Selasa, 15 Mei 2012

ASKEP TUMOR TULANG


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang
Sjamsuhidayat R (1997), membagi bahasan neoplasma pada system muskuloskeletal menjadi dua, yaitu neoplasma jaringan lunak dan neoplasma kerangka. Tumor tulang di luar tulang, kulit, dan sistem organ besar biasanya disebut tumor ganas jaringan lunak dan bukan sarkoma, karena berbagai tumor mesenkim dengan derajat keganasan rendah dan tumor dengan penumbuhan infiltratif setempat juga termasuk dalam golongan ini.
Reeves (2001), terdapat dua tipe tumor tulang (neoplasma) yaitu primer dan metastasis. Tumor yang berasal dari tulang (primer) mencakup tumor yang tidak berbahaya seperti osteoma, kondroma, tumor sel raksasa, kista dan osteid osteoma. Tumor primer tumbuh dengan lambat, pada area terbatas, dan jarang sekali meluas. Tumor primer yang ganas sangat jarang menyerang orang dewasa dan jika menyerang, tumor ini mencangkup osteosarkoma dan multiple myeloma.
Doenges (2000), memakai istilah kanker untuk menggambarkan gangguan pertumbuhan seluler, kanker merupakan kelompok penyakit dan bukan hanya penyakit tunggal. Sarkoma merupakan kanker yang berasal dari tulang, otot, atau jaringan penyambung.
Tumor ganas sering bermetastis sampai paru-paru selama tahap awalnya. Osteosarkoma merupakan keganasan tulang  yang utama, sering ditemukan pada anak-anak dan remaja. Tumor tulang metastatik awalnya terdapat di paru-paru, payudara, prostat, ginjal, ovary, atau tiroid. Insiden osteosarkoma lebih banyak terjadi daripada tumor tulang primer dan memiliki prognosis  yang buruk. Karsinoma akan lebih sering bermetastatis ke tulang daripada sarkoma.

1.2  Rumusan Masalah
1.2.1 Apa Pengertian Tumor Tulang ?
1.2.2 Apa Etiologi Tumor Tulang ?
1.2.3 Bagaimana Patofisiologi Tumor Tulang ?
1.2.4 Apa Insiden dari Tumor Tulang ?
1.2.5 Apa saja Klasifikasikasi Tumor Tulang ?
1.2.6 Apa Manifestasi Klinis Tumor Tulang.
1.2.7 Apa saja Jenis-jenis Tumor Tulang ?
1.2.8 Bagaimana Pengobatan Tumor Tulang.
1.2.9 Bagaimana Asuhan Keperawatan Tumor Tulang ?

1.3  Tujuan
1.3.1 Mengetahui Pengertian Tumor Tulang.
1.3.2 Mengetahui Etiologi Tumor Tulang.
1.3.3 Mengetahui Patofisiologi Tumor Tulang.
1.3.4 Mengetahui Insiden Tumor Tulang.
1.3.5 Mengetahui Klasifikasi Tumor Tulang.
1.3.6 Mengetahui Manifestasi Klinis Tumor Tulang.
1.3.7 Mengetahui Jenis-jenis Tumor Tulang.
1.3.8 Mengetahui Pengobatan Tumor Tulang.
1.3.9 Mengetahui Asuhan Keperawatan Tumor Tulang.


BAB II
KONSEP MEDIS

2.1 Pengertian Tumor Tulang
Tumor tulang adalah istilah yang dapat digunakan untuk pertumbuhan tulang yang tidak normal, tetapi umumnya lebih digunakan untuk tumor tulang utama, seperti osteosarkoma, chondrosarkoma, sarkoma Ewing dan sarkoma lainnya.

2.2 Etiologi Tumor Tulang
a)   Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi
b)   Keturunan, Contoh faktor genetika yang dapat meningkatkan resiko kanker tulang adalah:
1.      Multiple exostoses
2.      Rothmund-Thomson sindrom
3.      Retinoblastoma genetik
4.      Li-Fraumeni sindrom
c)   Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya, seperti : penyakit paget (akibat pajanan radiasi ).

2.3 Patofisiologi Tumor Tulang
Gambaran patologik yang penting untuk meramalkan perjalanan klinis dan menentukan cara penanggulangannya ialah banyaknya mitosis dan banyaknya nekrosis. Tumor ganas ini dibagi dalam tiga derajat maliknitas. Bila klien mendapat terapi optimal, prognosis pertahanan hidup setiap lima tahunnya, berdasarkan derajat keganasan tumor dari derajat I – III adalah 90%, 70%, dan 45%. Banyaknya mitosis dari derajat I – III berturut-turut adalah < 4/2 mml2, 4-25/2 mm2 (2mm2 artinya banyaknya mitosis pada lapangan mikroskopik 2mm2).

2.4 Insiden Tumor Tulang
Insiden dari beberapa neoplasma berkaitan dengan usia, misalnya osteosarkoma terjadi kebanyakan pada anak dan remaja, dan osteoklastoma terjadi pada dewasa. Lokasi anatomi juga mempunyai kekhususan, yaitu sering terjadi pada daerah metafisis tulang panjang seperti femur distal, tibia proksimal dan humerus proksimal.

2.5  Klasifikasi Tumor tulang
Tumor tulang ganas di golongkan berdasarkan TMM (Tumor, Nodus, Metastasis), yaitu penyebaran setempat dan metastatis. Klasifikasi tumor tulang menurut Sjamsuhidajat R (1997) sebagai berikut:
a.       T       =       Tumor Induk
b.      TX    =       Tumor tidak dapat dicapai
c.       T0     =       Tidak ditemukan tumor primer
d.      T1     =       Tumor terbatas didalam periosteum
e.       T2     =       Tumor menembus periosteum
f.       T3     =       Tumor masuk organ atau struktur seputar tulang
g.      N      =       Kelenjar limfe regional
h.      N0    =       Tidak ditemukan tumor di kelejar limfe
i.        N1    =       Tumor di kelenjar limfe regional
j.        M      =       Metastatis jauh
k.      M0    =       Tidak di temukan metastasis jauh
l.        M1    =       Metastasis jauh

2.6  Manifestasi Klinis Tumor Tulang
Beberapa manifestasi klinis yang muncul pada tumor tulang bisa bervariasi tergantung pada jenis tumor  tulangnya, namun yang paling umum adalah nyeri. Tumor tulang lebih umum terjadi pada tulang yang bentuknya panjang (lengan dan kaki), sehingga tempat-tempat tersebut merupakan tempat yang paling sering merasakan nyeri.
Tidak semua tumor tulang bersifat ganas, melainkan ada juga yang jinak. Nyeri tulang umumnya menunjukkan bahwa tumor tersebut adalah jinak. Beberapa manifestasi klinis tumor tulang, antara lain:
a)      Persendian yang bengkak dan inflamasi.
b)      Patah tulang yang disebabkan karena tulang yang rapuh

Manifestasi klinis yang tidak spesifik seperti demam, menurunnya berat badan, kelelahan yang hebat, dan anemia juga bisa menjadi gejala tumor tulang, tapi bisa juga merupakan indikator penyakit lain.

