukup luas, termasuk pengangkatan jaringan
normal dari tepi tumor. Dengan melakukan biopsy maka diagnosis dapat ditegakkan
dan operasi lokal yang disertai tindakan rekonstruksi segera dapat dilakukan.
c) Osteoma
Merupakan lesi
tulang yang bersifat jinak yang ditandai oleh pertumbuhan tulang yang abnormal.
Osteoma klasik berwujud sebagai benjolan yang tumbuh dengan lambat dan tidak
nyeri. Jika lesi menimbulkan gejala, maka perawatan yang dipilih adalah eksisi
osteoma dengan pembedahan. Operasi pembuangan bagian tulang yang membesar ini
juga dilakukan utuk keperluan diagnostic pada lesi-lesi yang besar. Eksisi
biasanya memberikan penyembuhan pada tulang. Pada pemeriksaan radiografi,
osteoma perifer tambak sebagai lesi radio – opak yang meluas dari permukaan tulang.
Osteomas sentral tampak sebagai suatu massa sklerotik berbatas jelas dalam
tulang.
d)
Kondroblastoma
Adalah tumor
jinak yang jarang ditemukan, dan biasanya menyerang anak laki-laki yang berusia
remaja. Tumor ini secara unik ditemukan di Epifisis. Tempat yang paking sering
terserang adalah humerus. Gejala yang muncul seringkali berupa nyeri sendi yang
timbul dari jaringan tulang rawan. Perawatannya dilakukan dengan eksisi
pembedahan. Jika mengalami kekambuhan, maka tumor ini akan di tangani dengan
eksisi, bedah beku atau radioterapi.
e)
Enkondroma
Enkondroma atau
kondroma sentral adalah tumor jinak dari sel-sel tulang rawan dispalstik yang
timbulnya pada metafisis tulang tubular terutama pada tangan dan kaki, seperti
falang, metacarpus, dan metatarsus. Pada pemeriksaan radiografi didapati
titik-titik perkapuran yang berbatas tegas, membesar,dan menipis. Tanda itu
merupakan cirri khas dari tumor enkondroma. Tumor berkembang selama massa
pertumbuhan pada anak-anak atau remaja. Keadaan tersebut meningkatkan
kemungkinan terjadinya fraktur patologis.
Enkondroma tidak
menimbulkan gejala nyeri sampai terjadi pembengkakan, atau fraktur patologis
pada tulang yang korteksnya menjadi tipis karena absorbs enkondroma. Untuk
jenis gangguan ini biasanya dilakukan pembedahan dengan kuret dan pencangkokan
tulang.
f)
Sarkoma
Osteogenik (osteosarkoma)
Merupakan
neoplasma tulamg primer yang sangat ganas kedua. Neoplasma ini sering di
temukan pada anak, remaja, dan dewasa muda. Tumor ini tumbuh pada bagian
metafisis tulang. Tempat yang paling sering terserang tumor adalah bagian ujung
tulang panjang, terutama lutut. Osteosarkoma paling banyak menyerang anak
remaja dan mereka yang mengijak masa dewasa, tetapi dapat juga menyerang klien
penyakit paget yang berusia lebih dari 50 tahun.
Nyeri yang
menyertai destruksi tulang dan erosi adalah gejala umum dari osteosarkoma.
Penampakan luar dari osteosarkoma dapat berupa osteolitik dimana tulang telah
mengalami perusakan dan jaringan lunak diinvasi oleh tumor, atau periosteum
tulang yang baru dapat tertimbun dekat tempat lesi, dan pada hasil pemeriksaan
radiografi menunjukkan adanya suatu bangunan yang berbentuk segitiga. Walaupun
gambaran ini juga dapat terlihat pada berbagai bentuk keganasan tulang yang
lain, tetapi bersifat khas untuk sarcoma osteogenik. Tumor ini dapat
menghasilkan suatu pertumbuhan tulang yang bersifat abortif. Pada radiogram
akan terlihat sebagai suatu sunburst (pancaran sinar matahari).
g)
Kondrosarkoma
Tumor ini paling
sering menyerang pria berusia di atas 35 tahun (price,1995). Gejala yang paling
sering adalah adanya massa tanpa nyeri yang berlangsung lama tetapi mungkin
akan diikuti pertumbuhan yang cepat dan agresif. Tempat-tempat yang sering
ditumbuhi tumor ini adalah pelvis, femur, tulang iga, gelang bahu, dan tulang-tulang
kraniovasial.
Tampak sebagai
suatu daerah radiolusen dengan bercak-bercak berkapuaran yang tidak jelas, pada
penampakan radiogram. Penatalaksanaannya terbaik yang dilakukan pada saat ini
adalah dengan eksisi radikal, juga dengan bedah beku, radioterapi, dan
kemoterapi. Untuk lesi-lesi yang agresif dan kambuh berulang-ulang,
penatalaksanaannya yang paling tepat adalah dengan amputasi.
Terapinya adlah
dengan mengangkat kelainan yang disusul dengan kemoterapi bila perlu. Walaupun
bermetastasis, tetapi prognosisnya lebih baik daripada osteosarkoma.
h)
Sarkoma
Ewing
Sarkoma ewing
adalah jenis tumor tulang lain yang sangat ganas. Tumor ini sering memenuhi
sum-sum tulang panjang dan merupakan neoplasma tulang primer ketiga yang paling
sering dijumpai. Tumor ini paling terjadi pada anak-anak belasan tahun dan
paling sering pada kortus tulang panjang. Penampilan secara kasarnya adalah
berupa tumor abu-abu lunak yang tumbuh ke reticulum sum-sum tulang dan merusak
korteks tulang dari sebelah dalam. Dibawah periosteum terbentuk lapisan-lapisan
tulang yang baru diendapkan paralel dengan batang tulang sehingga membentuk
gambaran berupa kulit bawang.
Tanda dan gejala
yang khas berupa nyeri,benjolan nyeri tekan,dema seperti pada klien
osteomielitis akut (38-40oc), dan leukositosis (20.000-40.000
leukosit/mm3).penatalaksanaannya berupa pengobatan dengan penyinaran, pemberian
obat-obat sitostatik, dan pembedahan dilakukan untuk membuang tumor. Tumor
ewing bersifat relative radiosensitive. Prognosis sarcoma ewing mirip
osteosarkoma yaitu buruk dan tidak jarang klien meninggal beberapa tahun
setelah didiagnosis.
2.8 Pengobatan Tumor Tulang
Ada tiga bentuk standar pengobatan kanker tulang primer,
antara lain :
a) Pembedahan.
Kanker tulang umumnya diterapi dengan pembedahan. Pembedahan
dilakukan pada kanker yang belum menyebar dan mengangkat jaringan kanker dan
jaringan yang ada disekitarnya. Beberapa tumor mungkin masih memerlukan
kemoterapi atau radiasi selain pembedahan.
b) Terapi radiasi
Terapi radiasi menggunakan energi radiasi tertentu untuk
mengecilkan tumor atau menghilangkan sel kanker. Terapi radiasi bekerja dengan
merusak DNA sel, sehingga sel tidak mampu berkembang. Meskipun terapi radiasi
dapat merusak sel sehat yang ada disekitarnya, sel kanker lebih sensitif
terhadap radiasi dan akan mati saat diradiasi. sel sehat disekitarnya akan
rusak karena radiasi, namun mereka akan segera pulih
Kemoterapi sering diberikan untuk pengobatan kanker tulang.
Obat kemoterapi bekerja dengan menghilangkan sel-sel yang memiliki kecepatan
dalam membelah diri, seperti sel kanker. Namun, ada beberapa jenis sel normal
yang juga memiliki sifat cepat membelah diri seperti sel rambut. Sehingga
kadangkala kemoterapi menyebabkan kerontokan rambut.
Adakalanya
dibutuhkan kombinasi terapi dari ketiganya. Pengobatan sangat tergantung pada
jenis kankernya, tingkat penyebaran atau bermetastasis dan faktor kesehatan
lainnya.
BAB III
KONSEP
KEPERAWATAN
3.1
Pengkajian
a. Aktivitas /Istirahat
Gejala:
1. kelemahan
dan atau keletihan.
2. Perubahan
pada pola tidur dan waktu tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi tidur seperti : nyeri, ansietas, dan berkeringat malam.
3. Keterbatasan
partisipasi dalam hobi dan latihan.
4. Pekerjaan
atau profesi dengan pemajanan karsinogen, tingkat stress tinggi.
b. Sirkulasi
Gejala :
1. palpitasi
dan nyeri dada pada aktivitas fisik berlebih.
