Selasa, 15 Mei 2012

SAVE MOTHERHOOD


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Dalam tahun terakhir ini perkembangan ilmu dan tekhnologi mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan. Dalam bidang kebidanan tidak luput dari perubahan. Hal ini tampak nyata dari adanya evidence based sehingga seluruh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan harus mengacu pada evidence based, yaitu pada praktik kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil penelitian dan pengalaman praktek terbaik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia. Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi.
Dimana kita ketahui Angka Kematian Ibu (AKI) masih sangat tinggi, khususnya di Indonesia. Berbagai penyebab utamanya seperti perdarahan, infeksi dan eklampsi. Berbagai upaya terus di­usahakan dalam rangka menurunkan angka ke­ma­tian ibu. Salah satu­nya adalah mengimplementasikan program Sa­ve Motherhood. Dimana Save Motherhood merupakan upaya untuk menyelamatkan wanita agar kehamilan dan persalinannya sehat dan aman, serta melahirkan bayi yang sehat.
Tujuan upaya Save Motherhood adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu hamil, bersalin, nifas, dan menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi baru lahir. Upaya ini terutama ditunjukan pada negara yang sedang berkembang karena 99% kematian ibu di dunia terjadi di negara-negara tersebut.
WHO mengembangkan konsep Four Pillars of Safe Motherhood untuk menggambarkan ruang lingkup upaya penyelamatan ibu dan bayi (WHO, 1994). Empat pilar upaya Safe Motherhood tersebut adalah keluarga berencana, asuhan antenatal, pelayanan bersih dan aman dan pelayanan obstetri esensial.

1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Apa yang dimaksud dengan Save Motherhood?
1.2.2        Bagaimana Epidemiologi dari Save Motherhood?
1.2.3        Bagaimana Strategi Menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI)?
1.2.4        Apa saja Empat Pilar dari Save Motherhood?
1.2.5        Peranan Laki-Laki terhadap Save Motherhood?

1.3  Tujuan
1.3.1        Untuk mengetahui Pengertian dari Save Motherhood.
1.3.2        Untuk mengetahui Epidemiologi dari Save Motherhood.
1.3.3        Untuk mengetahui Strategi Menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI).
1.3.4        Untuk mengetahui Empat Pilar dari Save Motherhood.
1.3.5        Untuk mengetahui Peranan Laki-Laki terhadap Save Motherhood.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian
Save Motherhood merupakan upaya untuk menyelamatkan wanita agar kehamilan dan persalinannya sehat dan aman, serta melahirkan bayi yang sehat. Tujuan upaya Save Motherhood adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu hamil, bersalin, nifas, dan menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi baru lahir. Upaya ini terutama ditunjukan pada negara yang sedang berkembang karena 99% kematian ibu di dunia terjadi di negara-negara tersebut.
Menurut the International Classification of Diseases and Related Health Problems, Tenth Revision, 1992 (ICD-10), WHO mendefinisikan kematian ibu sebagai “kematian wanita hamil atau dalam 42 hari setelah persalinan, tanpa memandang lama dan tempat terjadinya kehamilan yang disebabkan oleh atau dipicu oleh kehamilannya atau penanganan kehamilannya, tetapi bukan karena kecelakaan.
Menurut pengertian ini penyebab kematian ibu dapat dibagi menjadi penyebab langsung maupun tak langsung. Penyebab kematian langsung yaitu setiap komplikasi persalinan disetiap fase kehamilan (kehamilan, persalinan dan pasca persalinan), akibat tindakan, kesalahan pengobatan atau dari kesalahan yang terjadi disetiap rangkaian kejadian diatas. Contohnya seperti perdarahan, pre-eklamsia/eklamsia, akibat komplikasi anestesi atau bedah kaisar.
Penyebab kematian tak langsung yaitu akibat penyakit lain yang telah ada sebelumnya atau berkembang selama kehamilan dan yang tidak berhubungan dengan penyebab langsung tetapi dipicu secara fisiologis oleh kehamilan. Contohnya seperti kematian akibat penyakit ginjal atau jantung.

2.2  Epidemiologi
Menurut data yang dikeluarkan oleh UNFPA, WHO, UNICEF dan Bank Dunia menunjukkan bahwa satu wanita meninggal dunia tiap menitnya akibat masalah kehamilan. Rasio kematian ibu (jumlah kematian tiap 100,000 kelahiran hidup) telah menurun secara global pada laju kurang dari 1%. Jumlah kematian wanita hamil atau akibat persalinan secara keseluruhan juga menunjukkan penurunan yang cukup berarti antara tahun 1990-2005. pada tahun 2005, 536,000 wanita hamil meninggal dunia dibandingkan dengan tahun 1990 yang sebanyak 576,000.
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih berada pada angka 307 per 100.000 kelahiran hidup atau setiap jam terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal dunia karena berbagai sebab. Demikian pula angka kematian bayi (AKB), khususnya angka kematian bayi baru lahir (neonatal) masih berada pada kisaran 20 per 1.000 kelahiran hidup. Keadaan ini menempatkan upaya kesehatan ibu dan bayi baru lahir menjadi upaya prioritas dalam bidang kesehatan. 
Hasil survei kesehatan rumahtangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan angka kematian ibu sebesar 373 per 100.000 kelahiran hidup dengan penyebab utama adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia.