2.7  Jenis – jenis tumor
a)     Multipel myeloma
Tumor ganas tulang yang paling sering ditemukan adalah multiple myeloma, akibat proliferasi ganas dari sel-sel plasma. Myeloma multiple merupakan keganasan sel plasma yang ditandai dengan pengantian sumsum tulang, destruksi tulang dan pembentukan paraprotein.
Gejala yang paling sering timbul adalah nyeri tulang, dan lokasi nyeri seringkali pada tulang iga dan tulang belakang. Tanda lain adalah teraba lesi tulang, terutama pada tulang tengkorak, dan klavikula. Lesi-lesi pada tulang punggung dapat menyebabkan vertebra kolaps dan kadang-kadang menjepit saraf spinal.
Pengobatannya memerlukan berbagai usaha sebab myeloma multiple menyerang banyak organ. Tujuan terapi myeloma sering kali paliatif, jika penyakit yang di temukan di temukan dalam keadaan minimal atau jika diagnosis keganasan meragukan, pasien harus di observasi tanpa dilakukan terapi sebelumnya.
b)      Tumor Raksasa
Tumor ini biasanya berasal dari sarumg tendo. Sifat khas dari tumor sel raksasa adalah adanya stroma vascular dan seluler yang terdiri atas sel-sel berbentuk oval yang mengandung sejumlah nucleus, kecil dan berwarna gelap. Sel raksasa ini merupakan sel besar dengan sitoplasma yang berwarna merah muda. Sel ini mengandung sejumlah nucleus yang vesikuler dan menyerupai sel-sel stroma.
Tumor sel raksasa sering terjadi pada orang dewasa muda dan lebih banyak pada wanita. Tumor ini sering menyerang pada ujung-ujung tulang panjang, terutama lutut dan ujung bawah radius.
Gejala yang paling sering terjadi adalah nyeri, disamping gejala keterbatasan gerak sendi dan kelemahan. Tumor ini (sekitar 60% atau lebih) cenderung kambuh secara local dan biasanya tumor yang kambuh karena tidak bersihnya eksisi akan bersih bersifat lebih ganas. Untuk memastikan jenis tumor dilakukan biopsi, kemudian perlu dilakukan eksisis local yang cukup luas, termasuk pengangkatan jaringan normal dari tepi tumor. Dengan melakukan biopsy maka diagnosis dapat ditegakkan dan operasi lokal yang disertai tindakan rekonstruksi segera dapat dilakukan.
c)      Osteoma
Merupakan lesi tulang yang bersifat jinak yang ditandai oleh pertumbuhan tulang yang abnormal. Osteoma klasik berwujud sebagai benjolan yang tumbuh dengan lambat dan tidak nyeri. Jika lesi menimbulkan gejala, maka perawatan yang dipilih adalah eksisi osteoma dengan pembedahan. Operasi pembuangan bagian tulang yang membesar ini juga dilakukan utuk keperluan diagnostic pada lesi-lesi yang besar. Eksisi biasanya memberikan penyembuhan pada tulang. Pada pemeriksaan radiografi, osteoma perifer tambak sebagai lesi radio – opak yang meluas dari permukaan tulang. Osteomas sentral tampak sebagai suatu massa sklerotik berbatas jelas dalam tulang.
d)      Kondroblastoma
Adalah tumor jinak yang jarang ditemukan, dan biasanya menyerang anak laki-laki yang berusia remaja. Tumor ini secara unik ditemukan di Epifisis. Tempat yang paking sering terserang adalah humerus. Gejala yang muncul seringkali berupa nyeri sendi yang timbul dari jaringan tulang rawan. Perawatannya dilakukan dengan eksisi pembedahan. Jika mengalami kekambuhan, maka tumor ini akan di tangani dengan eksisi, bedah beku atau radioterapi.
e)      Enkondroma
Enkondroma atau kondroma sentral adalah tumor jinak dari sel-sel tulang rawan dispalstik yang timbulnya pada metafisis tulang tubular terutama pada tangan dan kaki, seperti falang, metacarpus, dan metatarsus. Pada pemeriksaan radiografi didapati titik-titik perkapuran yang berbatas tegas, membesar,dan menipis. Tanda itu merupakan cirri khas dari tumor enkondroma. Tumor berkembang selama massa pertumbuhan pada anak-anak atau remaja. Keadaan tersebut meningkatkan kemungkinan terjadinya fraktur patologis.
Enkondroma tidak menimbulkan gejala nyeri sampai terjadi pembengkakan, atau fraktur patologis pada tulang yang korteksnya menjadi tipis karena absorbs enkondroma. Untuk jenis gangguan ini biasanya dilakukan pembedahan dengan kuret dan pencangkokan tulang.
f)        Sarkoma Osteogenik (osteosarkoma)
Merupakan neoplasma tulamg primer yang sangat ganas kedua. Neoplasma ini sering di temukan pada anak, remaja, dan dewasa muda. Tumor ini tumbuh pada bagian metafisis tulang. Tempat yang paling sering terserang tumor adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. Osteosarkoma paling banyak menyerang anak remaja dan mereka yang mengijak masa dewasa, tetapi dapat juga menyerang klien penyakit paget yang berusia lebih dari 50 tahun.
Nyeri yang menyertai destruksi tulang dan erosi adalah gejala umum dari osteosarkoma. Penampakan luar dari osteosarkoma dapat berupa osteolitik dimana tulang telah mengalami perusakan dan jaringan lunak diinvasi oleh tumor, atau periosteum tulang yang baru dapat tertimbun dekat tempat lesi, dan pada hasil pemeriksaan radiografi menunjukkan adanya suatu bangunan yang berbentuk segitiga. Walaupun gambaran ini juga dapat terlihat pada berbagai bentuk keganasan tulang yang lain, tetapi bersifat khas untuk sarcoma osteogenik. Tumor ini dapat menghasilkan suatu pertumbuhan tulang yang bersifat abortif. Pada radiogram akan terlihat sebagai suatu sunburst (pancaran sinar matahari).
g)      Kondrosarkoma
Tumor ini paling sering menyerang pria berusia di atas 35 tahun (price,1995). Gejala yang paling sering adalah adanya massa tanpa nyeri yang berlangsung lama tetapi mungkin akan diikuti pertumbuhan yang cepat dan agresif. Tempat-tempat yang sering ditumbuhi tumor ini adalah pelvis, femur, tulang iga, gelang bahu, dan tulang-tulang kraniovasial.
Tampak sebagai suatu daerah radiolusen dengan bercak-bercak berkapuaran yang tidak jelas, pada penampakan radiogram. Penatalaksanaannya terbaik yang dilakukan pada saat ini adalah dengan eksisi radikal, juga dengan bedah beku, radioterapi, dan kemoterapi. Untuk lesi-lesi yang agresif dan kambuh berulang-ulang, penatalaksanaannya yang paling tepat adalah dengan amputasi.
Terapinya adlah dengan mengangkat kelainan yang disusul dengan kemoterapi bila perlu. Walaupun bermetastasis, tetapi prognosisnya lebih baik daripada osteosarkoma.
h)      Sarkoma Ewing
Sarkoma ewing adalah jenis tumor tulang lain yang sangat ganas. Tumor ini sering memenuhi sum-sum tulang panjang dan merupakan neoplasma tulang primer ketiga yang paling sering dijumpai. Tumor ini paling terjadi pada anak-anak belasan tahun dan paling sering pada kortus tulang panjang. Penampilan secara kasarnya adalah berupa tumor abu-abu lunak yang tumbuh ke reticulum sum-sum tulang dan merusak korteks tulang dari sebelah dalam. Dibawah periosteum terbentuk lapisan-lapisan tulang yang baru diendapkan paralel dengan batang tulang sehingga membentuk gambaran berupa kulit bawang.
Tanda dan gejala yang khas berupa nyeri,benjolan nyeri tekan,dema seperti pada klien osteomielitis akut (38-40oc), dan leukositosis (20.000-40.000 leukosit/mm3).penatalaksanaannya berupa pengobatan dengan penyinaran, pemberian obat-obat sitostatik, dan pembedahan dilakukan untuk membuang tumor. Tumor ewing bersifat relative radiosensitive. Prognosis sarcoma ewing mirip osteosarkoma yaitu buruk dan tidak jarang klien meninggal beberapa tahun setelah didiagnosis.  

2.8  Pengobatan Tumor Tulang
Ada tiga bentuk standar pengobatan kanker tulang primer, antara lain :
a)      Pembedahan.
Kanker tulang umumnya diterapi dengan pembedahan. Pembedahan dilakukan pada kanker yang belum menyebar dan mengangkat jaringan kanker dan jaringan yang ada disekitarnya. Beberapa tumor mungkin masih memerlukan kemoterapi atau radiasi selain pembedahan.
b)      Terapi radiasi
Terapi radiasi menggunakan energi radiasi tertentu untuk mengecilkan tumor atau menghilangkan sel kanker. Terapi radiasi bekerja dengan merusak DNA sel, sehingga sel tidak mampu berkembang. Meskipun terapi radiasi dapat merusak sel sehat yang ada disekitarnya, sel kanker lebih sensitif terhadap radiasi dan akan mati saat diradiasi. sel sehat disekitarnya akan rusak karena radiasi, namun mereka akan segera pulih
c)      Kemoterapi.
Kemoterapi sering diberikan untuk pengobatan kanker tulang. Obat kemoterapi bekerja dengan menghilangkan sel-sel yang memiliki kecepatan dalam membelah diri, seperti sel kanker. Namun, ada beberapa jenis sel normal yang juga memiliki sifat cepat membelah diri seperti sel rambut. Sehingga kadangkala kemoterapi menyebabkan kerontokan rambut.

Adakalanya dibutuhkan kombinasi terapi dari ketiganya. Pengobatan sangat tergantung pada jenis kankernya, tingkat penyebaran atau bermetastasis dan faktor kesehatan lainnya.


BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
a.      Aktivitas /Istirahat
Gejala:
1.      kelemahan dan atau keletihan.
2.      Perubahan pada pola tidur dan waktu tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti : nyeri, ansietas, dan berkeringat malam.
3.      Keterbatasan partisipasi dalam hobi dan latihan.
4.      Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen, tingkat stress tinggi.
b.      Sirkulasi
Gejala :
1.      palpitasi dan nyeri dada pada aktivitas fisik berlebih.
2.      Perubahan pada TD.
c.       Integritas Ego
Gejala :
1.      Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres (misalnya merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan religious/spiritual).
2.      Masalah tentang perubahan dan penampilan, misalny : alopesia, lesi, cacat, pembedahan.
3.      Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan.
Tanda :
1.      Kontrol depresi.
2.      Menyangkal, menarik diri, dan marah.
d.      Eliminasi
Gejala :
Perubahan pola defikasi, misalnya : darah pada feses, nyeri saat defikasi. Perubahan eliminasi urinearius misalnya : nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih, hematuria, sering berkemih.
Tanda:
Perubahan bising usus, distensi abdomen.
e.       Makanan/Cairan
Gejala:
1.      Kebiasaan diet buruk (misalnya : rendah serat, tinggi lemak, aditif, dan bahan pengawet).
2.      Anoreksia, mual/muntah.
3.      Intoleransi makanan.
Tanda:
1.      Perubahan berat badan (BB), penurunan BB hebat, kaheksia, berkurangnya massa otot.
2.      Perubahan pada kelembapan/turgor kulit, edema.
f.       Neurosensori
Gejala :
Pusing, sinkope.
g.      Nyeri/Kenyamanan
Gejala :
Tidak ada nyeri yang bervariasi, misalnya : kenyamanan ringan sampai nyeri berat (dihubungkan dengan proses penyakit).
h.      Pernafasan
Gejala :
Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok), pemajanan asbes.
i.        Keamanan
Gejala :
1.      Pemajana pada kimia toksik, karsinogen.
2.      pemajanan matahari lama/berlebihan.
3.      Demam.
Tanda :
Ruam kulit, ulserasi.
j.        Seksualitas
Gejala :
1.      Masalah seksual, misalnya dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat kepuasaan.
2.      Nuligravida lebih besar dariusia 30 tahun.
3.      Multigravida, pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini, dan herpes genital.
k.      Interaksi Social
Gejala :
1.      Ketidakadekuatan/kelemahan system pendukung.
2.      Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah, dukungan atau bantuan). Masalah tentang fungsi/tanggung jawab peran.