2. Perubahan
pada TD.
c. Integritas Ego
Gejala :
1. Faktor
stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres
(misalnya merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan
religious/spiritual).
2. Masalah
tentang perubahan dan penampilan, misalny : alopesia, lesi, cacat, pembedahan.
3. Menyangkal
diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa
bersalah, kehilangan.
Tanda :
1. Kontrol
depresi.
2. Menyangkal,
menarik diri, dan marah.
d.
Eliminasi
Gejala :
Perubahan
pola defikasi, misalnya : darah pada feses, nyeri saat defikasi. Perubahan
eliminasi urinearius misalnya : nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih,
hematuria, sering berkemih.
Tanda:
Perubahan
bising usus, distensi abdomen.
e.
Makanan/Cairan
Gejala:
1. Kebiasaan
diet buruk (misalnya : rendah serat, tinggi lemak, aditif, dan bahan pengawet).
2. Anoreksia,
mual/muntah.
3. Intoleransi
makanan.
Tanda:
1. Perubahan
berat badan (BB), penurunan BB hebat, kaheksia, berkurangnya massa otot.
2. Perubahan
pada kelembapan/turgor kulit, edema.
f.
Neurosensori
Gejala :
Pusing,
sinkope.
g.
Nyeri/Kenyamanan
Gejala :
Tidak
ada nyeri yang bervariasi, misalnya : kenyamanan ringan sampai nyeri berat
(dihubungkan dengan proses penyakit).
h.
Pernafasan
Gejala :
Merokok
(tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok), pemajanan asbes.
i.
Keamanan
Gejala :
1. Pemajana
pada kimia toksik, karsinogen.
2. pemajanan
matahari lama/berlebihan.
3. Demam.
Tanda :
Ruam
kulit, ulserasi.
j.
Seksualitas
Gejala :
1. Masalah
seksual, misalnya dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat kepuasaan.
2. Nuligravida
lebih besar dariusia 30 tahun.
3. Multigravida,
pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini, dan herpes genital.
k.
Interaksi Social
Gejala :
1. Ketidakadekuatan/kelemahan
system pendukung.
2. Riwayat
perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah, dukungan atau bantuan). Masalah
tentang fungsi/tanggung jawab peran.
3.2
Diagnosa Keperawatan
Diagnosis
keperawatan pada klien tumor/kanker tulang umumnya sama dengan tumor/kanker
pada organ yang lain. Ada 14 diagnosis keperawatan yang dapat ditemukan pada
klien tumor/kanker pada tulang. Di bawah ini akan diuraikan diagnosis
keperawatan dari Doenges (2000).
a. Ansietas
berhubungan dengan krisis situasi (kanker), ancaman/perubahan pada status
kesehatan/sosial ekonomi, fungsi peran, pola interaksi, ancaman kematian,
perpisahan dari keluarga.
b. Berduka
berhubungan dengan kehilangan yang diantisipasi (kehilangan bagian tubuh,
perubahan fungsi), perubahan gaya hidup, penerimaan kemungkinan kematian klien.
c. Gangguan
harga diri berhubungan dengan biofisik (kecacatan bedah, efek kemoterapi,
penurunan BB, impoten, nyeri tidak terkontrol, kelehan tidak terkontrol, ragu
tentang penerimaan, takut atau kehilangan).
d. Nyeri
berhubungan dengan kompresi/destruksi jaringan saraf, opstruksi jaringan saraf
atau inflamasi, serta efek samping berbagai agen terapi saraf.
e. Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan stasus hipermetabolik,
konsekuensi, kemotrapi, radiasi, pembedahan, distre emosiona, keletihan atau kontrol
nyeri buruk.
f. Risiko
tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan status hipermetabolik,
kerusakan masukan cairan, kehilangan cairan berlebihan (luka, selang
indwelling).
g. Keletihan
berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik (hipermetabolik),
emosional berlebihan, efek obat-obatan/kemoterapi.
h. Risiko
tinggi terjadi infeksi berhubumgan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat,
malnutrisi, proses penyakit kronis, atau prosedur invasif.
i. Risiko tinggi terjadi perubahan membran
mukosa oral berhubungan dengan efek samping agen kemoterapi dan radiasi.
j. Risiko tinggi terjadi kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi, kemoterapi, perubahan
imunologis, perubahan status nutrisi, atau anemia.
k. Risiko
tinggi terjadi diare/konstipasi berhubungan dengan iritasi mukosa GI, masukan
cairan buruk,kurang latihan, penggunaan opiat/narkotik.
l. Risiko tinggi perubahan pola seksualitas
berhubungan dengan perubahan fungsi/ struktur tubuh, sangat lelah,
ketakutan/ansietas, kurang privasi/orang terdekat.
m. Risiko tinggi perubahan proses keluarga berhubungan
dengan krisis situasi, perubahan peran/status ekonomi atau kehilangan yang
diantisipasi dari anggota keluarga.
n. Kurang
pengetahuan (kebutuhan belajar tentang penyakit, prognosis, dan kebutuhan
perawatan) berhubungan dengan kurang informasi, salah interpretasi informasi,
mitos, tidak mengenal sumber informasi, atau keterbatasan kognitif.
3.3
Rencana
Keperawatan (Intervensi) dan Rasional
a.
Ansietas berhubungan dengan krisis
situasi (kanker), ancaman/perubahan pada status kesehatan/ social ekonomi,
fungsi peran, pola interaksi, ancaman kematian, perpisahan dari keluarga.
Intervensi
:
1. Tinjauan
ulang pengalaman klien/orang terdekat sebelum mengalami kanker.
Rasional : Membantu dalam
identifikasi rasa takut dan kesalahan kopnsep berdasarkan pada pengalaman
dengan kanker.
2. Dorong
klien untuk menungkapkan pikiran dan perasaannya.
Rasional : Memberikan kesempatan
untuk mengidentifikasi rasa takut, realisasi serta kesalahan konsep tentang
diagnosis.
3. Berikan
lingkungan terbuka, dimana klien merasa aman mendiskusikan perasaan atau
menolak untuk berbicara.
Rasional : Membantu klien untuk
merasa diterima apa adanya, kondisi tanpa perasaan di hakimi dan meningkatkan
rasa terhormat dan control.
4. Pertahankan
kontak sering dengan klien. Berbicara dengan menyentuh klien bila memungkinkan.
Rasional : Memberikan keyakinan
bahwa klien tidak sendiri atau ditolak. Berikan respek dan penerimaan individu,
mengembangkan kepercayaan.
5. Sadari
efek-efek isolasi pada klien bila diperlukan untuk imunosupresi atau implan
radiasi. Batasi penggunaan pakaian /masker isolasi bila mungkin.
Rasional : Penyimpangan sensori
dapat terjadi bila nilai stimulasi yang cukup tidak tersedia dan dapat
memperberat perasaan ansietas/takut.
6. Bantu
klien/orang terdekat dalam mengenalidan mengklarifikasi rasa takut untuk
memulai mengembangkan strategi koping dalam menghadapi rasa takut.
Rasional: Keterampilan koping
sering rusak setelah diagnosis dan selama fase pengobatan yang berbeda.
Konseling dan dukungan perlu untuk memunkinkan individu mengenal dan menghadapi
rasa takut untuk meyakini bahwa strategi control/koping tersedia.
7. Berikan
informasi akurat, konsisten mengenai prognosis. Hindari memperdebatkan tentang
persepsi klien terhadap situasi.
Rasional : Dapat menurun kan
ansietas dan memungkinkan klien membuat keputusan/pilihan berdasarkan realita.
8. Berikan
kesempatan klien untuk mengekspresikann perasaan marah, kecewa tanpa
konfontasi. Berikan informasi dimana perasaan tersebut adalah normal dan
diekspresikan secara tepat.
Rasional : Penerimaan perasaan
memungkinkan klien mulai menghadapi situasi.
9. Jelaskan
pengobatan yang dianjurkan, tujaun dan efek sampingnya. Membantu klien
menyiapkan pengobatan.
Rasional : Tujuan pengobatan kanker
adalah menghancurkan sel-sel malignan dengan meminimalisasi kerusakan pada sel
yang normal. Pengobatan dapat berupa kuratif, preventif, paliatif, kemoterapi,
radiasi atau pengobatan yang lebih baru. Transplantasi sum-sum tulang
memungkinkan untuk kanker tertentu.
10. Jelaskan
prosedur tindakan, berikan kesempatan untuk bertanya dan memberikan jawaban
jujur. Bersama klien selama prosedur yang menimbulkan ansietas dan konsultasi.