2.3  Strategi Menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI)
Kematian ibu hamil dilatarbelakangi oleh :
1.      Persalinan yang ditolong dukun.
2.      Persalinan yang dilakukan dirumah, bila terjadi komplikasi dan memerlukan rujukan, akan membutuhkan waktu cukup lama.
3.      Derajat kesehatan ibu sebelum dan saat hamil masih rendah yaitu 50% menderita anemia, 30% berisiko kurang energi kronis, sekitar 65% berada dalam keadaan 4 terlalu.

Sekitar 90% kematian ibu disebabkan oleh pendarahan, toksemia gravidarum, infeksi, partus lama dan komplikasi abortus. Kematian ini paling banyak terjadi pada masa sekitar persalinan yang sebenarnya dapat dicegah. Sesungguhnya tragedi kematian ibu tidak perlu terjadi karena lebih dari 80% kematian ibu sebenarnya dapat dicegah melalui kegiatan yang efektif, misalnya : melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin, pemberian gizi yang memadai dan lain-lain. Oleh karena itu, upaya penurunan AKI serta peningkatan derajat kesehatan ibu tetap menjadi prioritas utama.
Melihat kondisi itu, disusunlah suatu gerakan yang disebut dengan Save Motherhood. Gerakan ini pertama kali dicanangkan pada International Conference on Save Motherhood, Nairobi, 1987. Program ini sendiri telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1988 dengan melibatkan secara aktif berbagai sektor pemerintah dan non-pemerintah, masyarakat, serta dukungan dari berbagai badan internasional.

2.4  Empat Pilar Save Motherhood
a.      Keluarga Berencana
KB adalah singkatan dari Keluarga Berencana. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), maksud daripada ini adalah: "Gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran”. Dengan kata lain KB adalah perencanaan jumlah keluarga. Pembatasan bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD, dan sebagainya. Jumlah anak dalam sebuah keluarga yang dianggap ideal adalah dua. Gerakan ini mulai dicanangkan pada tahun akhir 1970-an.
Konsep KB pertama kali diperkenalkan di Matlab, Bangladesh pada tahun 1976. KB bertujuan merencanakan waktu yang tepat untuk hamil, mengatur jarak kehamil­an, dan menentukan jumlah anak. Dengan demikian, diharapkan tidak ada lagi ke­ha­milan yang tidak diinginkan sehingga ang­ka aborsi akan berkurang. Pelayanan KB harus menjangkau siapa saja, baik ibu/ca­lon ibu maupun perempuan remaja. Dalam memberi pelayanan KB, perlu diadakan kon­seling yang terpusat pada kebutuhan ibu dan berbagai pilihan metode KB termasuk kontrasepsi darurat. Angka kebutuhan tak terpenuhi (unmet need) dalam pemakaian kontrasepsi masih tinggi. Ang­ka pemakaian kontrasepsi (contraceptive prevalence rate) di Indonesia baru mencapai 54,2% pada tahun 2006. Bila KB ini terlaksana dengan baik maka dapat menurunkan diperlukannya intervensi obstetri khusus.

a.       Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekutan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
b.      Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.
c.       Kesimpulan dari tujuan program KB adalah: Memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan bangsa; Mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa; Memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan KR yang berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.

KB dapat menurunkan angka kematian ibu karena dapat merencanakan waktu yang tepat untuk hamil, mengatur jarak kehamilan, menentukan jumlah anak. Sehingga tidak ada kehamilan yang tidak diinginkan, “4 terlalu”, yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering hamil, dan terlalu banyak anak.
Konseling dan pelayanan keluarga berencana harus tersedia untuk semua pasangan dan individu. Dengan demikian, pelayanan keluarga berencana harus menyediakan informasi dan konseling yang lengkap dan juga pilihan metode kontrasepsi yang memadai, termasuk kontrasepsi darurat. Pelayanan ini harus merupakan bagian dari program komprehensif pelayanan kesehatan reproduksi. Program keluarga berencana memiliki peranan dalam menurunkan risiko kematian ibu melalui pencegahan kehamilan, penundaan usia kehamilan, dan menjarangkan kehamilan.

b.      Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal sangat penting un­tuk mendeteksi lebih dini komplikasi ke­hamilan. Selain itu, juga menjadi sa­ra­na edu­kasi bagi perempuan tentang ke­ha­mil­an. Komponen penting pelayanan an­te­na­tal meliputi :
1.      Skrining dan pengobatan anemia, ma­laria, dan penyakit menular seksual.
2.      Deteksi dan penanganan komplikasi se­perti kelainan letak, hipertensi, ede­ma, dan pre-eklampsia.
3.      Penyuluhan tentang komplikasi yang po­tensial, serta kapan dan bagaimana cara memperoleh pelayanan rujukan.

