Rabu, 29 Oktober 2014

Alkalosis Respiratorik Nyeri



BAB I
PEMBAHASAN

A.        DEFINISI NYERI.
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya. Nyeri, sakit, dolor (Latin) atau pain (Inggris) adalah kata-kata yang artinya bernada negatif; menimbulkan perasaan dan reaksi yang kurang menyenangkan. Walaupun demikian,kita semua menyadari bahwa rasa sakit kerapkali berguna,antara lain sebagai tanda bahaya; tanda bahwa ada perubahan yang kurang baik di dalam diri manusia
Berikut adalah pendapat beberapa ahli mengenai pengertian nyeri
1.        Mc. Coffery (1979), mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang yang keberadaannya diketahui hanya jika orang tersebut pernah mengalaminya.
2.        Wolf Weifsel Feurst (1974), nyeri merupakan suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang bias menimbulkan ketegangan.
3.        Arthur C. Curton (1983), nyeri merupakan suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang rusak, dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri.
4.        Scrumum, mengartikan nyeri sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, dan emosional.

B.         FISIOLOGI NYERI.
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nociceptor , secara anatomis reseptor nyeri (nociceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer.
Berdasarkan letaknya, nociceptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagaian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda.
Nociceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen yaitu reseptor A delta dan serabut C.
1.      Reseptor A Delta
a.       Merupakan serabut bermyelin
b.      Mengirimkan pesan secara cepat
c.       Menghantarkan sensasi yang tajam, jelas sumber dan lokasi nyerinya
d.      Reseptor berupa ujung-ujung saraf bebas di kulit dan struktur dalam seperti, otot tendon, dll
e.       Biasanya sering ada pada injury akut.
f.       Diameternya besar.
2.      Serabut C
a.       Tidak bermyelin.
b.      Diameternya sangat kecil.
c.       Lambat dalam menghantarkan impuls.
d.      Lokasinya jarang, biasanya dipermukaan dan impulsnya bersifat persisten.
e.       Menghantarkan sensasi berupa sentuhan, getaran, suhu hangat, dan tekanan halus.
f.       Reseptor terletak distruktur permukaan.


        PENYIMPANGAN KDM

adanya stimulus (Mekanis,termal, Kimia)

Sel (pelepasan substansi kimia seperti histamin,  bradikinin)

Nosiseptor  (trasnduksi)

Saraf Perifer (implus, serabut saraf A dan C) (trasnmisi)

kornu dorsalis medulla spinalis (Modulasi)
 
Thalamus

Cortex Cerebri (nyeri di persepsi) 

Nyeri

hiperventilasi

penurunan CO2 dalam darah

alkalosis respiratorik



C.        KLASIFIKASI NYERI.
1.      Berdasarkan sumbernya
a.      Cutaneus / superficial,
Yaitu nyeri yang mengenai kulit/ jaringan subkutan. Biasanya bersifat burning (seperti terbakar). Contoh: terkena ujung pisau atau gunting.
b.      Deep somatic / nyeri dalam,
Yaitu nyeri yang muncul dari ligament, pemb. Darah, tendon dan syaraf, nyeri menyebar & lbh lama daripada cutaneus. Contoh: sprain sendi.
c.       Visceral (pada organ dalam),
Stimulasi reseptor nyeri dlm rongga abdomen, cranium dan thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot, iskemia, regangan jaringan.
2.      Berdasarkan penyebab
a.      Fisik.
Bisa terjadi karena stimulus fisik. Contoh: fraktur femur.
b.      Psycogenic.
Terjadi karena sebab yang kurang jelas/susah diidentifikasi, bersumber dari emosi / psikis dan biasanya tidak disadari. Contoh: orang yang marah-marah, tiba-tiba merasa nyeri pada dadanya.
3.      Berdasarkan lama / durasinya.
a.      Nyeri akut.
Merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai dengan adanya peningkatan tegangan otot.
b.      Nyeri kronis.
Merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Yang termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis.