Rasional : Informasi akurat memungkinkan klien
menghadapi situasi lebih efektif dengan realitas karena dapat menurunkan
asietas dan rasa takut karena ketidaktahuan.
11. Berikan
perawatan primer secara konsisten kapanpun sebisa mungkin.
Rasional : Membantu menurunkan
ansietas dengan mengembangkan hubunngan terapeutik dan memudahkan perawat
memberikan perawatn kontinu.
12. Tingkatkan
rasa tenang dan lingkungan tenang.
Rasional: Memudahkan istirahat,
menghemat energy, dan meningkatkan kemampuan koping.
13. Identifikasi
dan antisipasi stadium berduka klien dan orang terdekat.
Rasional : Pilihan intervensi
ditentukan oleh tahap berduka, perilaku koping, missal marah/menarik diri atau
menyangkal.
14. Perhatikan
koping tidak efektif, missal interaksi social buruk, tidak berdaya.
Rasional : Mengidentifikasi masalah
individu dan memberikan dukungan pada klien/orang terdekat dalam menggunakan
keterampilan koping efektif.
15. Waspada
pada tanda menyangkal/depresi, missal menarik diri, marah, tanda tidak tepat.
Tentukan adanya ide bunuh diri dan kaji potensial nyeri pada skala 1-10.
Rasional : Klien dapat menggunakan
mekanisme pertahanan diri dengan menyangkal dan mengekspresikan harapan dimana
diagnosis tidak akurat. Perasaan bersalah,distress spiritual,gejala fisik atau
kurang perawatan diri dapat menyebabkan klien menjadi menarik diri dan yakin
bahwa bunuh diri adalah pilihan yang tepat.
16. Dorong
dan kembangkan interaksi klien dengan sistem pendukung.
Rasional: Mengurangi perasaan
isolasi. Bila sistem pendukung keluarga tidak tersedia,sumber luar mungkin
diperlukan dengan segera,missal kelompok pendukung kanker lokal.
17. Berikan
informasi yang dapat dipercaya dan konsisten serta dukungan orang terdekat.
Rasional: Memungkinkan untuk
interaksi interpersonal lebih baik dan menurankan ansietas dan rasa takut.
18. Libatkan
orang terdekat sesuai indikasi bila keputusan akan dibuat.
Rasional: Menjamin sistem pendukung
untuk klien dan memungkinkan orang terdekat terlibat dengan tepat.
b.
Berduka antisipasi berhubungan dengan
kehilangan yang diantisipasi(kehilangan bagian tubuh,perubahan
fungsi),perubahan gaya hidup,penerimaan kemungkinan kematian.
Intervensi
mandiri :
1. Antisipasi
terjadinya syok aawal dan ketidak yakinan setelah diagnosis kanker dan/atau
prosedur yang menimbulkan trauma,missal bedah yang menimbulkan
kecacatan,kolostomi,amputrasi.
Rasional: Sedikit klien yang benar-benar
siap untuk realita perubahan yang dapat terjadi.
2. Kaji
klien/orang terdekat terhadap persepsi berduka.
Rasional: Pengetahuan tentang
proses berduka memperkuat normalitas perasaan/reaksi terhadap apa yang di alami
dan dapat membantu klien menghadapi situasi yang ada dengan lebih efektif.
3. Dorong
pengungkapan pikiran/masalah dan penerimaan ekspresi kesedihan,marah,penolakan.
Akui normalitas perasaan ini.
Rasional: Klien merasa terdukung
mengekspresikan perasaan dengan memahami bahwa konflik emosi yang dalam dan
sering adalah norma dan di alami orang lain dalam situasi sulit ini.
4. Sadari
perubahan perasaan,bermusuhan,dan perilaku lain yang ditunjukan. Susn batasan
perilaku tidak tepat,perbaiki pikiran negatif.
Rasional: Indikator koping tidak
efektif dan adanya kebutuhan terhadap intervensi tambahan. Pencegahan tindakan
destruktif memungkinkan klien mempertahankan control dan rasa harga diri.
5. Sadari
timbulnya depresi yang melelahkan. Tanyakan langsung pada klien tentang status
pikiran.
Rasional: Penelitian menunjukan
bahwa beberapa klien kanker beresiko tinggi terhadap bunuh diri. Mereka secara
khusus rentan bila baru didiagnosis dan/ atau pulang kerumah.
6. Kunjungi
dengan sering dan berikan kontak fisik dengan tepat/sesuai kebutuhan. Pindahkan
klien lebih mendekat ke kantor perawat bila ketakutan, biarkan pintu terbuka
bila nyaman untuk klien.
Rasional : Membantu mengurangi
perasaan isolasi dan diabaikan.
7. Tingkatkan
pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatan serta berikan informasi
sesuai permintaan/menjelang ajal. Bersikap jujur, jangan memberikan harapan
palsu saat memberikan dukungan
emosional.
Rasional : Klien/orang terdekat mendapat keuntungan dari
informasi factual. Individu dapat mengajukan pertanyaan langsung tentang
kematian, dan jawaban jujur meningkatkan rasa percaya dan keyakinan bahwa
informasi benar.
8. Tinjau
ulang pengalaman hidup masa lalu, perubahan peran, dan keterampilan koping.
Bicarakan tentang sesuatu yang menarik perhatian klien.
Rasional : Kesempatan untuk
mengidentifikasi keterampilan yang dapat membantu individu menghadapi berduka
terhadap situasi baru secara lebih efektif.
9. Identifikasi
aspek positif dari situasi.
Rasional : Kemungkinan remisi dan
progresi lambat dari penyakit dan/atau terapi baru dapat menurunkan harapan
pada masa depan.
10. Diskusikan
cara-cara klien/orang terdekat dapat merencanakan tujuan bersama untuk masa
depan. Dorong menyusun tujan realistis.
Rasional : Menjadi bagian dari
pemecahan masalah/perencanaan dapat memberikan rasa kontrol terhadap kejadian
yang diantisipasi.
11. Bantu
klien/orang terdekat mengidentifikasi kekuatan pada diri sendiri/situasi dn
sistem pendukung.
Rasional : Mengenali sumber ini
member kesempatan melalui perasaan berduka.
12. Dorong
partisipasi dalam perawatan dan pengobatan.
Rasional : Memungkinkan klien
mempertahankan control terhadap kehidupan.
13. Perhatikan
bukti konflik, ekspresi marah dan pernyataan kecewa, rasa bersalah, putus asa,
perasaan hidup tidak berguna.
Rasional : Konflik
interpersonal/perilaku marah mungkin cara-cara klien dalam
mengekspresikan/menghadapi perasaan kecewa/distress spiritual dan dapat
menandakan ide bunuh diri.
14. Kaji
cara klien/orang terdekat memahami dan berespon terhadap kematian, missal
harapan budaya, perilaku yang dipelajari, pengalaman dengan kematian (anggota
keluarga/teman), keyakinan hidup setelah kematian, dan keyakinan kepada Tuhan
yang Maha Esa.
Rasional : Faktor-faktor ini
memengaruhi bagaimana setiap individu menghadapi kemungkinan kematian dan
memengaruhi bagaimana mereka berespons dan berinteraksi.
15. Berikan
lingkungan terbuka untuk diskusi dengan klien/orang terdekat(bila tepat)
tentang keinginan/rencana mengalami kematian, misalnya membuat surat warisan,
pengaturan penguburan, donor.
Rasional : Bila klien/orang
terdekat bersama-sama menyadari ancaman kematian, mereka lebih mudah menghadapi
urusan atau aktivitas yang diinginkan yang belum selesai.
16. Sadari
perasaan sendiri tentang kanker, ancaman kematian. Terima metode apapun yang
dipilih klien/orang terdekat untuk saling membantu selama proses.
Rasional : Ansietas dan
ketidakinginan pemberi perawatan untuk menerima kenyataan tentang kemungkinan
kematiannya sendiri dapat menghambat kemampuan untuk membantu klien/orang
terdekat, memerlukan bantuan orang lain untuk memberikan dukungan yang
diperlukan.
Kolaborasi
17. Rujuk
Pada konselor yang tepat sesuai kebutuhan (perawat klinik psikiatri, pekerja
social, psikologi).
Rasional : Dapat membantu untuk
menghilangkan disters atau mengatasi perasaan berduka untuk memudahkan koping
dan mengembangkan pertumbuhan.