Perawatan Ante Natal (ANC) adalah pemeriksaan yang sistematik dan teliti pada ibu hamil dan perkembangan / pertumbuhan janin dalam kandungannya serta penanganan ibu hamil dan bayinya saat dilahirkan dalam kondisi yang terbaik.
Tujuan dan Fungsi ANC
1.      Untuk dapat mendeteksi / mengoreksi / menatalaksanakan / mengobati / sedini mungkin segala kelainan yang terdapat pada ibu dan janinnya, dilakukan pemeriksaan fisik diagnostik mulai dari anamnese yang teliti sampai dapat ditegakkan diagnosa diferensial dan diagnosa sementara beserta prognosanya, sehingga dapat memilah apakah ibu ini dan janinnya tergolong KRT / non KRT dan apakah perlu segera dirawat untuk pertolongan selanjutnya, sehingga didapatkan hasil ibu dan anak sehat fisik serta mental yang optimal.
2.      Untuk mempersiapkan fisik dalam memghadapi kehamilan, persalinan dan nifas, perlu komunikasi, informasi dan edukasi (KIE).
3.      Semua klinik antenatal sekarang mempunyai kelas antenatal dengan instruktur antenatal dengan peserta dari ibu hamil beserta suaminya.
Satu kelas berisi 6 – 20 orang peserta. KIE mengenai pengetahuan obstetri fisiologi, patologi dan kedaruratan obstetri. Ini perlu untuk ibu hamil tersebut dapat percaya diri dan bila ada kedaruratan dapat segera ke RS terdekat dengan fasilitas yang lengkap kalau perlu diberitahu cara-cara menuju Rumah Sakit tersebut dan syarat-syaratnya (biaya, cara melapor dan sebagainya).
4.      Mengenai masa nifas dan menyusui.
Dipersiapkan payudara untuk menyusui anaknya seperti menarik puting susu sehingga menonjol untuk kemudahan pengisapan si bayi, mengadakan masase ringan disekeliling payudara, puting susu dibersihkan dengan kapas yang dibasahi dengan air masak atau baby oil, memakai BH yang menyokong payudara, Menasehati ibu hamil agar kalau berhubungan dengan suaminya tidak mengisap air susu karena pada kehamilan 2 bulan sudah ada kolostrum (susu julong). Bila air susu keluar prolaktin, akan merangsang keluarnya oksitosin sehingga timbul his kemungkinan akan terjadi kelahiran abortus, partus imaturus atau prematurus. Untuk meningkatkan jumlah air susu, ibu perlu mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti susu, keju, yogourt, daging, ikan, telur dan sayuran daun katu selama hamil dan masa nifas serta masa menyusui.

Tujuan Asuhan Kehamilan
Tujuan utama ANC adalah menurunkan / mencegah kesakitan dan kematian maternal dan perinatal. Adapun tujuan khususnya adalah :
1.      Memonitor kemajuan kehamilan guna memastikan kesehatan ibu dan perkembangan bayi yang normal.
2.      Mengenali secara dini penyimpangan dari normal dan memberikan penatalaksanaan yang diperlukan.
3.      Membina hubungan saling percaya antara ibu dan bidan dalam rangka mempersiapkan ibu dan keluarga secara fisik, emosional, dan logis untuk menghadapi kelahiran serta kemungkinan adanya komplikasi.
4.      Bidan memiliki peran penting dalam mencegah dan atau menangani setiap kondisi yang mengancam jiwa ini melalui beberapa intervensi yang merupakan komponen penting dalam ANC seperti : mengukur tekanan darah, memeriksa kadar proteinuria, mendeteksi tanda-tanda awal perdarahan / infeksi, maupun deteksi dan penanganan awal terhadap anemia. Namun ternyata banyak komponen ANC yang rutin dilaksanakan tersebut tidak efektif untuk menurunkan angka kematian maternal dan perinatal.
Dalam Masa Kehamilan :
a.       Petugas kesehatan harus memberi pendidikan pada ibu hamil tentang cara menjaga diri agar tetap sehat dalam masa tersebut.
b.      Membantu wanita hamil serta keluarganya untuk mempersiapkan kelahiran bayi.
c.       Meningkatkan kesadaran mereka tentang kemungkinan adanya risiko tinggi atau terjadinya komplikasi dalam kehamilan/ persalinan dan cara mengenali komplikasi tersebut secara dini. Petugas kesehatan diharapkan mampu mengindentifikasi dan melakukan penanganan risiko tinggi / komplikasi secara dini serta meningkatkan status kesehatan wanita hamil.

Fokus Lama ANC
1.      Mengumpulkan data dalam upaya mengidentifikasi ibu yang beresiko  tinggi dan merujuknya untuk mendapatkan asuhan khusus.
2.      Temuan-temuan fisik (TB, BB, ukuran pelvik, edema kaki, posisi dan presentasi janin di bawah usia 36 minggu dsb) yang memperkirakan kategori resiko ibu.
3.      Pengajaran / pendidikan kesehatan yang ditujukan untuk mencegah resiko/komplikasi.