3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan pada klien tumor/kanker tulang umumnya sama dengan tumor/kanker pada organ yang lain. Ada 14 diagnosis keperawatan yang dapat ditemukan pada klien tumor/kanker pada tulang. Di bawah ini akan diuraikan diagnosis keperawatan dari Doenges (2000).
a. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi (kanker), ancaman/perubahan pada status kesehatan/sosial ekonomi, fungsi peran, pola interaksi, ancaman kematian, perpisahan dari keluarga.
b.   Berduka berhubungan dengan kehilangan yang diantisipasi (kehilangan bagian tubuh, perubahan fungsi), perubahan gaya hidup, penerimaan kemungkinan kematian klien.
c.    Gangguan harga diri berhubungan dengan biofisik (kecacatan bedah, efek kemoterapi, penurunan BB, impoten, nyeri tidak terkontrol, kelehan tidak terkontrol, ragu tentang penerimaan, takut atau kehilangan).
d.    Nyeri berhubungan dengan kompresi/destruksi jaringan saraf, opstruksi jaringan saraf atau inflamasi, serta efek samping berbagai agen terapi saraf.
e.   Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan stasus hipermetabolik, konsekuensi, kemotrapi, radiasi, pembedahan, distre emosiona, keletihan atau kontrol nyeri buruk.
f.   Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan status hipermetabolik, kerusakan masukan cairan, kehilangan cairan berlebihan (luka, selang indwelling).
g.     Keletihan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik (hipermetabolik), emosional berlebihan, efek obat-obatan/kemoterapi.
h.    Risiko tinggi terjadi infeksi berhubumgan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat, malnutrisi, proses penyakit kronis, atau prosedur invasif.
i.    Risiko tinggi terjadi perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan efek samping agen kemoterapi dan radiasi.
j.   Risiko tinggi terjadi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi, kemoterapi, perubahan imunologis, perubahan status nutrisi, atau anemia.
k.  Risiko tinggi terjadi diare/konstipasi berhubungan dengan iritasi mukosa GI, masukan cairan buruk,kurang latihan, penggunaan opiat/narkotik.
l.    Risiko tinggi perubahan pola seksualitas berhubungan dengan perubahan fungsi/ struktur tubuh, sangat lelah, ketakutan/ansietas, kurang privasi/orang terdekat.
m.    Risiko  tinggi perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi, perubahan peran/status ekonomi atau kehilangan yang diantisipasi dari anggota keluarga.
n.    Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar tentang penyakit, prognosis, dan kebutuhan perawatan) berhubungan dengan kurang informasi, salah interpretasi informasi, mitos, tidak mengenal sumber informasi, atau keterbatasan kognitif.

3.3  Rencana Keperawatan (Intervensi) dan Rasional
a.       Ansietas berhubungan dengan krisis situasi (kanker), ancaman/perubahan pada status kesehatan/ social ekonomi, fungsi peran, pola interaksi, ancaman kematian, perpisahan dari keluarga.
Intervensi :
1.      Tinjauan ulang pengalaman klien/orang terdekat sebelum mengalami kanker.
Rasional : Membantu dalam identifikasi rasa takut dan kesalahan kopnsep berdasarkan pada pengalaman dengan kanker.
2.      Dorong klien untuk menungkapkan pikiran dan perasaannya.
Rasional : Memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut, realisasi serta kesalahan konsep tentang diagnosis.
3.    Berikan lingkungan terbuka, dimana klien merasa aman mendiskusikan perasaan atau menolak untuk berbicara.
Rasional : Membantu klien untuk merasa diterima apa adanya, kondisi tanpa perasaan di hakimi dan meningkatkan rasa terhormat dan control.
4.      Pertahankan kontak sering dengan klien. Berbicara dengan menyentuh klien bila memungkinkan.
Rasional : Memberikan keyakinan bahwa klien tidak sendiri atau ditolak. Berikan respek dan penerimaan individu, mengembangkan kepercayaan.
5.      Sadari efek-efek isolasi pada klien bila diperlukan untuk imunosupresi atau implan radiasi. Batasi penggunaan pakaian /masker isolasi bila mungkin.
Rasional : Penyimpangan sensori dapat terjadi bila nilai stimulasi yang cukup tidak tersedia dan dapat memperberat perasaan ansietas/takut.
6.  Bantu klien/orang terdekat dalam mengenalidan mengklarifikasi rasa takut untuk memulai mengembangkan strategi koping dalam menghadapi rasa takut.
Rasional: Keterampilan koping sering rusak setelah diagnosis dan selama fase pengobatan yang berbeda. Konseling dan dukungan perlu untuk memunkinkan individu mengenal dan menghadapi rasa takut untuk meyakini bahwa strategi control/koping tersedia.
7.  Berikan informasi akurat, konsisten mengenai prognosis. Hindari memperdebatkan tentang persepsi klien terhadap situasi.
Rasional : Dapat menurun kan ansietas dan memungkinkan klien membuat keputusan/pilihan berdasarkan realita.
8.    Berikan kesempatan klien untuk mengekspresikann perasaan marah, kecewa tanpa konfontasi. Berikan informasi dimana perasaan tersebut adalah normal dan diekspresikan secara tepat.
Rasional : Penerimaan perasaan memungkinkan klien mulai menghadapi situasi.
9.      Jelaskan pengobatan yang dianjurkan, tujaun dan efek sampingnya. Membantu klien menyiapkan pengobatan.
Rasional : Tujuan pengobatan kanker adalah menghancurkan sel-sel malignan dengan meminimalisasi kerusakan pada sel yang normal. Pengobatan dapat berupa kuratif, preventif, paliatif, kemoterapi, radiasi atau pengobatan yang lebih baru. Transplantasi sum-sum tulang memungkinkan untuk kanker tertentu.
10.  Jelaskan prosedur tindakan, berikan kesempatan untuk bertanya dan memberikan jawaban jujur. Bersama klien selama prosedur yang menimbulkan ansietas dan konsultasi.
Rasional :  Informasi akurat memungkinkan klien menghadapi situasi lebih efektif dengan realitas karena dapat menurunkan asietas dan rasa takut karena ketidaktahuan.
11.  Berikan perawatan primer secara konsisten kapanpun sebisa mungkin.
Rasional : Membantu menurunkan ansietas dengan mengembangkan hubunngan terapeutik dan memudahkan perawat memberikan perawatn kontinu.
12.  Tingkatkan rasa tenang dan lingkungan tenang.
Rasional: Memudahkan istirahat, menghemat energy, dan meningkatkan kemampuan koping.
13.  Identifikasi dan antisipasi stadium berduka klien dan orang terdekat.
Rasional : Pilihan intervensi ditentukan oleh tahap berduka, perilaku koping, missal marah/menarik diri atau menyangkal.
14.  Perhatikan koping tidak efektif, missal interaksi social buruk, tidak berdaya.
Rasional : Mengidentifikasi masalah individu dan memberikan dukungan pada klien/orang terdekat dalam menggunakan keterampilan koping efektif.
15. Waspada pada tanda menyangkal/depresi, missal menarik diri, marah, tanda tidak tepat. Tentukan adanya ide bunuh diri dan kaji potensial nyeri pada skala 1-10.
Rasional : Klien dapat menggunakan mekanisme pertahanan diri dengan menyangkal dan mengekspresikan harapan dimana diagnosis tidak akurat. Perasaan bersalah,distress spiritual,gejala fisik atau kurang perawatan diri dapat menyebabkan klien menjadi menarik diri dan yakin bahwa bunuh diri adalah pilihan yang tepat.
16.  Dorong dan kembangkan interaksi klien dengan sistem pendukung.
Rasional: Mengurangi perasaan isolasi. Bila sistem pendukung keluarga tidak tersedia,sumber luar mungkin diperlukan dengan segera,missal kelompok pendukung kanker lokal.
17.  Berikan informasi yang dapat dipercaya dan konsisten serta dukungan orang terdekat.
Rasional: Memungkinkan untuk interaksi interpersonal lebih baik dan menurankan ansietas dan rasa takut.
18.  Libatkan orang terdekat sesuai indikasi bila keputusan akan dibuat.
Rasional: Menjamin sistem pendukung untuk klien dan memungkinkan orang terdekat terlibat dengan tepat.