18. Rujuk
pada program komunitas bila tepat
Rasional : Memberikan dukungan
dalam pemenuhan kebutuhan fisik dan emosional klien/rang terdekat, dan
menambahkan perawatan keluarga dan teman yang dapat diberikan.
c.
Gangguan harga diri berhubungan dengan
biofisik (kecacatan bedah, efek kemoterapi, penurunan BB,impoten, nyeri tidak
terkontrol, kelelahan berlebihan atau sterilitas, psikososial (ancaman
kematian, perasaan kurang terkontrol, ragu tentan penerimaan, takut atau
kehilangan).
Intervensi
:
1. Diskusikan
dengan klien/orang terdekat bagaimana diagnosis pengobatan yang memengaruhi
kehidupan pribadi klien dan aktivitas kerja.
Rasional : Membantu dalam
memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah.
2. Tinjau
ulang efek samping yang di antisipasi berkenaan dengan pengobatan tertentu,
termasuk kemungkinan efek pada aktivitas seksual dan rasa ketertarikan/keinginan,
missal alopesia, kecacatan bedah beritahu klien bahwa tidak semua efek samping
terjadi.
Rasional : Bimbingan antisipasi
dapat membantu klien/orang terdekat memulai proses adaptasi pada stasus baru
dan menyiapkan untuk beberapa efek samping, missal membeli wige sebelum
menjalani radioterapi, jadwal waktu libur kerja, memberikan rujukan pada risiko
pada perubahan seksual.
3. Dorong
klien untuk mendiskusikan tentang masalah efek kanker/pengobatan pada peran
sebagai ibu rumah tangga, orang tua, dan sebagainya.
Rasional : Dapat membantu
menurunkan masalah yang memengaruhi penerimaan pengobatan atau merangsang
kemajuan penyakit.
4. Akui
kesulitan yang mungkin dialami klien. Berikan informasi bahwa konseling sering
perlu dan penting dalam proses adaptasi.
Rasional : Memvalidasi realita
perasaan dan memberikan izin untuk melakukan tindakan apapun perlu dalam
mengatasi apa yang terjadi.
5. Evaluasi
dtruktur pendukung yang ada dan digunakan oleh klien/orang terdekat.
Rasional : Membantu merencanakan
perawatan saat di rumah sakit dan setelah pulang.
6. Berikan
dukungan emosi untuk klien/orang terdekat selama tes diagnostic dan fase
pengobatan.
Rasional : Meskipun beberapa klien
beradaptasi/menyesuaikan diri dengan efek kanker atau efek samping terapi,
namun banyak klien tetap memerlukan dukungan tambahan selama periode ini.
7. Gunakan
sentuhan selama interaksi, bila dapat diterima klien dan pertahankan kontak
mata.
Rasional : Memastikan
individualitas dan penerimaan penting dalam menurunkan perasaan klien tentang
ketidakamannan dan keraguan diri.
Kolaborasi
8. Rujuk
pada program kelompok pendukung (bila ada).
Rasional : Kelompok pendukung
biasanya sangat menguntungkan baik untuk klien/orang terdekat, memberikan
kontak dengan klien lain dengan kanker pada berbagai tingkatan pengobatan
dan/atau pemulihan.
9. Rujuk
pada konseling professional bila diindikasikan.
Rasional : Mungkin diperlukan untuk
memulai dan mempertahankan sturktur psilkososial positif bila sistem pendukung
klien/orang terdekat terganggu.
d.
Nyeri akut berhubungan dengan
kompresi/destruksi jaringan saraf, obstruksi jaras saraf atau inflamasi serta
efek samping berbagai agen terapi saraf.
Intervensi
:
1. Kaji
nyeri, missal lokasi nyeri, frekwensi, durasi, dan itensitas (skala 1-10),
serta tindakan penghilang nyeri yang digunakan.
Rasional : Informasi memberikan
data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan/keefektifan intervensi.
2. Evaluasi
terapi tertentu, missal pemidahan, radiasi, kemoterapi, bioterapi. Ajarkan pada
klien/orang terdekat apa yang diharapkan.
Rasional : Ketidaknyamanan adalah
umum, (missal nyeri insisi, kulit terbakar, nyeri punggung bawah, sakit
kepala), tergantung pada prosedur yang digunakan.
3. Peningkatan
kenyamanan dasar (missal teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi)
dan aktivitas hiburan (missal music, televise).
Rasional : Meningkatkan relaksasi
dan membantu memfokuskan kembali perhatian.
4. Dorongan
penggunaan keterampilan managemen nyeri (missal teknik relaksasi, visualisasi,
bimbingan imajinasi), tertawa, music, dan sentuhan terapeutik.
Rasional : Memungkinkan klien untuk
berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan rasa kontrol.
5. Evaluasi
penghilang nyeri/control.
Rasional : Tujuannya adalah control
nyeri maksimum dengan pengaruh minimum pada aktivitas kegiatan sehari-hari
(AKS).
Kolaborasi
6. Kembangkan
rencana manajemen nyeri bersama klien dan tim medis.
Rasional : Rencana terorganisasi
mengembangkan kesempatan untuk control nyeri. Terutama dengan nyeri kronis,
klien/orang terdekat harus aktif menjadi partisipan dalam manajemen nyeri di
rumah.
7. Berikan
analgesic sesuai indikasi, misalnya : morfin, metadon, atau campuran narkotik
IV khusus. PAstikan hal tersebut hanya untuk memberikan analgesic dalam sehari.
Ganti dari analgesik dalam sehari. Ganti dari analgesic kerja pendek menjadi
kerja panjang bila ada indikasi.
Rasional : Nyeri adalah komplikasi
tersering dari kanker, meskipun respon individu berbeda. Saat perubahan
penyakit/pengobatan terjadi, penilaian dosis dan pemberian akan diperlukan.
8. Berikan/nutrisikan
penggunaan Patient Controlled Analgesia (PCA) dengan tepat.
Rasional : Analgesik dikontrol
klien sehingga pemberian obat tepat waktu, mencegah fluktuasi pada intensitas
nyeri. Sering diberikan dengan dosis total rendah melalui metode konvensionaal.
9. Siapkan/bantu
prosedur, misalnya : blok saraf, kordotomi, dan mielotomi komisura.
Rasional : Mungkin digunakan pada
nyeri berat yang tidak berspon pada tindakan lain.
e.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan status hipermetabolik, konsekuensi, kemoterapi, radiasi,
pembedahan, distress emosional, keletihan, atau control nyeri buruk.
Intervensi
:
1. Pantau
intake makanan setiap hari, biarkan klien menyimpan buku harian tentang makanan
sesuai indikasi.
Rasional : Mengidentifikasi
kekuatan/defisiensi nutrisi.
2. Ukur
tinggi badan(TB), berat badan (BB), dan ketebalan lipatan kulit, triseps atau
dengan antroprometrik lainnya. Pastikan jumlah penurunan berat badan saat ini.
Rasional : Membantu dalam
identifiksi malnutrisi protein-kalori, khususnya bila BB dan pengukuran
antroprometik kurang dari normal.
3. Dorong
klien untuk makan dengan diet tinggi kalori kaya nutrient, dengan intake cairan
yang adekuat. Dorong penggunaan suplemen dan makan sedikit tapi sering.
Rasional : Kebutuhan metabolic
jaringan ditingkatkan, begitu juga cairan (untuk menghilagkan produk sisa).
Suplemen berguna untuk mempertahankan masukan kalori dan protein.
4. Nilai
diet sebelum dan setelah pengobatan, missal makanan, cairan dingin, bubur
saring, roti, creackers, minuman berkabonat. Berikan cairan satu jam sebelum
atau sesudah makan.
Rasional : Efektifitas penilaian
diet saat individual mengurangi mual pasca terapi. Klien harus mencoba untuk
menemukan solusi/kombinasi terbaik.
5. Kontrol
faktor lingkungan, missal bau/tidak sedap atau bising. Hindari makanan terlalu
manis, berlemak atau makan pedas.
Raional : Dapat meningkatkan respon
mual/muntah.
6. Ciptakan
suasana makan malam yang menyenangkan, dorong klien untuk berbagi makanan
dengan keluarga/teman.
Membuat waktu makan lebih
menyenangkan, yang dapat meningkatkan masukan.
7. Dorong
penggunaan teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi, latihan saat
atau sebelum makan.
Rasional : Dapat mencegah
timbulnya/menurunkan beratnya mual, penurunan anoreksia, dan memungkinkan klien
meningkatkan masukan oral.
8. Identifikasi
klien yang mengalami mual/muntah yang diantisipasi.