Standard Asuhan Kehamilan
Sebagai profesional bidan, dalam melaksanakan prakteknya harus sesuai dengan standard pelayanan kebidanan yang berlaku. Standard mencerminkan norma, pengetahuan dan tingkat kinerja yang telah disepakati oleh profesi. Penerapan standard pelayanan akan sekaligus melindungi masyarakat karena penilaian terhadap proses dan hasil pelayanan dapat dilakukan atas dasar yang jelas. Kelalaian dalam praktek terjadi bila pelayanan yang diberikan tidak memenuhi standard dan terbukti membahayakan. Terdapat 6 standar dalam standar pelayanan antenatal seperti sebagai berikut :
a.       Standar 1 : Identifikasi Ibu Hamil.
Bidan melakukan kunjungan rumah dengan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.
b.      Standar 2 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal.
Bidan memberikan sedikitnya 4x pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesa dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan risti/ kelainan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS / infeksi HIV; memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehtan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas. Mereka harus mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan selanjutnya.
c.       Standar 3 : Palpasi Abdominal.
Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan plapasi untuk memperkirakan usia kehamilan, serta bila umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.
d.      Standar 4 : Pengelolaan Anemia pada Kehamilan.
Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan / atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
e.       Standar 5 : Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan.
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda tanda serta gejala preeklamsia lainnya, seta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.
f.       Standar 6 : Persiapan Persalinan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya pada trimester ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik, disamping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan hendaknya melakukan kunjungan rumah untuk hal ini.
(Standard Pelayanan Kebidanan, IBI, 2002)

Hak-Hak Ibu dalam Layanan ANC
Hak-hak ibu ketika menerima layanan asuhan kehamilan (Saifuddin, 2002), yaitu :
1.       Mendapatkan keterangan mengenai kondisi kesehatannya. Informasi harus diberikan langsung kepada klien (dan keluarganya).
2.       Mendiskusikan keprihatinannya, kondisinya, harapannya terhadap sistem pelayanan, dalam lingkungan yang dapat ia percaya. Proses ini berlangsung secara pribadi dan didasari rasa saling percaya.
3.       Mengetahui sebelumnya jenis prosedur yang akan dilakukan terhadapnya.
4.       Mendapatkan pelayanan secara pribadi / dihormati privasinya dalam setiap pelaksanaan prosedur.
5.       Menerima layanan senyaman mungkin.
6.       Menyatakan pandangan dan pilihannya mengenai pelayanan yang diterimanya.
                           
Tenaga Professional Asuhan Kehamilan
1.      Bidan / Midwives
2.      Dokter Umum
3.      SPOG (Dokter Spesialis Obstetric dan Ginekology)
4.      Team / antara Dokter dan Bidan
Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Asuhan Kehamilan
Peran dan tanggungjawab bidan dalam memberikan asuhan kehamilan adalah :
1.      Membantu ibu dan keluarganya untuk mempersiapkan kelahiran dan kedaruratan yang mungkin terjadi.
2.      Mendeteksi dan mengobati komplikasi yang mungkin timbul selama kehamilan, baik yang bersifat medis, bedah maupun tindakan obstetrik.
3.      Meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik, mental dan sosial ibu serta bayi dengan memberikan pendidikan, suplemen dan imunisasi.
4.      Membantu mempersiapkan ibu untuk memnyususi bayi, melalui masa nifas yang normal serta menjaga kesehatan anak secara fisik, psikologis dan sosial.