b.      Berduka antisipasi berhubungan dengan kehilangan yang diantisipasi(kehilangan bagian tubuh,perubahan fungsi),perubahan gaya hidup,penerimaan kemungkinan kematian.
Intervensi mandiri :
1.      Antisipasi terjadinya syok aawal dan ketidak yakinan setelah diagnosis kanker dan/atau prosedur yang menimbulkan trauma,missal bedah yang menimbulkan kecacatan,kolostomi,amputrasi.
Rasional: Sedikit klien yang benar-benar siap untuk realita perubahan yang dapat terjadi.
2.      Kaji klien/orang terdekat terhadap persepsi berduka.
Rasional: Pengetahuan tentang proses berduka memperkuat normalitas perasaan/reaksi terhadap apa yang di alami dan dapat membantu klien menghadapi situasi yang ada dengan lebih efektif.
3.   Dorong pengungkapan pikiran/masalah dan penerimaan ekspresi kesedihan,marah,penolakan. Akui normalitas perasaan ini.
Rasional: Klien merasa terdukung mengekspresikan perasaan dengan memahami bahwa konflik emosi yang dalam dan sering adalah norma dan di alami orang lain dalam situasi sulit ini.
4.      Sadari perubahan perasaan,bermusuhan,dan perilaku lain yang ditunjukan. Susn batasan perilaku tidak tepat,perbaiki pikiran negatif.
Rasional: Indikator koping tidak efektif dan adanya kebutuhan terhadap intervensi tambahan. Pencegahan tindakan destruktif memungkinkan klien mempertahankan control dan rasa harga diri.
5.      Sadari timbulnya depresi yang melelahkan. Tanyakan langsung pada klien tentang status pikiran.
Rasional: Penelitian menunjukan bahwa beberapa klien kanker beresiko tinggi terhadap bunuh diri. Mereka secara khusus rentan bila baru didiagnosis dan/ atau pulang kerumah.
6.      Kunjungi dengan sering dan berikan kontak fisik dengan tepat/sesuai kebutuhan. Pindahkan klien lebih mendekat ke kantor perawat bila ketakutan, biarkan pintu terbuka bila nyaman untuk klien.
Rasional : Membantu mengurangi perasaan isolasi dan diabaikan.
7.      Tingkatkan pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatan serta berikan informasi sesuai permintaan/menjelang ajal. Bersikap jujur, jangan memberikan harapan palsu saat memberikan  dukungan emosional.
Rasional :  Klien/orang terdekat mendapat keuntungan dari informasi factual. Individu dapat mengajukan pertanyaan langsung tentang kematian, dan jawaban jujur meningkatkan rasa percaya dan keyakinan bahwa informasi benar.
8.      Tinjau ulang pengalaman hidup masa lalu, perubahan peran, dan keterampilan koping. Bicarakan tentang sesuatu yang menarik perhatian klien.
Rasional : Kesempatan untuk mengidentifikasi keterampilan yang dapat membantu individu menghadapi berduka terhadap situasi baru secara lebih efektif.
9.      Identifikasi aspek positif dari situasi.
Rasional : Kemungkinan remisi dan progresi lambat dari penyakit dan/atau terapi baru dapat menurunkan harapan pada masa depan.
10.  Diskusikan cara-cara klien/orang terdekat dapat merencanakan tujuan bersama untuk masa depan. Dorong menyusun tujan realistis.
Rasional : Menjadi bagian dari pemecahan masalah/perencanaan dapat memberikan rasa kontrol terhadap kejadian yang diantisipasi.
11. Bantu klien/orang terdekat mengidentifikasi kekuatan pada diri sendiri/situasi dn sistem pendukung.
Rasional : Mengenali sumber ini member kesempatan melalui perasaan berduka.
12.  Dorong partisipasi dalam perawatan dan pengobatan.
Rasional : Memungkinkan klien mempertahankan control terhadap kehidupan.
13.  Perhatikan bukti konflik, ekspresi marah dan pernyataan kecewa, rasa bersalah, putus asa, perasaan hidup tidak berguna.
Rasional : Konflik interpersonal/perilaku marah mungkin cara-cara klien dalam mengekspresikan/menghadapi perasaan kecewa/distress spiritual dan dapat menandakan ide bunuh diri.
14.  Kaji cara klien/orang terdekat memahami dan berespon terhadap kematian, missal harapan budaya, perilaku yang dipelajari, pengalaman dengan kematian (anggota keluarga/teman), keyakinan hidup setelah kematian, dan keyakinan kepada Tuhan yang Maha Esa.
Rasional : Faktor-faktor ini memengaruhi bagaimana setiap individu menghadapi kemungkinan kematian dan memengaruhi bagaimana mereka berespons dan berinteraksi.
15.  Berikan lingkungan terbuka untuk diskusi dengan klien/orang terdekat(bila tepat) tentang keinginan/rencana mengalami kematian, misalnya membuat surat warisan, pengaturan penguburan, donor.
Rasional : Bila klien/orang terdekat bersama-sama menyadari ancaman kematian, mereka lebih mudah menghadapi urusan atau aktivitas yang diinginkan yang belum selesai.
16.  Sadari perasaan sendiri tentang kanker, ancaman kematian. Terima metode apapun yang dipilih klien/orang terdekat untuk saling membantu selama proses.
Rasional : Ansietas dan ketidakinginan pemberi perawatan untuk menerima kenyataan tentang kemungkinan kematiannya sendiri dapat menghambat kemampuan untuk membantu klien/orang terdekat, memerlukan bantuan orang lain untuk memberikan dukungan yang diperlukan.

Kolaborasi
17.  Rujuk Pada konselor yang tepat sesuai kebutuhan (perawat klinik psikiatri, pekerja social, psikologi).
Rasional : Dapat membantu untuk menghilangkan disters atau mengatasi perasaan berduka untuk memudahkan koping dan mengembangkan pertumbuhan.
18.  Rujuk pada program komunitas bila tepat
Rasional : Memberikan dukungan dalam pemenuhan kebutuhan fisik dan emosional klien/rang terdekat, dan menambahkan perawatan keluarga dan teman yang dapat diberikan.
c.       Gangguan harga diri berhubungan dengan biofisik (kecacatan bedah, efek kemoterapi, penurunan BB,impoten, nyeri tidak terkontrol, kelelahan berlebihan atau sterilitas, psikososial (ancaman kematian, perasaan kurang terkontrol, ragu tentan penerimaan, takut atau kehilangan).
Intervensi :
1.  Diskusikan dengan klien/orang terdekat bagaimana diagnosis pengobatan yang memengaruhi kehidupan pribadi klien dan aktivitas kerja.
Rasional : Membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah.
2.    Tinjau ulang efek samping yang di antisipasi berkenaan dengan pengobatan tertentu, termasuk kemungkinan efek pada aktivitas seksual dan rasa ketertarikan/keinginan, missal alopesia, kecacatan bedah beritahu klien bahwa tidak semua efek samping terjadi.
Rasional : Bimbingan antisipasi dapat membantu klien/orang terdekat memulai proses adaptasi pada stasus baru dan menyiapkan untuk beberapa efek samping, missal membeli wige sebelum menjalani radioterapi, jadwal waktu libur kerja, memberikan rujukan pada risiko pada perubahan seksual.
3.      Dorong klien untuk mendiskusikan tentang masalah efek kanker/pengobatan pada peran sebagai ibu rumah tangga, orang tua, dan sebagainya.
Rasional : Dapat membantu menurunkan masalah yang memengaruhi penerimaan pengobatan atau merangsang kemajuan penyakit.
4.    Akui kesulitan yang mungkin dialami klien. Berikan informasi bahwa konseling sering perlu dan penting dalam proses adaptasi.
Rasional : Memvalidasi realita perasaan dan memberikan izin untuk melakukan tindakan apapun perlu dalam mengatasi apa yang terjadi.
5.      Evaluasi dtruktur pendukung yang ada dan digunakan oleh klien/orang terdekat.
Rasional : Membantu merencanakan perawatan saat di rumah sakit dan setelah pulang.
6.      Berikan dukungan emosi untuk klien/orang terdekat selama tes diagnostic dan fase pengobatan.
Rasional : Meskipun beberapa klien beradaptasi/menyesuaikan diri dengan efek kanker atau efek samping terapi, namun banyak klien tetap memerlukan dukungan tambahan selama periode ini.
7.      Gunakan sentuhan selama interaksi, bila dapat diterima klien dan pertahankan kontak mata.
Rasional : Memastikan individualitas dan penerimaan penting dalam menurunkan perasaan klien tentang ketidakamannan dan keraguan diri.

Kolaborasi
8.      Rujuk pada program kelompok pendukung (bila ada).
Rasional : Kelompok pendukung biasanya sangat menguntungkan baik untuk klien/orang terdekat, memberikan kontak dengan klien lain dengan kanker pada berbagai tingkatan pengobatan dan/atau pemulihan.
9.      Rujuk pada konseling professional bila diindikasikan.
Rasional : Mungkin diperlukan untuk memulai dan mempertahankan sturktur psilkososial positif bila sistem pendukung klien/orang terdekat terganggu.

d.      Nyeri akut berhubungan dengan kompresi/destruksi jaringan saraf, obstruksi jaras saraf atau inflamasi serta efek samping berbagai agen terapi saraf.
Intervensi :
1.  Kaji nyeri, missal lokasi nyeri, frekwensi, durasi, dan itensitas (skala 1-10), serta tindakan penghilang nyeri yang digunakan.
Rasional : Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan/keefektifan intervensi.
2. Evaluasi terapi tertentu, missal pemidahan, radiasi, kemoterapi, bioterapi. Ajarkan pada klien/orang terdekat apa yang diharapkan.
Rasional : Ketidaknyamanan adalah umum, (missal nyeri insisi, kulit terbakar, nyeri punggung bawah, sakit kepala), tergantung pada prosedur yang digunakan.
3.  Peningkatan kenyamanan dasar (missal teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi) dan aktivitas hiburan (missal music, televise).
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian.
4.  Dorongan penggunaan keterampilan managemen nyeri (missal teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi), tertawa, music, dan sentuhan terapeutik.
Rasional : Memungkinkan klien untuk berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan rasa kontrol.
5.      Evaluasi penghilang nyeri/control.
Rasional : Tujuannya adalah control nyeri maksimum dengan pengaruh minimum pada aktivitas kegiatan sehari-hari (AKS).