D.        STIMULUS NYERI.
Seseorang dapat menoleransi, menahan nyeri (pain tolerance), atau dapat mengenali jumlah stimulasi nyeri sebelum merasakan nyeri (pain threshold)
Terdapat beberapa jenis stimulus nyeri, diantaranya :
1.      Trauma pada jaringan tubuh, misalnya karena bedah akibat terjadinya kerusakan jaringan dan iritasi secara langsung pada reseptor.
2.      Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya karena edema akibat terjadinya penekanan pada reseptor nyeri.
3.      Tumor, dapat juga menekan pada reseptor nyeri.
4.      Iskemia pada jaringan, misalnya terjadi blockade pada arteria koronaria yang menstimulasi reseptor nyeri akibat tertumpuknya asam laktat.
5.      Spasme otot, dapat menstimulasi mekanik.

E.         TEORI NYERI.
Terdapat beberapa teori tentang terjadinya rangsangan nyeri, diantaranya :
1.      Teori pemisahan (specificity theory).
Menurut teori ini, rangsangan sakit masuk ke medulla spinalis melalui kornu dorsalis yang bersinaps di daerah posterior, kemudian naik ke tractus lissur dan menyilang di garis median ke sisi lainnya, dan berakhir di korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan.
2.      Teori pola (pattern theory).
Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla spinalis dan merangsang aktifitas sel T. Hal ini mengakibatkan suatu respons yang merangsang ke bagian yang lebih tinggi, yaitu korteks serebri, serta kontraksi menimbulkan persepsi dan otot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri, persepsi dipengaruhi oleh modalitas dari reaksi sel T.
3.      Teori pengendalian gerbang (gate comtrol theory).
Menurut teori ini, nyeri tergantung dari kerja saraf besar dan kecil yang keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis. Rangsangan pada serat saraf besar akan meningkatkan tertutupnya pintu mekanisme sehimgga aktivitas sel T terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan ikut terhambat. Rangsangan serat besar dapat langsung merangsang korteks serebri. Hasil persepsi ini akan dikembalikan ke dalam medulla spinalis melalui serat efferent dan reaksinya mempengaruhi aktivitas sel T. Rangsangan pada serat kecil akan menghambat aktivitas subtansia gelatinosa dan membuka pintu mekanisme, sehingga merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya akan menghantarkan rangsangan nyeri.
4.      Teori transmisi dan inhibisi.
Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-impuls saraf, sehingga transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh neurotransmitter yang spesifik. Kemudian, inhibisi impuls nyeri menjadi efektif oleh impuls-impuls pada serabut-serabut besar yang memblok impuls pada serabut lamban dan endogen opiate system supresif.

F.         TINGKATAN NYERI.
1.      Skala intensitas.
10 :  Sangat dan tidak dapat dikontrol oleh klien.
9, 8, 7 Sangat nyeri tetapi masih dapat dikontrol oleh klien 
              dengan Aktifitas yang bisa dilakukan.
6 : Nyeri seperti terbakar atau ditusuk-tusuk.
5 Nyeri seperti tertekan atau bergerak.
: Nyeri seperti kram atau kaku.
: Nyeri seperti perih atau  mules.
: Nyeri seperti melilit atau terpukul.
1  Nyeri seperti gatal, tersetrum atau nyut-nyutan.
Tidak ada nyeri.

2.      Tipe nyeri
10 Tipe nyeri sangat berat.
7-9 : Tipe nyeri berat.
4-6 : Tipe nyeri sedang.
1-3 Tipe nyeri ringan.

G.        FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NYERI.
Pengalaman nyeri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya adalah :
1.      Arti nyeri.
Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hamper sebagian arti nyeri merupakan negative, seperti membahayakan,merusak dll. Keadaan ini dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti usia, jenis kelamin, latar belakang sosial budaya, lingkungan, dan pengalaman.
2.      Persepsi nyeri.
Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sngat subyektif tempatnya pada korteks (pada fungsi evaluative kognitif). Persepsi ini dipengaruhi oleh factor yang dapat memicu stimulasi nociceptor.
3.      Toleransi nyeri.
Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Factor yang dapat mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain alcohol, obat-obatan, hipnotis, gesekan atau garukan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat, dsb. Sedangkan faktir yang menurunkan toleransi antara lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang tidak kunjung hilang, sakit dll.
4.      Reaksi terhadap nyeri.
Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respons seseorang terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit. Semua ini merupakan bentuk respons nyeri yang dapat dipengaruhioleh beberapa factor, seperti arti nyeri, tingkat persepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan social, kesehatan fisik dan mental, rasa takut,cemas, usia dll.


BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A.    PENGKAJIAN
1.      Mengkaji perasaan klien (respon psikologis yang muncul).
2.      Menetapkan respon fisiologis klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri.
3.      Mengkaji tingkat keparahan dan kualitas nyeri.
Pengkajian selama episode nyeri akut sebaiknya tidak dilakukan saat klien dalam keadaan waspada (perhatian penuh pada nyeri), sebaiknya perawat berusaha untuk mengurangi kecemasan klien terlebih dahulu sebelum mencoba mengkaji kuantitas persepsi klien terhadap nyeri. Sedangkan untuk pasien dengan nyeri kronis maka pengkajian yang lebih baik adalah dengan memfokuskan pengkajian pada dimensi perilaku, afektif, kognitif (NIH, 1986; McGuire, 1992).
Donovan dan Girton (1984) mengidentifikasikan komponen-komponen tersebut, diantaranya:
1.      Penentuan ada tidaknya nyeri.
Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri, perawat harus mempercayai ketika pasien melaporkan adanya nyeri, walaupun dalam observasi perawat tidak menemukan adanya cedera atau luka.
a.      Karakteristik nyeri (Metode P, Q, R, S, T).
1.      Faktor Pencetus (P: Provocate),
Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri pada klien, dalam hal ini perawat juga dapat melakukan observasi bagian-bagian tubuh yang mengalami cedera.
2.      Kualitas (Q: Quality),
Kualitas nyeri merupakan seseuatu yang subjektif yang diungkapkan oleh klien. Misal kalimat-kalimat: tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertindih, perih, dan tertusuk.
3.      Lokasi (R: Region),
Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien untuk menunjukkan semua bagian atau daerah yang dirasakan tidak nyaman oleh klien. 
4.      Keparahan (S: Severe),
Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan karakteristik yang paling subjektif. Pada pengkajian ini klien diminta untuk menggambarkan nyeri yang ia rasakan sebagai nyeri ringan, nyeri sedang atau berat.
Skala Numerik (Numerical Rating Scale, NRS) digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini psien menilai nyeri dngan skala 0 sampai 10. Angka 0 diartikan kondisi klien tidak merasakan nyeri, angka 10 mengindikasikan nyeri paling berat yang dirasakan klien. Skala ini efektif digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi terapeutik.
Skala Analog Visual (Visual Analog Scale, VAS) merupakan suatu garis lurus, yangmewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki alat pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya.  Skala analog visual merupakan pengukur keparahan nyeri yang lebih sensitif karena pasien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian daripada dipaksa memilih satu kata atau satu angka (McGuire, 1984).
Skala Deskriptif Verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS) merupakan salah satu alat ukur tingkat keparahan yang lebih bersifat objektif. Skala ini merupakan sebuah garis yang terdiri dari beberapa kalimat pendeskripsi yang tersusun dalam jarak yang sama sepanjang garis. Kalimat pendeskripsi ini diranking dari tidak ada nyeri sampai nyeri yang paling hebat. Perawat menunjukkan skala tersebut pada klien dan meminta untuk menunjukkan intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan.
Untuk mengukur skala intensitas nyeri pada anak-anak dikembangkan alat yang dinamakan “Oucher”, yang terdiri dari dua skala yang terpisah dengan nilai 0-100 pada sisi sebelah kiri untuk anak-anak yang berusia lebih besar dan skala fotografik enam gambar pada sisi sebelah kanan yang digunakan pada anak-anak yang lebih kecil.
5.      Durasi (T: Time).
Perawat menanyakan pada pasien untuk menentukan awitan, durasi, dan rangkaian nyeri