Trend dan Issue Terkini dalam ANC
1.      Keterlibatan klien dalam perawatan diri sendiri (self care).
Kesadaran dan tanggung jawab klien terhadap perawatan diri sendiri selama hamil semakin meningkat. Klien tidak lagi hanya menerima dan mematuhi anjuran petugas kesehatan secara pasif. Kecenderungan saat ini klien lebih aktif dalam mencari informasi, berperan secara aktif dalam perawatan diri dan merubah perilaku untuk mendapatkan outcome kehamilan yang lebih baik.
Perubahan yang nyata terjadi terutama di kota-kota besar dimana klinik ANC baik itu milik perorangan, yayasan swasta maupun pemerintah sudah mulai memberikan pelayanan kursus/kelas prapersalinan bagi para calon ibu. Kemampuan klien dalam merawat diri sendiri dipandang sangat menguntungkan baik bagi klien maupun sistem pelayanan kesehatan karena potensinya yang dapat menekan biaya perawatan. Dalam hal pilihan pelayanan yang diterima, ibu hamil dapat memilih tenaga profesional yang berkualitas dan dapat dipercaya sesuai dengan tingkat pengetahuan dan kondisi sosio-ekonomi mereka.
2.      ANC pada usia kehamilan lebih dini.
Data statistik mengenai kunjungan ANC trimester pertama menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hal ini sangat baik sebab memungkinkan profesional kesehatan mendeteksi dini dan segera menangani masalah-masalah yang timbul sejak awal kehamilan. Kesempatan untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang perubahan perilaku yang diperlukan selama hamil juga lebih banyak.
3.      Praktek yang berdasarkan bukti (evidence-based practice).
Praktek kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil penelitian dan pengalaman praktek terbaik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia. Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi. Sesuai dengan evidence-based practice, pemerintah telah menetapkan program kebijakan ANC sebagai berikut:
ü  Kunjungan ANC Dilakukan minimal 4x selama kehamilan. Kunjungan Waktu Alasan Trimester I Sebelum 14 minggu :
a.       Mendeteksi masalah yg dapat ditangani sebelum membahayakan jiwa.
b.      Mencegah masalah, misal : tetanus neonatal, anemia, kebiasaan tradisional yang berbahaya
c.       Membangun hubungan saling percaya
d.      Memulai persiapan kelahiran & kesiapan menghadapi komplikasi.
e.       Mendorong perilaku sehat (nutrisi, kebersihan , olahraga, istirahat, seks,  dsb).
ü  Trimester II 14 – 28 minggu - Sama dengan trimester I ditambah : kewaspadaan khusus terhadap hipertensi kehamilan (deteksi gejala preeklamsia, pantau TD, evaluasi edema, proteinuria) Trimester III 28 – 36 minggu - Sama, ditambah : deteksi kehamilan ganda.
ü  Setelah 36 minggu - Sama, ditambah : deteksi kelainan letak atau kondisi yang memerlukan persalinan di RS. Pemberian suplemen mikronutrien : Tablet yang mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500 mg sebanyak 1 tablet/hari segera setelah rasa mual hilang. Pemberian selama 90 hari (3 bulan). Ibu harus dinasehati agar tidak meminumnya bersama teh / kopi agar tidak mengganggu penyerapannya.
ü  Imunisasi TT 0,5 cc Interval Lama perlindungan % perlindungan
-          TT 1 Pada kunjungan ANC pertama
-          TT 2 4 mgg setelah TT 1 3 tahun 80%
-          TT 3 6 bln setelah TT 2 5 tahun 95%
-          TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 99%
-          TT 5 1 tahun setelah TT 4 25 th/ seumur hidup 99%

c.       Persalinan yang Bersih dan Aman
Fokus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman serta mencagah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran paradigma dari menunggu terjadinya dan kemudian menangani komplikasi, menjadi pencegahan komplikasi. Persalinan bersih dan aman serta pencegahan komplikasi selama dan pasca persalinan terbukti mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir.
Persalinan yang bersih dan aman memiliki tujuan memastikan setiap penolong kelahiran/persalinan mempunyai kemampuan, ketrampilan, dan alat untuk memberikan pertolongan yang bersih dan aman, serta memberikan pelayanan nifas pada ibu dan bayi.

Dalam persalinan :
1.      Wanita harus ditolong oleh tenaga kesehatan profesional yang memahami cara menolong persalinan secara bersih dan aman.
2.      Tenaga kesehatan juga harus mampu mengenali secara dini gejala dan tanda komplikasi persalinan serta mampu melakukan penatalaksanaan dasar terhadap gejala dan tanda tersebut
3.      Tenaga kesehatan harus siap untuk melakukan rujukan komplikasi persalinan yang tidak dapat diatasi ke tingkat pelayanan yang lebih mampu.
Sebagian besar komplikasi obstetri yang berkaitan dengan kematian ibu tidak dapat dicegah dan diramalkan, tetapi da­pat ditangani bila ada pelayanan yang me­madai. Kebanyakan pelayanan obstetri esen­sial dapat diberikan pada tingkat pe­la­yanan dasar oleh bidan atau dokter umum. Akan tetapi, bila komplikasi yang dialami ibu tidak dapat ditangani di tingkat pelayanan dasar, maka bidan atau dokter harus segera merujuk dengan terlebih da­hulu melakukan pertolongan pertama. De­ngan memperluas berbagai pelayanan ke­se­hatan ibu sampai ke tingkat masyarakat dengan jalur efektif ke fasilitas rujukan, keadaan tersebut memastikan bahwa se­tiap wanita yang mengalami komplikasi obs­tetri mendapat pelayanan gawat darurat secara cepat dan tepat waktu.

d.      Pelayanan Obstetri Esensial
Memastikan bahwa tempat pelayanan kesehatan dapat memberikan pelayanan obstetri untuk risiko tinggi dan komplikasi tersedia bagi ibu hamil yang membutuhkan.
Pelayanan obstetri esensial bagi ibu yang mengalami kehamilan risiko tinggi atau komplikasi diupayakan agar berada dalam jangkauan setiap ibu hamil. Pelayanan obstetri esensial meliputi kemampuan fasilitas pelayanan kesehatan ‘untuk melakukan tindakan dalam mengatasi risiko tinggi dan komplikasi kehamilan/persalinan.
Pelayanan obstetri esensial pada ha­ke­katnya adalah tersedianya pelayanan se­cara terus menerus dalam waktu 24 jam untuk bedah cesar, pengobatan pen­ting (anestesi, antibiotik, dan cairan in­fus), transfusi darah, pengeluaran pla­sen­ta secara manual, dan aspirasi va­kum untuk abortus inkomplet. Tanpa pe­ran serta masyarakat, mustahil pela­yan­an obstetri esensial dapat menjamin tercapainya keselamatan ibu. Oleh karena itu, diperlukan strategi berbasis masya­ra­kat yang meliputi :
1.      Melibatkan anggota masyarakat, khu­sus­nya wanita dan pelaksanaan pela­yan­an setempat, dalam upaya memperbaiki kesehatan ibu.
2.      Bekerjasama dengan masyarakat, wa­nita, keluarga, dan dukun untuk meng­ubah sikap terhadap keterlambatan mendapat pertolongan.
3.      Menyediakan pendidikan masyarakat un­tuk meningkatkan kesadaran tentang komplikasi obstetri serta kapan dan dimana mencari pertolongan.