Kolaborasi
6.      Kembangkan rencana manajemen nyeri bersama klien dan tim medis.
Rasional : Rencana terorganisasi mengembangkan kesempatan untuk control nyeri. Terutama dengan nyeri kronis, klien/orang terdekat harus aktif menjadi partisipan dalam manajemen nyeri di rumah.
7.      Berikan analgesic sesuai indikasi, misalnya : morfin, metadon, atau campuran narkotik IV khusus. PAstikan hal tersebut hanya untuk memberikan analgesic dalam sehari. Ganti dari analgesik dalam sehari. Ganti dari analgesic kerja pendek menjadi kerja panjang bila ada indikasi.
Rasional : Nyeri adalah komplikasi tersering dari kanker, meskipun respon individu berbeda. Saat perubahan penyakit/pengobatan terjadi, penilaian dosis dan pemberian akan diperlukan.
8.      Berikan/nutrisikan penggunaan Patient Controlled Analgesia (PCA) dengan tepat.
Rasional : Analgesik dikontrol klien sehingga pemberian obat tepat waktu, mencegah fluktuasi pada intensitas nyeri. Sering diberikan dengan dosis total rendah melalui metode konvensionaal.
9.      Siapkan/bantu prosedur, misalnya : blok saraf, kordotomi, dan mielotomi komisura.
Rasional : Mungkin digunakan pada nyeri berat yang tidak berspon pada tindakan lain.

e.       Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik, konsekuensi, kemoterapi, radiasi, pembedahan, distress emosional, keletihan, atau control nyeri buruk.
Intervensi :
1.      Pantau intake makanan setiap hari, biarkan klien menyimpan buku harian tentang makanan sesuai indikasi.
Rasional : Mengidentifikasi kekuatan/defisiensi nutrisi.
2.  Ukur tinggi badan(TB), berat badan (BB), dan ketebalan lipatan kulit, triseps atau dengan antroprometrik lainnya. Pastikan jumlah penurunan berat badan saat ini.
Rasional : Membantu dalam identifiksi malnutrisi protein-kalori, khususnya bila BB dan pengukuran antroprometik kurang dari normal.
3.   Dorong klien untuk makan dengan diet tinggi kalori kaya nutrient, dengan intake cairan yang adekuat. Dorong penggunaan suplemen dan makan sedikit tapi sering.
Rasional : Kebutuhan metabolic jaringan ditingkatkan, begitu juga cairan (untuk menghilagkan produk sisa). Suplemen berguna untuk mempertahankan masukan kalori dan protein.
4.   Nilai diet sebelum dan setelah pengobatan, missal makanan, cairan dingin, bubur saring, roti, creackers, minuman berkabonat. Berikan cairan satu jam sebelum atau sesudah makan.
Rasional : Efektifitas penilaian diet saat individual mengurangi mual pasca terapi. Klien harus mencoba untuk menemukan solusi/kombinasi terbaik.
5.   Kontrol faktor lingkungan, missal bau/tidak sedap atau bising. Hindari makanan terlalu manis, berlemak atau makan pedas.
Raional : Dapat meningkatkan respon mual/muntah.
6.  Ciptakan suasana makan malam yang menyenangkan, dorong klien untuk berbagi makanan dengan keluarga/teman.
Membuat waktu makan lebih menyenangkan, yang dapat meningkatkan masukan.
7.    Dorong penggunaan teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi, latihan saat atau sebelum makan.
Rasional : Dapat mencegah timbulnya/menurunkan beratnya mual, penurunan anoreksia, dan memungkinkan klien meningkatkan masukan oral.
8.      Identifikasi klien yang mengalami mual/muntah yang diantisipasi.
Rasional : Mual/muntah psikogenik terjadi sebelum kemoterapi mulai, secara umum tidak berespon terhadap obat antiemetik.
9.      Dorong komunikasi terbuka mengenai masalah anoreksia.
Rasional : Sering sebagai sumber distress emosi, khususnya untuk orang terdekat yang menginginkan memberikan makan dengan sering.
10.  Berikan antiemetic sesuai jadwal regular sebelum/setelah pemberian antineoplistik.
Rasional : Mual/muntah menurunkan kemampuan dan efek samping psikologis kemoterapi yang menimbulkan sters.
11.  Evaluasi efektivitas antiemetik.
Rasional : Individu berespon secara berbeda pada semua obat-obatan. Pertama, antiemetik mungkin tidak bekerja, memerlukan perubahan atau kombinasi terapi obat.
12.  Evaluasi hematest feses, sekresi lambung.
Rasional : Terapi tertentu, misalnya : antimetabolit menghambat pembaruan lapisan sel-sel epitel saluran pencernaan, yang dapat menyebabkan perubahan menjadi eritema sampai ulserasi berat dengan perdarahan.

Kolaborasi
13.  Tinjau ulang pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, misalnya : jumlah limfosit total, transferin serum, dan albumin.
Rasional : Membantu mengidentifikasi derajat ktidakseimbangan biokimia/malnutrisi dan mempengaruhi pilihan intervensi diet.
14.  Berikan obat-obat sesuai indikasi :
a.       Fenotiazin
b.      Kortikosteroid
c.       Vitamin, khususnya A, D, E, dan B6
d.      Antasid
Rasional : Obat-obat sesuai indikasi :
a. Umumnya antiemetic bekerja untuk memengaruhi stimulasi pusat muntah dan kemoreseptor mentriger agen, juga bertindak secara perifer untuk menghambat peristaltic.
b.      Terapi kombinasi, misalnya : torecan dengan decadron atau valium sering kali lebih efektif dari pada agen tunggal.
c.       Mencegah kekurangan karena penuruna absorpsi vitamin larut dalam lemak.
d.      Meminimalkan iritasi lambung dan mengurangi risiko ulserasi mukosa.
15.  Rujuk pada ahli diet.
Rasional : Memberikan rencana diet khusus untuk memenuhi kebutuhan individu dan menurunkan masalah terkait dengan malnutrisi protein/kalori dan defisiensi mikronutrien.
16.  Pasang/pettahankan selang (NGT)/enteral, atau jalur sentral untuk hiperalimentasi parenteral bila ada indikasi.
Rasional : Malnutrisi berat (kehilangan BB 25-30 % dalam dua bulan ), atau klien dipuaskan selama lima hari dan tidak mungkin untuk mampu makan selama dua minggu, pemberian makan per selang (NGT) mungkin perlu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.

f.       Resiko tinggi kekurangan cairan berhubungan dengan status hipermetabolik, kerusakan masukan cairan berlebihan (selang indwelling).
Intervensi :
1.     Pantau masukan dan keluaran berat jenis, masukan semua sumber keluaran, missal muntah, diare, luka basah. Hitung keseimbangan cairan 24 jam.
Rasional : Keseimbangan cairan negative yang terus-menerus dapat menurunkan haluaran renal dan konsentrasi urin. Hal ini menunjukkan terjadinya dehidrasi dan perlunya peningkatan penggantian cairan.
2.      Timbang berat badan sesuai indikasi
Rasional : Pemngukuran sensitive terhadap fluktiuasi keseimbangan cairan.
3.      Pantau tanda vital, evaluasi nadi perifer, dan pengisian kapiler.
Rasional : Menunjukkan keadekuatan volume sirkulasi.
4.      Kaji turgor kulit dan kelmbaban membrane mukosa. Perhatikan keluhan haus.
Rasional : Indikator tidak langsung dari status hidrasi/derajat kekurangan.
5.      Dorong peningkatan masukan cairan sampai 3000 mL/hari sesuai toleransi individu.
Rasional : Membantu dalam memelihara kebutuhan cairan dan menurunkan resiko efek samping yang membahayakan, missal sistitis hemoragi pada klien yang mendapat siklofosfamid (cytoxan).
6.      Observasi kecenderungan perdarahan, misalny : rembesan dari membrane mukosa, sisi pungsi ; adanya ekimosis atau petekie.
Rasional : Identifikasi dini terhadap masalah yang dapat terjadi sebagai akibat kanker dan/atau terapi dan memungkinkan untuk intervensi segera.
7.    Minimalkan fungsi vena. Dorong klien untuk mempertimbangkan penempatan kateter vena sentral.
Rasional : Menurunkan risiko hemoragi dan infeksi berkenaan dengan pungsi vena berulang.
8.      Hindari trauma dan pemberian tekanan dapa sisi pungsi.
Rasional : Mengurangi risiko terhadap perdarahan/pembentukan hematoma.