b.      Faktor yang memperberat/memperingan nyeri.
Perawat perlu mengkaji faktor-faktor yang dapat memperberat nyeri pasien, misalnya peningkatan aktivitas, perubahan suhu, stres, dan lain-lain.
1.      Respon Fisiologis.
Pada saat impuls nyeri naik ke medulla spinalis menuju ke batang otak dan thalamus, system saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai bagian dari respon stres. Stimulasi pada cabang simpatis pada system saraf otonom menghasilkan respon fisiologis. Apabila nyeri berlangsung terus menerus, berat, dalam dan melibatkan organ-organ visceral (misal: infark, miokard, kolik akibat kandung empedu, atau batu ginjal) maka sistem saraf simpatis menghasilkan suatu aksi.
Beberapa respon fisiologis terhadap nyeri yaitu:
a.      Stimulasi Simpatik: (nyeri ringan, moderat, dan superficial).
1.      Dilatasi saluran bronkhial dan peningkatan respirasi rate.
2.      Peningkatan heart rate.
3.      Vasokonstriksi perifer, peningkatan BP.
4.      Peningkatan nilai gula darah.
5.      Diaphoresis.
6.      Peningkatan kekuatan otot.
7.      Dilatasi pupil.
8.      Penurunan motilitas GI.
b.      Stimulus Parasimpatik (nyeri berat dan dalam)
1.      Muka pucat.
2.      Otot mengeras.
3.      Penurunan HR dan BP.
4.      Nafas cepat dan irregular.
5.      Nausea dan vomitus.
6.      Kelelahan dan keletihan.
2.      Respon Perilaku
Respon perilaku terhadap nyeri yang biasa ditunjukkan oleh pasien antara lain: merubah posisi tubuh, mengusap bagian yang sakit, menopang bagian nyeri yang sakit, menggeretakkan gigi, menunjukkan ekspresi wajah meringis, mengerutkan alis, ekspresi verbal menangis, mengerang, mengaduh, menjerit, meraung.
3.      Respon Afektif.
Respon ini diperhatikan oleh seorang perawat di dalam melakukan pengkajian terhadap pasien dengan gangguan rasa nyeri.
4.      Pengaruh Nyeri Terhadap Kehidupan Klien.
Pengkajian pada perubahan aktivitas ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan klien dalam berpartisipasi terhadap kegiatan-kegiatan sehari-hari, sehingga perawat juga mengetahui sejauh mana dia dapat membantu dalam program aktivitas pasien. Perubahan-perubahan yang dikaji: perubaha pola tidur, pengaruh nyeri pada aktivitas, serta perubahan pola interaksi pada orang lain.
5.      Persepsi Klien Tentang Nyeri.
Perawat mengkaji persepsi klien terhadap nyeri yang ia alami dengan proses penyakit atau hal lain dalam diri dan lingkungan.
6.      Mekanisme Adaptasi Klien Terhadap Nyeri.
Perawat mengkaji cara-cara apa saja yang bisa klien gunakan untuk menurunkan nyeri yang ia alami.

B.     DIAGNOSIS
Menurut NANDA ( 2009-2011 ), diagnosis keperawatan untuk klien yang mengalami
nyeri: Nyeri akut dan Nyeri kronis
Nyeri akut b.d injuri fisik, pengurangan suplai darah, proses melahirkan
Nyeri kronik b.d proses keganasan

C.    INTERVENSI
1.    Anjurkan Teknik relaksasi (tarik nafas dalam)
2.  Anjurkan teknik Distraksi ( pengalihan perhatian menonton TV,mendengarkan musik dan membaca)
3.    Anjurkan tekhnik imajinasi terbimbing (membayangkan hal-hal yang menyenangkan)
4.    Lakukan massase atau pijat
5.    Aplikasi panas/dingin (kompres hangat atau dingin)


DAFTAR PUSTAKA

Kozier. Fundamental Of Nursing. Potter dan Perry.2006. Fundamental Keperawatan. Vol:2. Jakarta: EGC.

Asmadi.2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.

Template by : kendhin x-template.blogspot.com