Departemen Kesehatan pada tahun 2000 telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) jangka panjang upaya penurunan angka kematian ibu dan kematian bayi baru lahir. Dalam Renstra ini difokuskan pada kegiatan yang dibangun atas dasar sistem kesehatan yang mantap untuk menjamin pelaksanaan intervensi dengan biaya yang efektif berdasarkan bukti ilmiah yang dikenal dengan sebutan "Making Pregnancy Safer (MPS)" melalui tiga pesan kunci.

Tiga pesan kunci MPS itu adalah :
1.      Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.
2.      Setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat akses terhadap pencegahan kehamilan yang
3.      Setiap wanita usia subur mempunyai tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.

Dari pelaksanaan MPS, target yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2010 adalah angka kematian ibu menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi baru lahir menjadi 15 per 1.000 kelahiran hidup. Dalam kerangka inilah Departemen Kesehatan bersama Program Maternal dan Neonatal Health (MNH) sejak tahun 1999 mengembangkan berbagai pendekatan baru yang didasarkan pada praktek-praktek terbaik (best practices) yang diakui dunia untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan ibu melahirkan dan bayi baru lahir di beberapa daerah intervensi di Indonesia. 

Peranan Puskesmas
Puskesmas telah dikenal masyarakat se­­bagai tempat memperoleh layanan ke­se­hatan secara umum yang murah, se­der­hana, dan mudah terjangkau terutama ba­gi kalangan kurang mampu. Sejak pertama kali dicetuskan, puskesmas ditar­get­kan menjadi unit pelaksana teknis pe­la­yan­an tingkat pertama/terdepan dalam sis­tem kesehatan nasional. Maka dari itu, puskesmas juga menjadi salah satu mata rantai pelayanan kesehatan dalam upaya menurunkan angka kematian ibu melalui program-programnya yang mengacu pada empat pilar Save Motherhood. Dalam pilar pelayanan obstetri esensial, puskesmas menekankan kebijakan berupa :
a.       Memberikan pelayanan kesehatan un­tuk semua macam penyakit obstetri
b.      Khusus untuk obstetri harus mampu melakukan:
1.      Pelayanan obstetri esensial darurat (POED)
a.       melakukan pertolongan persa­linan sungsang
b.      melakukan pertolongan persa­lin­an vakum ekstraksi
c.       melakukan plasenta manual
d.      memasang infus dan membe­ri­kan obat parenteral
e.       meneruskan sistem rujukan bi­la fasilitas tidak memadai
2.      Pelayanan Obstetri dan Neonatus Esensial Darurat (PONED)
merupakan pelayanan POED di­tambah dengan melakukan pe­la­yan­­an neonatus yang mengalami as­fiksia ringan, sedang, dan berat. Bila tidak memungkinkan, segera melakukan rujukan.
3.      Melaksanakan konsep sayang ibu dan sayang bayi.                        

Secara keseluruhan, keempat tonggak tersebut merupakan bagian dari pelayanan kesehatan primer. Dua di antaranya, yaitu asuhan ante-natal dan persalinan bersih dan aman, merupakan bagian dari pelayanan kebidanan dasar. Sebagai dasar / fondasi yang dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan upaya ini adalah pemberdayaan wanita.
Ada dua alasan yang menyebabkan Save Motherhood perlu mendapat perhatian. Pertama, besarnya masalah kesehatan ibu dan bayi baru lahir serta dampak yang diakibatkannya. Data menunjukkan bahwa seperempat dari wanita usia reproduktif di negara berkembang mengalami kesakitan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas. Dampak sosial dan ekonomi kejadian ini sangat besar, baik bagi keluarga, masyarakat, maupun angkatan kerja di suatu negara. Keberadaan seorang ibu merupakan tonggak utama untuk tercapainya keluarga yang sejahtera dan kematian seorang ibu merupakan suatu bencana bagi keluarganya. Kedua, Save Motherhood pada hakikatnya merupakan intervensi yang efisien dan efektif dalam menurunkan angka kematian ibu.