Komplikasi
9.      Berikan cairan IV sesuai indikasi.
Rasional : Diberikan untuk hidrasi umum serta mengencerkan obat antineoplastik dan mengurangi efek samping yang merugikan, misalnya : mual/muntah, nefrotoksitas.
10.  Berikan terapi antiemetik.
Rasional Penghilang mual/muntah menurunkan kehilangan gastrik dan memungkinkan pemasukan oral.
11.  Pantau pemeriksaan laboratorium, misalnya : darah lengkap, elektrolit, albumin serum.
Rasional : Memberikan informasi tentang tingkat hidrasi dan kekurangan yang menyertai.
12.  Berikan transfusi sesuai indikasi :
a.       Sel darah merah (SDM).
b.      Trombosit
Rasional : Transfusi :
a.       Mungkin diperlukan untuk memperbaiki jumlah darah dan mencegah manifestasi anemia yang sering ada pada klien kanker, misalnya : takikardi, takipnea, pusing, kelemahan.
b.      Trombositopenia dapat terjadi sebagai efek samping kemotrapi, radiasi atau proses kanker.
13.  Hindari penggunaan aspirin, iritan lambung, atau inhibitor trombosit.

g.      Keletihan berhubungan dengan penurunan produksi energy metabolic (hipermetabolik) emosional berlebihan, efek obat-obatan/kemoterapi.
Intervensi :     
1.      Rencanakan perawatan untuk memungkinkan periode istirahat. Jadwalkan aktivitas periodic bila klien mempunyai energy yang banyak. Libatkan klien/orang terdekat dalam jadwal perencanaan.
Rasional : Periode istirahat sering diperlukan untuk memperbaiki/menghemat energy. Perencanaan akan memungkinkan klien menjadi aktif selama tingkat energi lebih tinggi, yang dapat memperbaiki perasaan sejahtera dan rasa kontrol.
2.      Buat tujuan aktivitas realistis dengan klien.
Rasional : Memberikan rasa kontrol dan perasaan mampu menyelesaikan.
3.      Dorong klien untuk melaksanakan apa saja bila mungkin, missal mandi duduk, bangun dari kursi, berjalan. Tingkatkan aktivitas sesuai kebutuhan.
Rasional : Meningkatkan kekuatan atau staminadan menjadikan klien lebih aktif tanpa kelelahan yang berarti.
4.      Pantau respon fisiologis terhadap aktivitas, missal perubahan TD atau frekuensi jantung dan pernafasan.
Rasional : Toleransi sangat bervariasi bergantung pada tahap proses penyakit, status nutrisi, keseimbanagn cairan, dan reaksi terhadap aturan terapeutik.
5.      Dorong masukan nutrisi.
Rasional : Masukan nutrisi yang adekuat perlu untuk memenuhi kebutuhan energy selama aktivitas.

Kolaborasi
6.      Berikan Oksigen suplemen sesusai indikasi
Rasional : Adanya anemia/hipoksemia menurunkan ketersediaan Oksigen untuk ambilan seluler dan memperberat keletihan.
7.      Rujuk pada terapi fisik/okupasi.
Rasional : Latihan yang terprogram setiap hari dan aktivitas membantu klien mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan tonus otot, meningkatkan rasa sejahtera.

h.      Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan pertahan sekunder tidak adekuat, malnutrisi, proses penyakit kronis atau prosedur invasive.
Intervensi :
1.      Tingkatkan prosedur mencuci tangan yang baik dengan staff dan pengunjung sebelum dan setelah bersentuhan dengan klien. Batasi pengunjung yang mengalami infeksi. Tempatkan klien pada isolasi sesuai indikasi.
Rasional : Lindungi klien dari sumber-sumber infeksi, seperti pengunjung dan staff yang mengalami ISK.
2.      Tekanan hygene personal
Rasional : Mengurangi risiko infeksi dan/atau pertumbuhan sekunder.
3.      Pantau suhu
Rasional : Peningkatan suhu terjadi karena berbagai faktor, missal efek samping kemoterapi, proses penyakit atau infeksi. Identifikasi dini proses infeksi memungkinkan terapi yang tepat untuk dimulai dengan segera.
4.      Kaji semua sistem, missal kulit, pernafasan, genitourineria dari adanya gejala/tanda infeksi secara kontinu
Rasional : Pengenalan dini dan intervensi segera dapat mencegah progresi pada situasi/sepsis yang lebih serius.
5.      Ubah posisi dengan sering, pertahankan kl;ien kering dan bebas kerutan.
Rasional : Menurunkan tekanan dan iritasi pada jaringan dan mencegah kerusakan kulit.
6.      Tingkatkan istirahat yang cukup dengan periode latihan.
Rasional : Membatasi keletihan, mendorong gerakan yang cukup untuk mencegah komplikasi stasis, misalnya : pneumonia, dekubitus, dan pembentukan thrombus.
7.      Tekankan pentingnya oral hygiene yang baik.
Rasional : Terjadinya somatitis meningkatkan risiko terhadap infeksi/pertumbuhan sekunder.
8.      Hindari/batasi prosedur invasif. Taati teknik aseptik.
Rasional : Menurunkan risiko kontaminasi, membatasi masuknya agen infeksius.

Kolaborasi
9.      Pantau Jumlah Darah Lengkap (JDL) dengan SDP difresial dan jumlah granulosit dan trombosit sesuai indikasi.
Rasional : Aktivitas sumsum tulang dihambat oleh efek kemoterapi, status penyakit, atau terapi radiasi.
10.  Dapatkan kultur sesuai indikasi.
Rasional : Menidentifikasi organisme penyebab dan terapi yang tepat.
11.  Berikan antibiotic sesuai indikasi.
Rasional : Mungkin digunakan untuk mengidentifikasi infeksi atau diberikan secara profilaktik pada klien imunosupresi.

i.        Resiko tinggi terjadi perubahan membrane mukosa oral berhubungan dengan efek samping agen kemoterapi dan radiasi
Intervensi :
1.      Kaji kesehatan gigi dan oral hygene secara periodic
Rasional : Mengidentifikasi pengobatan profilaksis yang mungkin diperlukan sebelum memulai kemoterapi atau radiasi dan memberikan data dasar pada perawatan oral hygene.
2.      Diskusikan dengan klien tentang area yang memerlukan perbaikan dan demonstrasikan metode untuk perawatan oral yang baik.
Rasional : Perawatan mulut yang baik penting selama pengobatan untuk mengontrol komplikasi stomatitis.
3.      Dorong masukan nutrisi sesuai toleransi individu.
Rasional : Hidrasi adekuat membantu mempertahankan kelembaban membrane mukosa.
4.      Mulai program oral hygiene, meliputi :
a.      Menghindari pencuci mulut, lemon/swab gliserin.
b.  Gunakan pencuci mulut yang dibuat dari salin hangat, larutan pelarut dari hydrogen peroksida atau soda kue dan air.
c.       Sikat gigi dengan sikat gigi yang lembut atau benang gigi.
d.      Bersihkan gigi dengan perlahan atau gunakan waterpik dengan hati-hati.
e.       Pertahankan bibir lembab dengan pelumas bibir, jeli, dan sebagainya.
f.       Dorong penggunaan permen mint atau saliva buatan (oral-lube, salivert, sesuai indikasi).
Rasional : Program oral hygiene :
a.  Produk yang mengandung alcohol atau fenol dapt mengsaserbasi kekeringan/iritasi membrane mukosa.
b.      Dapat menyejukkan membrane.
c.       Mencegah trauma pada jaringan rapuh/lunak.
d.      Menghilangkan paertikel makanan yang dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri.
e.       Meningkatkan kenyamanan dan mencegah jaringan yang pecah/kering.
f.     Merangsang/memberikan kelembaban untuk mempertahankan integritas membran mulosa, khususnya pada dehidrasi/penurunan produksi saliva.
5.      Instruksikan mengenai perubahan diet, missal hindari makanan panas atau pedas, jus anjurkan penggunaan sedotan, mencerna makanan lembut atau diblender, permen, dan es krim sesuai toleransi.
Rasional : Stomatitis berat dapat mempengaruhi masukan nutrisi dan cairan yang meninggalkan keseimbangan nitrogen negative atau dehidrasi. Modifikasi klien dapat membuat makanan lebih mudah untuk ditelan dan merasa sejuk.
6.      Pantau dan jelaskan klien tanda-tanda tentang superinfeksi oral, misalnya : sariawan.
Rasional : Pengenalan dini kenjamin tindakan segera.
7.    Kaji rongga mulut setiap hari, perhatikan perubahan pada integritas membran mukosa oral, seperti : kering, kemerhan.
Rasional : Inflamasi mukosa oral (stomatitis) secara umum terjadi 7-14 hari setelah mulainya pengobatan, tetapi tanda lainnya mungkin terlihat paling dini hari ketiga sampai keempat, khususnya bila ada masalah oral sebelumnya.