Rasional : Mual/muntah psikogenik
terjadi sebelum kemoterapi mulai, secara umum tidak berespon terhadap obat
antiemetik.
9. Dorong
komunikasi terbuka mengenai masalah anoreksia.
Rasional : Sering sebagai sumber
distress emosi, khususnya untuk orang terdekat yang menginginkan memberikan
makan dengan sering.
10. Berikan
antiemetic sesuai jadwal regular sebelum/setelah pemberian antineoplistik.
Rasional : Mual/muntah menurunkan
kemampuan dan efek samping psikologis kemoterapi yang menimbulkan sters.
11. Evaluasi
efektivitas antiemetik.
Rasional : Individu berespon secara
berbeda pada semua obat-obatan. Pertama, antiemetik mungkin tidak bekerja,
memerlukan perubahan atau kombinasi terapi obat.
12. Evaluasi
hematest feses, sekresi lambung.
Rasional : Terapi tertentu,
misalnya : antimetabolit menghambat pembaruan lapisan sel-sel epitel saluran
pencernaan, yang dapat menyebabkan perubahan menjadi eritema sampai ulserasi
berat dengan perdarahan.
Kolaborasi
13. Tinjau
ulang pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, misalnya : jumlah limfosit
total, transferin serum, dan albumin.
Rasional : Membantu
mengidentifikasi derajat ktidakseimbangan biokimia/malnutrisi dan mempengaruhi
pilihan intervensi diet.
14. Berikan
obat-obat sesuai indikasi :
a. Fenotiazin
b. Kortikosteroid
c. Vitamin,
khususnya A, D, E, dan B6
d. Antasid
Rasional : Obat-obat sesuai
indikasi :
a. Umumnya
antiemetic bekerja untuk memengaruhi stimulasi pusat muntah dan kemoreseptor
mentriger agen, juga bertindak secara perifer untuk menghambat peristaltic.
b. Terapi
kombinasi, misalnya : torecan dengan decadron atau valium sering kali lebih
efektif dari pada agen tunggal.
c. Mencegah
kekurangan karena penuruna absorpsi vitamin larut dalam lemak.
d. Meminimalkan
iritasi lambung dan mengurangi risiko ulserasi mukosa.
15. Rujuk
pada ahli diet.
Rasional : Memberikan rencana diet
khusus untuk memenuhi kebutuhan individu dan menurunkan masalah terkait dengan
malnutrisi protein/kalori dan defisiensi mikronutrien.
16. Pasang/pettahankan
selang (NGT)/enteral, atau jalur sentral untuk hiperalimentasi parenteral bila
ada indikasi.
Rasional : Malnutrisi berat
(kehilangan BB 25-30 % dalam dua bulan ), atau klien dipuaskan selama lima hari
dan tidak mungkin untuk mampu makan selama dua minggu, pemberian makan per
selang (NGT) mungkin perlu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
f.
Resiko tinggi kekurangan cairan
berhubungan dengan status hipermetabolik, kerusakan masukan cairan berlebihan
(selang indwelling).
Intervensi
:
1. Pantau
masukan dan keluaran berat jenis, masukan semua sumber keluaran, missal muntah,
diare, luka basah. Hitung keseimbangan cairan 24 jam.
Rasional : Keseimbangan cairan
negative yang terus-menerus dapat menurunkan haluaran renal dan konsentrasi
urin. Hal ini menunjukkan terjadinya dehidrasi dan perlunya peningkatan
penggantian cairan.
2. Timbang
berat badan sesuai indikasi
Rasional : Pemngukuran sensitive
terhadap fluktiuasi keseimbangan cairan.
3. Pantau
tanda vital, evaluasi nadi perifer, dan pengisian kapiler.
Rasional : Menunjukkan keadekuatan
volume sirkulasi.
4. Kaji
turgor kulit dan kelmbaban membrane mukosa. Perhatikan keluhan haus.
Rasional : Indikator tidak langsung
dari status hidrasi/derajat kekurangan.
5. Dorong
peningkatan masukan cairan sampai 3000 mL/hari sesuai toleransi individu.
Rasional : Membantu dalam
memelihara kebutuhan cairan dan menurunkan resiko efek samping yang
membahayakan, missal sistitis hemoragi pada klien yang mendapat siklofosfamid
(cytoxan).
6. Observasi
kecenderungan perdarahan, misalny : rembesan dari membrane mukosa, sisi pungsi
; adanya ekimosis atau petekie.
Rasional : Identifikasi dini
terhadap masalah yang dapat terjadi sebagai akibat kanker dan/atau terapi dan
memungkinkan untuk intervensi segera.
7. Minimalkan
fungsi vena. Dorong klien untuk mempertimbangkan penempatan kateter vena
sentral.
Rasional : Menurunkan risiko
hemoragi dan infeksi berkenaan dengan pungsi vena berulang.
8. Hindari
trauma dan pemberian tekanan dapa sisi pungsi.
Rasional : Mengurangi risiko
terhadap perdarahan/pembentukan hematoma.
Komplikasi
9. Berikan
cairan IV sesuai indikasi.
Rasional : Diberikan untuk hidrasi
umum serta mengencerkan obat antineoplastik dan mengurangi efek samping yang
merugikan, misalnya : mual/muntah, nefrotoksitas.
10. Berikan
terapi antiemetik.
Rasional Penghilang mual/muntah
menurunkan kehilangan gastrik dan memungkinkan pemasukan oral.
11. Pantau
pemeriksaan laboratorium, misalnya : darah lengkap, elektrolit, albumin serum.
Rasional : Memberikan informasi
tentang tingkat hidrasi dan kekurangan yang menyertai.
12. Berikan
transfusi sesuai indikasi :
a. Sel
darah merah (SDM).
b. Trombosit
Rasional : Transfusi :
a. Mungkin
diperlukan untuk memperbaiki jumlah darah dan mencegah manifestasi anemia yang
sering ada pada klien kanker, misalnya : takikardi, takipnea, pusing,
kelemahan.
b. Trombositopenia
dapat terjadi sebagai efek samping kemotrapi, radiasi atau proses kanker.
13. Hindari
penggunaan aspirin, iritan lambung, atau inhibitor trombosit.
g.
Keletihan berhubungan dengan penurunan
produksi energy metabolic (hipermetabolik) emosional berlebihan, efek
obat-obatan/kemoterapi.
Intervensi
:
1. Rencanakan
perawatan untuk memungkinkan periode istirahat. Jadwalkan aktivitas periodic
bila klien mempunyai energy yang banyak. Libatkan klien/orang terdekat dalam
jadwal perencanaan.
Rasional : Periode istirahat sering
diperlukan untuk memperbaiki/menghemat energy. Perencanaan akan memungkinkan
klien menjadi aktif selama tingkat energi lebih tinggi, yang dapat memperbaiki
perasaan sejahtera dan rasa kontrol.
2. Buat
tujuan aktivitas realistis dengan klien.
Rasional : Memberikan rasa kontrol
dan perasaan mampu menyelesaikan.
3. Dorong
klien untuk melaksanakan apa saja bila mungkin, missal mandi duduk, bangun dari
kursi, berjalan. Tingkatkan aktivitas sesuai kebutuhan.
Rasional : Meningkatkan kekuatan atau
staminadan menjadikan klien lebih aktif tanpa kelelahan yang berarti.
4. Pantau
respon fisiologis terhadap aktivitas, missal perubahan TD atau frekuensi
jantung dan pernafasan.
Rasional : Toleransi sangat
bervariasi bergantung pada tahap proses penyakit, status nutrisi, keseimbanagn
cairan, dan reaksi terhadap aturan terapeutik.
5. Dorong
masukan nutrisi.
Rasional : Masukan nutrisi yang
adekuat perlu untuk memenuhi kebutuhan energy selama aktivitas.
Kolaborasi
6. Berikan
Oksigen suplemen sesusai indikasi
Rasional : Adanya anemia/hipoksemia
menurunkan ketersediaan Oksigen untuk ambilan seluler dan memperberat
keletihan.
7. Rujuk
pada terapi fisik/okupasi.
Rasional : Latihan yang terprogram
setiap hari dan aktivitas membantu klien mempertahankan atau meningkatkan kekuatan
dan tonus otot, meningkatkan rasa sejahtera.
h.
Resiko tinggi terjadi infeksi
berhubungan dengan pertahan sekunder tidak adekuat, malnutrisi, proses penyakit
kronis atau prosedur invasive.
Intervensi
:
1. Tingkatkan
prosedur mencuci tangan yang baik dengan staff dan pengunjung sebelum dan
setelah bersentuhan dengan klien. Batasi pengunjung yang mengalami infeksi.