2.5  Peranan Laki-Laki Terhadap Save Motherhood
Laki-laki sebagai suami ikut berperan dalam kehidupan dan kesehatan istrinya dan juga dalam kesehatan anak-anak mereka. WHO memperkirakan 585.000 perempuan meninggal setiap hari akibat komplikasi kehamilan, proses kelahiran, dan aborsi yang tidak aman – sekitar satu perempuan meninggal setiap menit. Hampir semua kasus kematian ini sebenarnya dapat dicegah.
Pada beberapa negara terutama di negara berkembang, kehamilan dengan komplikasi merupakan penyebab kematian yang utama pada perempuan usia reproduksi. Ribuan perempuan menderita penyakit dan ketidakmampuan yang serius, termasuk nyeri panggul kronis, penyakit radang panggul, incontinence, dan kemandulan yang disebabkan oleh kehamilan atau akibat komplikasinya.
Kematian ibu menurut WHO adalah kematian yang terjadi saat hamil, bersalin, atau dalam 42 hari pasca persalinan dengan penyebab yang berhubungan langsung atau tudak langsung terhadap kehamilan. Perdarahan, sepsis, kelahiran prematur akibat hipertensi, lahir mati, dan komplikasi akibat aborsi yang tidak aman menjadi penyebab langsung yang berkontribusi pada 80% kematian . Keselamatan ibu berisi jaminan kesehatan yang baik bagi perempuan sebagai ibu dan dan bayinya selama hamil, persalinan dan masa setelah persalinan. Suami memainkan banyak peran kunci selama masa kehamilan dan persalinan istri serta setelah bayi lahir. Keputusan dan tindakan mereka berpengaruh terhadap kesakitan dan kesehatan, kehidupan dan kematian ibu dan bayinya.
Langkah awal yang dapat dilakukan oleh laki-laki dalam mempromosikan keselamatan ibu adalah merencanakan keluarganya. Pembatasan kelahiran dan membuat jarak kelahiran paling sedikit 2 tahun, baik untuk menjaga kesehatan ibu dan anak, mengingat setiap kehamilan membawa risiko kesehatan yang potensial untuk ibu, walaupun ibu tersebut terlihat sehat dan berrisiko rendah. Kehamilan yang tidak direncanakan seringkali menjadi berisiko karena akan membawa mereka untuk melakukan aborsi. Komplikasi aborsi yang tidak aman menyebabkan 50.000 hingga 100.000 kematian setiap tahun.

1.      Mendukung Penggunaan Kontrasepsi
Suami sebaiknya ikut menemani istrinya menemui konselor keluarga berencana atau petugas kesehatan. sehingga mereka bisa bersama-sama mengetahui metode kontrasepsi yang tersedia dan memilih salah satu metode yang tepat. Seorang suami juga dapat mendukung pasangannya dalam menggunakan metode modern secara benar (seperti, membantu istrinya mengingatkan kapan harus meminum pil KB setiap harinya), suami juga dapat menggunakan metode kontrasepsi untuk dirinya sendiri, atau mendukung istri untuk mempraktekkan metode pantang berkala. Suami seharusnya memotivasi istrinya untuk meminta pertolongan kepada petugas kesehatan bila merasakan efek samping akibat pemakaian alat kontrasepsi.
Ketika istrinya hamil, suami dapat mendukung istri agar mendapatkan pelayanan antenatal yang baik, menyediakan transportasi atau dana untuk biaya konsultasi. Suami seharusnya menemani istrinya konsultasi, sehingga suami juga dapat belajar mengenai gejala dan tanda-tanda komplikasi kehamilan. Gizi yang baik serta istirahat cukup penting bagi ibu selama masa kehamilan. Suami ikut berperan agar istrinya dapat melahirkan bayi yang sehat dengan menjamin istrinya mendapatkan makanan yang bergizi, terutama makanan yang banyak mengandung zat besi dan vitamin A. Anemia, walaupun bukan merupakan penyebab langsung kematian ibu, namun merupakan faktor penyebab kematian. Ibu yang anemi berisiko lima kali lebih besar untuk meninggal dibandingkan dengan ibu yang tidak anemi. 23 Vitamin A penting untuk kesehatan ibu dan janin. Seorang ibu membutuhkan vitamin A yang cukup untuk menunjang per-kembangan kesehatan bayi dan untuk kesehatannya sendiri, khususnya untuk kesehatan mata dan sistem kekebalan tubuh. Rabun malam pada ibu hamil adalah gejala kekurangan vitamin A. Suplemen pil vitamin A dalam masa kehamilan, dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Sebuah studi tentang kesehatan ibu di bagian selatan Nepal menemukan bahwa vitamin A dosis rendah atau beta-carotene tambahan dan bahan pangan yang banyak mengandung vitamin A dapat menurunkan persentase kematian ibu rata-rata 44%.