Kolaborasi
8.      Rujuk pada dokter gigi sebelum kemoterapi atau radiasi kepala/leher.
Rasional : Pemeriksaan profilaktik dan perbaikan sebelum terapi menurunkan risiko infeksi.
9.      Kultur lesi oral yang dicurigai.
Rasional : Mengidentifikasi organism penyebab infeksi oral, dan mengarahkan terapi obat yang tepat.
10.  Berikan obat-obatan sesuai indikasi :
a.       Pencuci analgesic, jeli lidokain topical (xylocaine).
b.      Preparat pencuci mulut antimicrobial, misalnya nistatin (mycostatin).
Rasional :
a.       Program analgesia agresif mungkin diperlukan untuk menghilangkan nyeri hebat.
b.      Mungkin diperlukan untuk mengatasi/mencegah infeksi oral sekunder, seperti : kandida, pseudomonas, herpes simpleks.


j.        Risiko tinggi terjadi kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan efek radiasi, kemoterapi, perubahan imunologis, perubahan status nutrisi atau anemia.
Intervensi:
1.      Kaji kulit dengan sering terhadap efek samping terapi kanker. Perhatiakn kerusakan/lambatnya penyembuhan luka. Tekankan pentingnya melaporkan area terbuka pada pemberi perawatan.
Rasional : Efek kemerahan dapat terjadi pada area radiasi (kekeringan dan pruritus), deskuamasi lembab (lepuh), ulserasi, kehilangan rambut, kehilangan dermis, dan kelenjar keringat juga dapat terlihat. Reaksi ruam alergi, hiperpigmentasi, pruritus, dan alopesia dapat terjadi akibat agen kemoterapi
2.      Mandikan klien dengan air hangat dan sabun ringan.
Rasional : Mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit.
3.      Dorong klien untuk menghindari menggaruk dan menepuk kulit yang kering.
Rasional :  Membantu mencegah friksi/trauma kulit.
4.      Ubah posisi dengan sering.
Rasional : Meningkatkan sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit/jaringan yang tidak perlu.
5.      Anjurkan klien untuk menghindari krim kulit apapun, salep, dan bedak, kecuali atas izin dokter.
Rasional : Dapat meningkatkan iritasi/reaksi secara nyata.
6.      Tinjau protokol perawatn kulit untuk klien yang mendapat terapi radiasi.
Rasional : Dilakukan untuk meminimalkan trauma pada area terapi radiasi.
7.   Hindari menggaruk dan menggunakan lotion atau deodorant, hindari memberikan padas atau menusahakan mencuci tanda/tato yang ada di kulit sebagai identifikasi area iradiasi.
Rasional : Dapat menimbulkan atau bahkan mempengaruhi pemberian radiasi.
8.      Anjurkan menggunakan pakaian yang lembut dan longgar.
Rasional : Kulit sangat sensitive sesaat atau setelah pengobatan, dan semua iritasi harus dihindari untuk mencegah cedera termal.
9.    Berikan tepung kanji pada area sesuai kebutuhan dan krim yang dianjurkan dua kali sehari setelah radiasi selesai.
Rasional : Membantu mengontrol kelembaban atau pruritus.
10.  Tinjau ulang protokol perawatan kulit untuk klien yang mendapat kemoterapi.
Rasional : Menurunkan risiko iritasi/ekstravasasi jaringan dari agen ke dalam jaringan.
11.  Tinjau penggunaan tabir surya/blok tabir surya.
Rasional : Melindungi kulit dari sinar ultraviolet dan mengurangi risiko reaksi berulang.
12.  Cuci kulit segera dengan sabun dan air agen antineoplastik yang tercecer pada kulit yang tidak terlindungi.
Rasional : Mengencerkan obat untuk menurunkan risiko iritasi kulit/luka bakar kimia.
13.  Anjurkan klien yang menerima 5FU dan metotreksat untuk menghindari pemajanan pada matahari.
Rasional : Matahari dapat menyebabkan eksaserbasi dari titik luka bakar, atau dapat menyebabkan area ruam merah dengan metotreksat, yang dapat mengeksaserbasi efek obat.
14.  Tinjau ulang efek samping dermatologis yang dicurigai pada kemoterapi.
Rasional : Pedoman antisipasi membantu mengurangi masalah bila efek samping terjadi.
15.  Informasikan klien bahwa bila terjadi alopesia, rambut dapt tumbuh kembali setelah kemoterapi selesai.
Rasional : Pedoman antisipasi dapat membantu penilaia/persiapan untuk kehilangan rambut.

Kolaborasi
16.  Berikan antidote yang tepat bila terjadi eksaserbasi, misalnya :
a.       DMSO topical
b.      Hialuronidasi (wydase)
c.       NaHCO3
d.      Tiosulfat
Rasional : Mengurangi kerusakan jaringan lokal
17.  Berikan salep topikal, misalnya : sulfadiazine perak (silvaene) dengan tepat.
Rasional : Digunakan untuk mencegah infeksi/memudahkan penyembuhan bila terjadi luka bakar kimia (ekstravasasi).
18.  Berikan kompres es/hangat per protokal.
Rasional : Intervensi kontroversional tergantung pada tipe agen yang digunakan.

k.      Resiko tinggi terjadi diare/konstipasi berhubungan dengan iritasi mukosa GI, masukan cairan buruk, kurang latihan, penggunaan opiate/narkotik.
Intervensi :
1.      Pastikan kebiasaan eliminasi umum klien.
Rasional : Sebagai data dasar untuk evaluasi
2.  Kaji bising usus dan catat gerakan usus termasuk frekwensi, konsistensi (terutama 3-5 hari pertama terapi alkaloid vinca).
Rasional : Mendefinisikan masalah, missal diare, konstipasi. Konstipasi adalah salah satu manifestasi termudah dari neurotoksisitas.
3.      Pantau intake dan output serta berat badan.
Rasional : Dehidrasi, penurunan berat badan, dan ketidakseimbangan elektrolit adalah komplikasi dari daire. Ketidakadekuatan masuka cairan dapat menimbulkan konstipasi.
4.      Dorong asupan cairan yang adekuat, missal 2000mL/24jam, peningkatan serat dan latihan.
Rasional : Dapat menurunkan konstipasi dengan memperbaiki konsistensi feses dan merangsang perilstatik, dan dapat mencegah diare/dehidrasi.
5.  Berikan makan sedikit tapi sering dengan makanan rendah sisa, mempertahankan kebutuhan protein dan karbohidat (missal telur, sereal, dan sayur di blender).
Rasional : Mengurangi iritasi gaster. Makanan rendah serat dapat menurunkan iritabilitas dan memeberikan istirahat pada usus bila ada diare.
6.  Pastikan diet yang tepat, hindari makanan tinggi lemak, makanan tinggi serat, mkanan yang menyebabkan diare dan gas, makanan tinggi kafein, serta makanan yang sangat panas/dingin.
Rasional : Stimulan GI yang dapat meningkatkan motilitas/frekuensi defekasi.
7.      Pantau adanya infeksi bila tidak ada distensi abdomen, kram, dan sakit kepala.
Rasional : Intervensi lanjut/perawatan usus alternative mungkin diperlukan.

Kolaborasi
8.      Pantau hasil laboratorium.
Rasional Ketidakseimbangan elektrolit mungkin mengubah funsi GI.
9.      Berikan cairan IV (IVFD).
Rasional : Mencegah dehidrasi, mengencerkan agen kemoterapi untuk mengurangi efek samping.
10.  Berikan agen antidiare.
Rasional : Diindikasikan untuk diare yang berat.
11.  Pelunak feses, laksatif, enema sesuai indikasi.
Rasional : Penggunaan profilaktik dapat mencegah komplikasi lanjut pada beberapa klien.

l.        Risiko tinggi perubahan pola seksualitas berhubungan dengan perubahan fungsi/struktur tubuh, sangat lelah, ketakutan/asietas, kurang privasi/orang terdekat.
Intervensi :
1.      Diskusikan dengan klien/orang terdekat mengenai sifat seksualitas dan reaksinya bila ini berubah atau terancam. Berikan informasi tentang normalitas masalah-masalah tersebut, dan banyak orang perlu bantuan untuk proses adaptasi.
Rasional : Pengakuan legitimasi tentang masalah. Seksualitas cara pria dan wanita memandang diri sendiri dan bagaimana mereka menyampaikannya diantara mereka.
2.      Jelaskan efek samping pengobatan kanker yang memengaruhi seksualitas.
Rasional : Pedoman antisipasi dapat membantu klien dan orang terdekat dalam memulai proes adaptasi.
3.      Berikan waktu khusus untuk klien. Mintalah izin (ketuk pintu) sebelum masuk.
Rasional : Kebutuhan seksualitas tidak berakhir karena klien dirawat. Kebutuhan keintiman berlanjut dan sikap terbuka serta menerima untuk ekspresi kebutuhan  tersebut adalah penting.
m.    Risiko tinggi perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi, perubahan peran/status ekonomi atau kehilangan yang diantisipasi dari anggota keluarga.
Intervensi :
1.      Perhatikan komponen keluarga, adanya keluarga besar dan orang lain, missal teman/tetangga.
Rasional : Membantu untuk mengetahui siapa yang ada untuk membantu perawatan/memberikan dukungan, dan memberikan dorongan bila diperlukan.
2.      Identifikasi pola komunikasi dalam keluarga dan pola interaksi antara anggota keluarga.
Rasional : Memberikan informasi tentang efektifitas komunikasi dan mengidentifikasi masalah yang memengaruhi kemampuan keluarga untuk membantu klien dan menilai positif diagnosis/pengobatan kanker.
3.      Kaji harapan/peran dari anggota keluarga dan dorong diskusi tentang hal tersebut.
Rasional : Setiap orang dapat melihat situasi dengan cara mereka sendiri, dan identifikasi dengan jelas serta pembagian harapan ini meningkatkan pemahaman.
4.      Kaji arah energi, missal upaya resolusi/pemecahan masalah sesuai tujuan.
Rasional : Memberikan petunjuk tentang intervensi yang mungkin tepat untuk membantu klien dan keluarga dalam mengarahkan energi yang efektif.
5.      Perhatikan keyakinan budaya/religious.
Rasional : Memengaruhi reaksi klien/orang terdekat serta penilaian terhadap diagnosis, pengobatan, dan akibat dari kanker.
6.      Dengarkan ekspresi ketidakberdayaan.
Rasional : Perasaan tidak berdaya dapat memperberat kesulitan menilai diagnosis kanker dan kerja sama dalam pengobatan.
7.      Hadapi anggota keluarga dengan cara yang hangat, perhatian, dan menghargai.
Rasional : Memberi perasaan empati dan meningkatkan rasa harga diri individu serta kemampuan untuk mengatasi situasi saat ini.
8.      Dorong ekspresi yang tepat tentang marah tanpa reaksi negatif pada mereka.
Rasional : Perasaan marah diharapkan bila individu menghadapi kesulitan/risiko penyakit menjadi fatal dari kanker.
9.      Akui kesulitan situasi, misalnya : diagnosis dan pengobatan kanker, seta kemungkinan kematian.
Rasional : Mengomunikasikan penerimaan realitas klien/keluarga.
10.  Identifikasi dan dorong penggunaan perilaku koping yang berhasil sebelumnya.
Rasional : Umumnya orang telah mengembangkan keterampilan koping efektif yang dapat bermanfaat dalam menghadapi situasi baru.
11.  Tekankan pentingnya kontinu antara anggota keluarga.
Rasional : Meningkatkan pemahaman dan membantu anggota keluarga untuk mempertahankan komunikasi jelas dan mengatasi masalah dengan efektif.