Tempatkan klien pada isolasi sesuai indikasi.
Rasional : Lindungi klien dari
sumber-sumber infeksi, seperti pengunjung dan staff yang mengalami ISK.
2. Tekanan
hygene personal
Rasional : Mengurangi risiko
infeksi dan/atau pertumbuhan sekunder.
3. Pantau
suhu
Rasional : Peningkatan suhu terjadi
karena berbagai faktor, missal efek samping kemoterapi, proses penyakit atau
infeksi. Identifikasi dini proses infeksi memungkinkan terapi yang tepat untuk
dimulai dengan segera.
4. Kaji
semua sistem, missal kulit, pernafasan, genitourineria dari adanya gejala/tanda
infeksi secara kontinu
Rasional : Pengenalan dini dan
intervensi segera dapat mencegah progresi pada situasi/sepsis yang lebih
serius.
5. Ubah
posisi dengan sering, pertahankan kl;ien kering dan bebas kerutan.
Rasional : Menurunkan tekanan dan
iritasi pada jaringan dan mencegah kerusakan kulit.
6. Tingkatkan
istirahat yang cukup dengan periode latihan.
Rasional : Membatasi keletihan,
mendorong gerakan yang cukup untuk mencegah komplikasi stasis, misalnya :
pneumonia, dekubitus, dan pembentukan thrombus.
7. Tekankan
pentingnya oral hygiene yang baik.
Rasional : Terjadinya somatitis
meningkatkan risiko terhadap infeksi/pertumbuhan sekunder.
8. Hindari/batasi
prosedur invasif. Taati teknik aseptik.
Rasional : Menurunkan risiko
kontaminasi, membatasi masuknya agen infeksius.
Kolaborasi
9. Pantau
Jumlah Darah Lengkap (JDL) dengan SDP difresial dan jumlah granulosit dan trombosit
sesuai indikasi.
Rasional : Aktivitas sumsum tulang
dihambat oleh efek kemoterapi, status penyakit, atau terapi radiasi.
10. Dapatkan
kultur sesuai indikasi.
Rasional : Menidentifikasi
organisme penyebab dan terapi yang tepat.
11. Berikan
antibiotic sesuai indikasi.
Rasional : Mungkin digunakan untuk
mengidentifikasi infeksi atau diberikan secara profilaktik pada klien
imunosupresi.
i.
Resiko tinggi terjadi perubahan membrane
mukosa oral berhubungan dengan efek samping agen kemoterapi dan radiasi
Intervensi
:
1. Kaji
kesehatan gigi dan oral hygene secara periodic
Rasional : Mengidentifikasi
pengobatan profilaksis yang mungkin diperlukan sebelum memulai kemoterapi atau
radiasi dan memberikan data dasar pada perawatan oral hygene.
2. Diskusikan
dengan klien tentang area yang memerlukan perbaikan dan demonstrasikan metode
untuk perawatan oral yang baik.
Rasional : Perawatan mulut yang
baik penting selama pengobatan untuk mengontrol komplikasi stomatitis.
3. Dorong
masukan nutrisi sesuai toleransi individu.
Rasional : Hidrasi adekuat membantu
mempertahankan kelembaban membrane mukosa.
4. Mulai
program oral hygiene, meliputi :
a. Menghindari
pencuci mulut, lemon/swab gliserin.
b. Gunakan
pencuci mulut yang dibuat dari salin hangat, larutan pelarut dari hydrogen
peroksida atau soda kue dan air.
c. Sikat
gigi dengan sikat gigi yang lembut atau benang gigi.
d. Bersihkan
gigi dengan perlahan atau gunakan waterpik dengan hati-hati.
e. Pertahankan
bibir lembab dengan pelumas bibir, jeli, dan sebagainya.
f. Dorong
penggunaan permen mint atau saliva buatan (oral-lube, salivert, sesuai
indikasi).
Rasional : Program oral hygiene :
a. Produk
yang mengandung alcohol atau fenol dapt mengsaserbasi kekeringan/iritasi
membrane mukosa.
b. Dapat
menyejukkan membrane.
c. Mencegah
trauma pada jaringan rapuh/lunak.
d. Menghilangkan
paertikel makanan yang dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri.
e. Meningkatkan
kenyamanan dan mencegah jaringan yang pecah/kering.
f. Merangsang/memberikan
kelembaban untuk mempertahankan integritas membran mulosa, khususnya pada
dehidrasi/penurunan produksi saliva.
5. Instruksikan
mengenai perubahan diet, missal hindari makanan panas atau pedas, jus anjurkan
penggunaan sedotan, mencerna makanan lembut atau diblender, permen, dan es krim
sesuai toleransi.
Rasional : Stomatitis berat dapat
mempengaruhi masukan nutrisi dan cairan yang meninggalkan keseimbangan nitrogen
negative atau dehidrasi. Modifikasi klien dapat membuat makanan lebih mudah
untuk ditelan dan merasa sejuk.
6. Pantau
dan jelaskan klien tanda-tanda tentang superinfeksi oral, misalnya : sariawan.
Rasional : Pengenalan dini kenjamin
tindakan segera.
7. Kaji
rongga mulut setiap hari, perhatikan perubahan pada integritas membran mukosa
oral, seperti : kering, kemerhan.
Rasional : Inflamasi mukosa oral
(stomatitis) secara umum terjadi 7-14 hari setelah mulainya pengobatan, tetapi
tanda lainnya mungkin terlihat paling dini hari ketiga sampai keempat,
khususnya bila ada masalah oral sebelumnya.
Kolaborasi
8. Rujuk
pada dokter gigi sebelum kemoterapi atau radiasi kepala/leher.
Rasional : Pemeriksaan profilaktik
dan perbaikan sebelum terapi menurunkan risiko infeksi.
9. Kultur
lesi oral yang dicurigai.
Rasional : Mengidentifikasi
organism penyebab infeksi oral, dan mengarahkan terapi obat yang tepat.
10. Berikan
obat-obatan sesuai indikasi :
a. Pencuci
analgesic, jeli lidokain topical (xylocaine).
b. Preparat
pencuci mulut antimicrobial, misalnya nistatin (mycostatin).
Rasional :
a. Program
analgesia agresif mungkin diperlukan untuk menghilangkan nyeri hebat.
b. Mungkin
diperlukan untuk mengatasi/mencegah infeksi oral sekunder, seperti : kandida,
pseudomonas, herpes simpleks.
j.
Risiko tinggi terjadi kerusakan
integritas kulit/jaringan berhubungan dengan efek radiasi, kemoterapi,
perubahan imunologis, perubahan status nutrisi atau anemia.
Intervensi:
1. Kaji
kulit dengan sering terhadap efek samping terapi kanker. Perhatiakn
kerusakan/lambatnya penyembuhan luka. Tekankan pentingnya melaporkan area
terbuka pada pemberi perawatan.
Rasional : Efek kemerahan dapat
terjadi pada area radiasi (kekeringan dan pruritus), deskuamasi lembab (lepuh),
ulserasi, kehilangan rambut, kehilangan dermis, dan kelenjar keringat juga
dapat terlihat. Reaksi ruam alergi, hiperpigmentasi, pruritus, dan alopesia
dapat terjadi akibat agen kemoterapi
2. Mandikan
klien dengan air hangat dan sabun ringan.
Rasional : Mempertahankan
kebersihan tanpa mengiritasi kulit.
3. Dorong
klien untuk menghindari menggaruk dan menepuk kulit yang kering.
Rasional : Membantu mencegah friksi/trauma kulit.
4. Ubah
posisi dengan sering.
Rasional : Meningkatkan sirkulasi
dan mencegah tekanan pada kulit/jaringan yang tidak perlu.
5. Anjurkan
klien untuk menghindari krim kulit apapun, salep, dan bedak, kecuali atas izin
dokter.
Rasional : Dapat meningkatkan
iritasi/reaksi secara nyata.
6. Tinjau
protokol perawatn kulit untuk klien yang mendapat terapi radiasi.
Rasional : Dilakukan untuk
meminimalkan trauma pada area terapi radiasi.
7. Hindari
menggaruk dan menggunakan lotion atau deodorant, hindari memberikan padas atau
menusahakan mencuci tanda/tato yang ada di kulit sebagai identifikasi area
iradiasi.
Rasional : Dapat menimbulkan atau
bahkan mempengaruhi pemberian radiasi.
8. Anjurkan
menggunakan pakaian yang lembut dan longgar.