2.      Mempersiapkan Perawatan yang Terlatih Selama Persalinan
Pada negara-negara berkembang, kebanyakan ibu-ibu yang akan melahirkan tidak dibantu oleh tenaga yang terlatih, melainkan ditolong oleh dukun beranak atau anggota keluarga. Kehadiran tenaga terlatih selama proses kelahiran dapat membuat suatu perbedaan antara kehidupan dan kematian. Suami berperan dalam mempersiapkan tenaga terlatih agar hadir pada saat persalinan dan membiayai pelayanan yang diberikan. Suami juga harus mempersiapkan transportasi serta mencukupi perlengkapan yang dibutuhkan.
Keterlambatan sering kali berkontribusi terhadap kematian ibu ketika terjadi komplikasi kehamilan. Tiga jenis keterlambatan yang berisiko terhadap kesehatan ibu, yaitu terlambat untuk mencari pertolongan, terlambat mendapatkan pelayanan pada fasilitas kesehatan, dan terlambat mendapatkan pertolongan yang memadai pada fasilitas kesehatan. Suami dan anggota keluarga lainnya memegang peranan yang penting dalam mendapatkan pelayanan sesegera mungkin. Suami biasanya menjadi pemegang keputusan ketika kondisi istri dalam keadaan membutuhkan pertolongan kesehatan segera. Suami juga yang memutuskan transportasi apa yang akan digunakan untuk mencapai tempat pelayanan kesehatan. Suami dapat menghindari keterlambatan tersebut dengan cara mengenali gejala-gejala persalinan imminen dan persalinan dengan komplikasi.
Kebanyakan kematian ibu yang terjadi antara tiga hari setelah persalinan, disebabkan karena adanya infeksi atau perdarahan. Hasil penelitian terbaru  menemukan kematian ibu dapat dicegah bila suami dapat mengenal komplikasi-komplikasi potensial setelah persalinan dan selalu siaga untuk mencari pertolongan jika hal tersebut terjadi. Suami juga berperan agar istrinya mendapatkan makanan yang bergizi. Pada masa menyusui, seorang ibu membutuhkan vitamin A tambahan untuk menjaga agar vitamin-vitamin yang diperlukan dapat diterima dengan baik oleh bayinya. Selama periode pasca persalinan, suami dapat membantu pekerjaan rumah tangga yang berat seperti mengumpulkan kayu dan air serta menjaga anak-anak. 
Mereka juga dapat mendorong istri untuk memberikan ASI agar dapat menolong kontraksi uterus. Pada akhirnya, suami harus mulai memikirkan metode kontrasepsi, baik berupa metode sementara untuk memberikan jarak terhadap kelahiran yang berikutnya atau bila mungkin vasektomi jika tidak mengi-nginkan anak lagi.

3.      Menjadi Ayah yang Bertanggung Jawab
Sebagai sorang ayah, laki-laki menentukan tingkat kesehatan anak-anaknya. Seorang ayah dapat lebih terlibat dalam perkembangan kesehatan anak-anaknya, sebagai contoh, memastikan bahwa anak-anak mereka menerima semua kebutuhan imunisasinya. Sebuah studi di Ghana, menemukan bahwa semakin banyak pengetahuan seorang ayah, semakin besar peran mereka dalam memutuskan untuk mengimunisasikan anak-anaknya.
Di Amerika Serikat, Baltimore’s Urban Fatherhood Program mendorong laki-laki muda agar lebih bertanggung jawab sebagai ayah dengan mempromosikan peran laki-laki yang positif. Anggota program tersebut dimana banyak diantara mereka adalah remaja yang telah menjadi seorang ayah, mendorong rekan-rekannya untuk menjadi seorang ayah yang baik melalui kelompok-kelompok dukungan, konseling, dan kelas yang menyajikan materi kete-rampilan hidup. Mereka juga mengajarkan tentang fertilitas, reproduksi, siklus menstruasi, kehamilan, gizi bayi serta perawatannya. Di Newark, New Jersey, program serupa juga mengajarkan ayah-ayah muda mengenai kontrasepsi termasuk menggunakan kondom dengan benar.
Ayah, sebagai panutan, dapat membantu kehidupan sosiali anak-anaknya. Secara khusus, seorang ayah dapat mengajarkan anak laki-lakinya agar menghormati perempuan dan memperlakukan mereka sebagai manusia yang setara, mendukung anak perempuannya untuk bersekolah dan berperan aktif dalam keluarga. Dengan begitu, seorang ayah ikut mewujudkan status perempuan yang setara dan menjadikan masa depan anak perempuannya lebih baik.


BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Dimana kita ketahui angka kematian ibu (AKI) masih sangat tinggi,, khususnya di Indonesia. Berbagai penyebab utama nya seperti perdarahan, infeksi dan eklampsi. Berbagai upaya terus di­usahakan dalam rangka menurunkan angka ke­ma­tian ibu. Salah satu­nya adalah mengimplementasikan program Sa­ve Motherhood. Dimana Save Motherhood merupakan upaya untuk menyelamatkan wanita agar kehamilan dan persalinannya sehat dan aman, serta melahirkan bayi yang sehat.
Tujuan upaya Save Motherhood adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu hamil, bersalin, nifas, dan menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi baru lahir. Program itu terdiri dari empat pilar yaitu :
1.      Ke­luarga berencana
2.      Pelayanan antenatal
3.      Per­salinan yang aman
4.      Pelayanan obs­te­tri esensial

3.2  Saran
Hendaknya seorang bidan dalam memberikan asuhan kebidanan harus mengacu pada evidence based, yaitu asuhan kebidanan yang berdasarkan bukti dan hasil penilitian. Salah satunya adalah melakukan program Save Motherhood yaitu upaya untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu. Diharapkan angka kematian ibu setiap tahunya akan menurun.



DAFTAR PUSTAKA






Template by : kendhin x-template.blogspot.com