Kolaborasi
12.  Rujuk pada kelompok pendukung, dan lakukan terapi keluarga sesuai indikasi.
Rasional : Mungkin perlu bantuan tambahan untuk mengatasi masalah disorganisasi yang dapat menyertai diagnosis dari risiko penyakit terminal (kanker).

n.      Kurang pengetahuan( kebutuhan belajar tentang penyakit, prognosis, dan kebutuhan perawatan) berhubungan dengan kurang informasi, salah interpretasi informasi, mitos, tidak mengenal sumber informasi atau keterbatasan kognitif.
Intervensi :
1.      Tinjau ulang dengan klien/orang terdekat tentang pemahaman diagnosis, alternative pengobatan, dan sifat harapan.
Rasional : Memvalidasi tingkat pemahaman saat ini, mengidentifikasi kebutuhan belajar, dan memberikan dasar pengetahuan di mana klien membuat keputusan berdasarkan informasi.
2. Tentukan persepsi klien tentang kanker dan pengobatan kanker, tanyakan pengalaman sebelum/sesudah menderita kanker atau pengalaman orang lain tentang kanker.
Rasional : Membantu identifikasi ide, sikap, rasa takut, kesalahan konsepsi, dan kesenjangan pengetahuan tentang kanker.
3.  Berikan informasi yang jelas dan akurat. Jawab pertanyaan secara khusus, tetapi tidak memaksakan detail-detail yang tidak penting.
Rasional : Membantu penilaian diagnosis kanker, memberikan informasi yang diperlukan. Kecepatan dan metode pemberian informasi perlu diubah agar mengurangi ansietas klien dan meningkatkan kemampuan untuk mengasimilasi informasi.
4.      Berikan pedoman antisipasi pada klien/orang terdekat mengenai pengobatan, kemungkinan efek samping. Bersikap jujur kepada klien.
Rasional : Klien mempunyai hak untuk tahu dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Informasi yang akurat dan detail membantu menghilangkan rasa takut dan ansietas, mengklarifikasi rutinitas yang diharapkan, dan memungkinkan klien mempertahankan beberapa derajat kontrol.
5.      Minta umpan balik verbal klien, dan perbaiki kesalahan konsep tentang tipe kanker individu dan pengobatan.
Rasional : Kesalahan konsep tentang kanker lebih mengganggu daripada kenyataan dan mempengaruhi penguatan/penurunan penyembuhan.
6.  Nyatakan secara normal keterbatasan yang akan dialami (bila ada), misalnya : membatasi pemajana sinar matahari, masukan alkohol, kehilangan waktu kerja karena pengobatan di rumah sakit.
Rasional : Bila pembatasan diperlukan, memungkinkan klien/orang terdekat mulai menempatkan diri mereka pada perspektif dan rencana/adaptasi sesuai indikasi.
7.      Berikan materi tertulis tentang kanker, pengobatan, dan ketersediaan system pendukung.
Rasional : Ansietas dan berpikir terus-menerus dengan pikiran tentang kehidupan dan kematian sering mempengaruhi kemampuan klien untuk mengasimilasi informasi adekuat.
8.      Tinjau ulang aturan pengobatan khusus dan penggunaan obat yang di jula bebas.
Rasional : Meningkatkan kemampuan untuk mengatur perawatan diri dan menghindari risiko komplikasi, reaksi/interaksi obat.
9.  Beri tahu kebutuhan perawatan khusus di rumah, misalnya: kemampuan untuk hidup sendiri, melakukan prosedur/pengobatan yang diperlukan.
Rasional : Memberikan informasi mengenai perubahan yang doperlukan dalam rencana memenuhi kebutuhan terapeutik.
10.  Lakukan evaluasi sebelum pulang ke rumah sesuai indikasi.
Membantu dalam transisi ke lingkungan rumah dengan memberikan informasi tentang kebutuhan perubahan pada situasi fisik, dan membantu dalam penyediaan bahan yang diperlukan.
11.  Rujuk pada sumber-sumber di komunitas sesuai indikasi, misalnya : pelayanan social (bila ada).
Rasional : Meningkatkan kemampuan prawatan mandiri dan kemandirian optimal.
12.  Tinjau ulang bersama klien/orang terdekat pentingnya mempertahankan status nutrisi optimal.
Rasional : Meningkatkan kesejahteraan, memudahkan pemulihan, dan memungkinkan klien menoleransi pengobatan.
13.  Dorong variasi diet serta pengalaman dalam perencanaan makan.
Rasional : Kreativitas dapat meningkatkan keinginan dan masukan makanan, khususnya bila makanan protein terasa lebih pahit.
14.   Berikan buku masak yang didesain untuk klien kanker.
Rasional : Membantu dalam memberikan menu/ide bumbu khusus.
15.  Anjurkan meningkatkan masukan cairan dan serat dalam diet serta latiahn teratur.
Rasional : Memperbaiki konsistensi feses dan merangsang peristaltik.         

BAB IV
PENUTUP

4.1  Kesimpulan
Tumor tulang adalah istilah yang dapat digunakan untuk pertumbuhan tulang yang tidak normal, tetapi umumnya lebih digunakan untuk tumor tulang utama, seperti osteosarkoma, chondrosarkoma, sarkoma Ewing dan sarkoma lainnya.
Kanker tulang disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : radiasi sinar radio aktif dosis tinggi, keturunan (adapun contoh faktor keturunan/genetika yang dapat meningkatkan resiko kanker tulang adalah: multiple exostoses, rothmund-Thomson sindrom, retinoblastoma genetic, Li-Fraumeni sindrom). Selain itu juga kanker tulang disebabkan oleh beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya, seperti : penyakit paget (akibat pajanan radiasi ).
Manifestasi klinis yang muncul pada tumor tulang bisa bervariasi tergantung pada jenis tumor  tulangnya, namun yang paling umum adalah nyeri. Akan tetapi manifestasi lainny juga yang sering muncul, yaitu : persendian yang bengkak dan inflamasi, patah tulang yang disebabkan karena tulang yang rapuh.
Tumor tulang di bagi menjadi beberapa jenis, antara lain : Multipel myeloma, Tumor Raksasa, Osteoma, Kondroblastoma, Enkondroma, Sarkoma Osteogenik (osteosarkoma), Kondrosarkoma, Sarkoma Ewing.
Ada tiga bentuk standar pengobatan kanker tulang, yaitu : pembedahan, terapi radiasi dan kemoterapi. Adakalanya dibutuhkan kombinasi terapi dari ketiganya. Pengobatan sangat tergantung pada jenis kankernya, tingkat penyebaran atau bermetastasis dan faktor kesehatan lainnya.

4.2  Saran
Sebagai perawat disarankan untuk memberi dukungan kepada pasien untuk bertahan hidup, dan menganjurkan pasien maupun keluarga untuk tidak putus asa terhadap kemungkinan buruk yang akan terjadi, serta menganjurkan pasien untuk mengikuti terapi yang dianjurkan.
Selain itu juga perawat harus memperhatikan personal hygiene untuk mengurangi dampak yang terjadi pada saat memberikan pelayanan kesehatan pada penderita kanker tulang maupun penderita kanker lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Lukman dan Nurna Ningsih. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Palembang : Salemba Medika.



2 komentar:

Asmanurs3 mengatakan...

saalam sehat,.,, mba artikelnya bagus yaa,., mba,. izin copas yaaa,., sumber dan link tetap dari mba ko,., boleh yaaaaa,., tapi jangan lupa mampir ke gubuk maya aku yaaa.,. asmanurs3.blogspot.com

Unknown mengatakan...

ea silahkan,,,,, makasih mba'...
ntar mampir dch d blog.a,,,, :)

Template by : kendhin x-template.blogspot.com