Rasional : Kulit sangat sensitive
sesaat atau setelah pengobatan, dan semua iritasi harus dihindari untuk
mencegah cedera termal.
9. Berikan
tepung kanji pada area sesuai kebutuhan dan krim yang dianjurkan dua kali
sehari setelah radiasi selesai.
Rasional : Membantu mengontrol
kelembaban atau pruritus.
10. Tinjau
ulang protokol perawatan kulit untuk klien yang mendapat kemoterapi.
Rasional : Menurunkan risiko
iritasi/ekstravasasi jaringan dari agen ke dalam jaringan.
11. Tinjau
penggunaan tabir surya/blok tabir surya.
Rasional : Melindungi kulit dari
sinar ultraviolet dan mengurangi risiko reaksi berulang.
12. Cuci
kulit segera dengan sabun dan air agen antineoplastik yang tercecer pada kulit
yang tidak terlindungi.
Rasional : Mengencerkan obat untuk
menurunkan risiko iritasi kulit/luka bakar kimia.
13. Anjurkan
klien yang menerima 5FU dan metotreksat untuk menghindari pemajanan pada
matahari.
Rasional : Matahari dapat
menyebabkan eksaserbasi dari titik luka bakar, atau dapat menyebabkan area ruam
merah dengan metotreksat, yang dapat mengeksaserbasi efek obat.
14. Tinjau
ulang efek samping dermatologis yang dicurigai pada kemoterapi.
Rasional : Pedoman antisipasi
membantu mengurangi masalah bila efek samping terjadi.
15. Informasikan
klien bahwa bila terjadi alopesia, rambut dapt tumbuh kembali setelah
kemoterapi selesai.
Rasional : Pedoman antisipasi dapat
membantu penilaia/persiapan untuk kehilangan rambut.
Kolaborasi
16. Berikan
antidote yang tepat bila terjadi eksaserbasi, misalnya :
a. DMSO
topical
b. Hialuronidasi
(wydase)
c. NaHCO3
d. Tiosulfat
Rasional : Mengurangi kerusakan
jaringan lokal
17. Berikan
salep topikal, misalnya : sulfadiazine perak (silvaene) dengan tepat.
Rasional : Digunakan untuk mencegah
infeksi/memudahkan penyembuhan bila terjadi luka bakar kimia (ekstravasasi).
18. Berikan
kompres es/hangat per protokal.
Rasional : Intervensi kontroversional
tergantung pada tipe agen yang digunakan.
k.
Resiko tinggi terjadi diare/konstipasi
berhubungan dengan iritasi mukosa GI, masukan cairan buruk, kurang latihan,
penggunaan opiate/narkotik.
Intervensi
:
1. Pastikan
kebiasaan eliminasi umum klien.
Rasional : Sebagai data dasar untuk
evaluasi
2. Kaji
bising usus dan catat gerakan usus termasuk frekwensi, konsistensi (terutama
3-5 hari pertama terapi alkaloid vinca).
Rasional : Mendefinisikan masalah,
missal diare, konstipasi. Konstipasi adalah salah satu manifestasi termudah
dari neurotoksisitas.
3. Pantau
intake dan output serta berat badan.
Rasional : Dehidrasi, penurunan
berat badan, dan ketidakseimbangan elektrolit adalah komplikasi dari daire.
Ketidakadekuatan masuka cairan dapat menimbulkan konstipasi.
4. Dorong
asupan cairan yang adekuat, missal 2000mL/24jam, peningkatan serat dan latihan.
Rasional : Dapat menurunkan
konstipasi dengan memperbaiki konsistensi feses dan merangsang perilstatik, dan
dapat mencegah diare/dehidrasi.
5. Berikan
makan sedikit tapi sering dengan makanan rendah sisa, mempertahankan kebutuhan
protein dan karbohidat (missal telur, sereal, dan sayur di blender).
Rasional : Mengurangi iritasi
gaster. Makanan rendah serat dapat menurunkan iritabilitas dan memeberikan
istirahat pada usus bila ada diare.
6. Pastikan
diet yang tepat, hindari makanan tinggi lemak, makanan tinggi serat, mkanan
yang menyebabkan diare dan gas, makanan tinggi kafein, serta makanan yang
sangat panas/dingin.
Rasional : Stimulan GI yang dapat
meningkatkan motilitas/frekuensi defekasi.
7. Pantau
adanya infeksi bila tidak ada distensi abdomen, kram, dan sakit kepala.
Rasional : Intervensi
lanjut/perawatan usus alternative mungkin diperlukan.
Kolaborasi
8. Pantau
hasil laboratorium.
Rasional Ketidakseimbangan
elektrolit mungkin mengubah funsi GI.
9. Berikan
cairan IV (IVFD).
Rasional : Mencegah dehidrasi,
mengencerkan agen kemoterapi untuk mengurangi efek samping.
10. Berikan agen antidiare.
Rasional : Diindikasikan untuk
diare yang berat.
11. Pelunak feses, laksatif, enema sesuai
indikasi.
Rasional : Penggunaan profilaktik
dapat mencegah komplikasi lanjut pada beberapa klien.
l.
Risiko tinggi perubahan pola seksualitas
berhubungan dengan perubahan fungsi/struktur tubuh, sangat lelah, ketakutan/asietas,
kurang privasi/orang terdekat.
Intervensi
:
1. Diskusikan
dengan klien/orang terdekat mengenai sifat seksualitas dan reaksinya bila ini
berubah atau terancam. Berikan informasi tentang normalitas masalah-masalah
tersebut, dan banyak orang perlu bantuan untuk proses adaptasi.
Rasional : Pengakuan legitimasi
tentang masalah. Seksualitas cara pria dan wanita memandang diri sendiri dan
bagaimana mereka menyampaikannya diantara mereka.
2. Jelaskan
efek samping pengobatan kanker yang memengaruhi seksualitas.
Rasional : Pedoman antisipasi dapat
membantu klien dan orang terdekat dalam memulai proes adaptasi.
3. Berikan
waktu khusus untuk klien. Mintalah izin (ketuk pintu) sebelum masuk.
Rasional : Kebutuhan seksualitas
tidak berakhir karena klien dirawat. Kebutuhan keintiman berlanjut dan sikap
terbuka serta menerima untuk ekspresi kebutuhan
tersebut adalah penting.
m.
Risiko tinggi perubahan proses keluarga
berhubungan dengan krisis situasi, perubahan peran/status ekonomi atau
kehilangan yang diantisipasi dari anggota keluarga.
Intervensi
:
1. Perhatikan
komponen keluarga, adanya keluarga besar dan orang lain, missal teman/tetangga.
Rasional : Membantu untuk
mengetahui siapa yang ada untuk membantu perawatan/memberikan dukungan, dan
memberikan dorongan bila diperlukan.
2. Identifikasi
pola komunikasi dalam keluarga dan pola interaksi antara anggota keluarga.
Rasional : Memberikan informasi
tentang efektifitas komunikasi dan mengidentifikasi masalah yang memengaruhi
kemampuan keluarga untuk membantu klien dan menilai positif diagnosis/pengobatan
kanker.
3. Kaji
harapan/peran dari anggota keluarga dan dorong diskusi tentang hal tersebut.
Rasional : Setiap orang dapat
melihat situasi dengan cara mereka sendiri, dan identifikasi dengan jelas serta
pembagian harapan ini meningkatkan pemahaman.
4. Kaji
arah energi, missal upaya resolusi/pemecahan masalah sesuai tujuan.
Rasional : Memberikan petunjuk
tentang intervensi yang mungkin tepat untuk membantu klien dan keluarga dalam
mengarahkan energi yang efektif.
5. Perhatikan
keyakinan budaya/religious.
Rasional : Memengaruhi reaksi klien/orang
terdekat serta penilaian terhadap diagnosis, pengobatan, dan akibat dari
kanker.
6. Dengarkan
ekspresi ketidakberdayaan.
Rasional : Perasaan tidak berdaya
dapat memperberat kesulitan menilai diagnosis kanker dan kerja sama dalam
pengobatan.
7. Hadapi
anggota keluarga dengan cara yang hangat, perhatian, dan menghargai.
Rasional : Memberi perasaan empati
dan meningkatkan rasa harga diri individu serta kemampuan untuk mengatasi
situasi saat ini.
8. Dorong
ekspresi yang tepat tentang marah tanpa reaksi negatif pada mereka.
Rasional : Perasaan marah
diharapkan bila individu menghadapi kesulitan/risiko penyakit menjadi fatal
dari kanker.
9. Akui
kesulitan situasi, misalnya : diagnosis dan pengobatan kanker, seta kemungkinan
kematian.
Rasional : Mengomunikasikan penerimaan
realitas klien/keluarga.
10. Identifikasi
dan dorong penggunaan perilaku koping yang berhasil sebelumnya.
Rasional : Umumnya orang telah
mengembangkan keterampilan koping efektif yang dapat bermanfaat dalam
menghadapi situasi baru.
11. Tekankan
pentingnya kontinu antara anggota keluarga.
Rasional : Meningkatkan pemahaman
dan membantu anggota keluarga untuk mempertahankan komunikasi jelas dan
mengatasi masalah dengan efektif.
Kolaborasi
12. Rujuk
pada kelompok pendukung, dan lakukan terapi keluarga sesuai indikasi.
Rasional : Mungkin perlu bantuan
tambahan untuk mengatasi masalah disorganisasi yang dapat menyertai diagnosis
dari risiko penyakit terminal (kanker).
n.
Kurang pengetahuan( kebutuhan belajar
tentang penyakit, prognosis, dan kebutuhan perawatan) berhubungan dengan kurang
informasi, salah interpretasi informasi, mitos, tidak mengenal sumber informasi
atau keterbatasan kognitif.
Intervensi
:
1. Tinjau
ulang dengan klien/orang terdekat tentang pemahaman diagnosis, alternative
pengobatan, dan sifat harapan.
Rasional : Memvalidasi tingkat
pemahaman saat ini, mengidentifikasi kebutuhan belajar, dan memberikan dasar
pengetahuan di mana klien membuat keputusan berdasarkan informasi.
2. Tentukan
persepsi klien tentang kanker dan pengobatan kanker, tanyakan pengalaman
sebelum/sesudah menderita kanker atau pengalaman orang lain tentang kanker.
Rasional : Membantu identifikasi
ide, sikap, rasa takut, kesalahan konsepsi, dan kesenjangan pengetahuan tentang
kanker.
3. Berikan
informasi yang jelas dan akurat. Jawab pertanyaan secara khusus, tetapi tidak
memaksakan detail-detail yang tidak penting.
Rasional : Membantu penilaian
diagnosis kanker, memberikan informasi yang diperlukan. Kecepatan dan metode
pemberian informasi perlu diubah agar mengurangi ansietas klien dan
meningkatkan kemampuan untuk mengasimilasi informasi.
4. Berikan
pedoman antisipasi pada klien/orang terdekat mengenai pengobatan, kemungkinan
efek samping. Bersikap jujur kepada klien.
Rasional : Klien mempunyai hak
untuk tahu dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Informasi yang
akurat dan detail membantu menghilangkan rasa takut dan ansietas,
mengklarifikasi rutinitas yang diharapkan, dan memungkinkan klien
mempertahankan beberapa derajat kontrol.
5. Minta
umpan balik verbal klien, dan perbaiki kesalahan konsep tentang tipe kanker
individu dan pengobatan.
Rasional : Kesalahan konsep tentang
kanker lebih mengganggu daripada kenyataan dan mempengaruhi penguatan/penurunan
penyembuhan.
6. Nyatakan
secara normal keterbatasan yang akan dialami (bila ada), misalnya : membatasi
pemajana sinar matahari, masukan alkohol, kehilangan waktu kerja karena
pengobatan di rumah sakit.
Rasional : Bila pembatasan
diperlukan, memungkinkan klien/orang terdekat mulai menempatkan diri mereka
pada perspektif dan rencana/adaptasi sesuai indikasi.
7. Berikan
materi tertulis tentang kanker, pengobatan, dan ketersediaan system pendukung.
Rasional : Ansietas dan berpikir
terus-menerus dengan pikiran tentang kehidupan dan kematian sering mempengaruhi
kemampuan klien untuk mengasimilasi informasi adekuat.
8. Tinjau
ulang aturan pengobatan khusus dan penggunaan obat yang di jula bebas.
Rasional : Meningkatkan kemampuan
untuk mengatur perawatan diri dan menghindari risiko komplikasi, reaksi/interaksi
obat.
9. Beri
tahu kebutuhan perawatan khusus di rumah, misalnya: kemampuan untuk hidup
sendiri, melakukan prosedur/pengobatan yang diperlukan.
Rasional : Memberikan informasi
mengenai perubahan yang doperlukan dalam rencana memenuhi kebutuhan terapeutik.
10. Lakukan
evaluasi sebelum pulang ke rumah sesuai indikasi.
Membantu dalam transisi ke
lingkungan rumah dengan memberikan informasi tentang kebutuhan perubahan pada
situasi fisik, dan membantu dalam penyediaan bahan yang diperlukan.
11. Rujuk
pada sumber-sumber di komunitas sesuai indikasi, misalnya : pelayanan social
(bila ada).
Rasional : Meningkatkan kemampuan
prawatan mandiri dan kemandirian optimal.
12. Tinjau
ulang bersama klien/orang terdekat pentingnya mempertahankan status nutrisi
optimal.
Rasional : Meningkatkan
kesejahteraan, memudahkan pemulihan, dan memungkinkan klien menoleransi
pengobatan.
13. Dorong
variasi diet serta pengalaman dalam perencanaan makan.
Rasional : Kreativitas dapat
meningkatkan keinginan dan masukan makanan, khususnya bila makanan protein
terasa lebih pahit.
14. Berikan buku masak yang didesain untuk klien
kanker.
Rasional : Membantu dalam
memberikan menu/ide bumbu khusus.
15. Anjurkan
meningkatkan masukan cairan dan serat dalam diet serta latiahn teratur.
Rasional : Memperbaiki konsistensi
feses dan merangsang peristaltik.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tumor tulang adalah istilah yang dapat digunakan
untuk pertumbuhan tulang yang tidak normal, tetapi umumnya lebih digunakan
untuk tumor
tulang
utama, seperti osteosarkoma,
chondrosarkoma,
sarkoma Ewing
dan sarkoma lainnya.
Kanker tulang disebabkan
oleh beberapa faktor, antara lain : radiasi sinar radio aktif dosis tinggi, keturunan (adapun contoh faktor keturunan/genetika
yang dapat meningkatkan resiko kanker tulang adalah: multiple exostoses, rothmund-Thomson
sindrom, retinoblastoma genetic, Li-Fraumeni sindrom). Selain itu juga kanker
tulang disebabkan oleh beberapa kondisi tulang yang ada
sebelumnya, seperti : penyakit paget
(akibat pajanan radiasi ).
Manifestasi klinis yang muncul pada tumor tulang bisa
bervariasi tergantung pada jenis tumor tulangnya, namun yang paling umum adalah
nyeri. Akan tetapi manifestasi lainny juga yang sering muncul, yaitu : persendian
yang bengkak dan inflamasi, patah tulang yang disebabkan karena tulang yang
rapuh.
Tumor tulang di bagi menjadi beberapa jenis, antara lain : Multipel
myeloma, Tumor Raksasa, Osteoma, Kondroblastoma, Enkondroma, Sarkoma Osteogenik
(osteosarkoma), Kondrosarkoma, Sarkoma Ewing.
Ada tiga bentuk standar pengobatan kanker tulang, yaitu :
pembedahan, terapi radiasi dan kemoterapi. Adakalanya dibutuhkan kombinasi
terapi dari ketiganya. Pengobatan sangat tergantung pada jenis kankernya,
tingkat penyebaran atau bermetastasis dan faktor kesehatan lainnya.
4.2 Saran
Sebagai perawat
disarankan untuk memberi dukungan kepada pasien untuk bertahan hidup, dan
menganjurkan pasien maupun keluarga untuk tidak putus asa terhadap kemungkinan
buruk yang akan terjadi, serta menganjurkan pasien untuk mengikuti terapi yang
dianjurkan.
Selain itu juga
perawat harus memperhatikan personal hygiene untuk mengurangi dampak yang
terjadi pada saat memberikan pelayanan kesehatan pada penderita kanker tulang
maupun penderita kanker lainnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Lukman dan Nurna
Ningsih. 2009. Asuhan Keperawatan Pada
Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Palembang : Salemba Medika.
2 komentar:
saalam sehat,.,, mba artikelnya bagus yaa,., mba,. izin copas yaaa,., sumber dan link tetap dari mba ko,., boleh yaaaaa,., tapi jangan lupa mampir ke gubuk maya aku yaaa.,. asmanurs3.blogspot.com
ea silahkan,,,,, makasih mba'...
ntar mampir dch d blog.a,,,, :)
Posting Komentar